Siswa didorong untuk aktif terlibat dalam proses belajar tanpa tekanan dari ujian nasional yang ketat, sehingga proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan efektif. Sebaliknya, K13 masih menitikberatkan pada penguasaan materi melalui pendekatan terpadu, namun seringkali mengakibatkan beban belajar yang cukup berat bagi siswa.Â
Kurikulum Merdeka di Indonesia mencoba mengakomodasi kebebasan bagi guru dan siswa, mirip dengan pendekatan di Finlandia, dengan tujuan menciptakan lingkungan belajar yang lebih fleksibel dan menyenangkan.Â
Namun, implementasi Kurikulum Merdeka masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam konsistensi pelaksanaan di berbagai daerah. Di sisi lain, kurikulum di Finlandia telah terbukti sukses karena dukungan penuh dari sistem pendidikan yang menyeluruh dan pemerataan fasilitas pendidikan.Â
Dalam konteks pendidikan yang semakin berkembang, sangat penting bagi sebuah negara untuk memiliki kurikulum yang tidak hanya berfokus pada pemenuhan kewajiban berpikir secara kaku, tetapi juga mampu mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Hal ini penting agar siswa dapat mengeksplorasi dan memahami materi secara mendalam, bukan sekadar menghafal.Â
Kurikulum yang kaku cenderung membatasi ruang gerak dan potensi siswa, menghambat mereka dalam mengembangkan ide-ide inovatif. Kurikulum Merdeka di Indonesia adalah contoh dari upaya untuk memberikan kebebasan lebih besar dalam pembelajaran. Kurikulum ini mengizinkan guru dan siswa untuk lebih fleksibel dalam metode pengajaran dan pembelajaran, dengan harapan dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dan efektif.
Penerapan Kurikulum Merdeka bertujuan untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Dan memang sudah seharusnya perkembangan kurikulum memusatkan pendidikan yang lebih kepada para siswanya sesuai dengan minatnya.Â
Tetapi jika dilihat dari implementasinya, pendidikan di Indonesia tetap kurang karena tiap siswa memiliki beban-beban tersendiri, seperti mempelajari materi yang dapat dikatakan lebih banyak karena waktu yang terbatas, faktor ekonomi dan sosial siswa, serta kurangnya dukungan pemerintah. Jadi konsep yang dituju tidak terimplementasikan pada pendidikan Indonesia dengan baik.Â
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang memiliki IQ rendah di Indonesia, yang berarti kurangnya cara mereka untuk dapat berpikir kritis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H