Pasalnya, Wina mengakui bahwa banyak dari turis-turis mancanegara yang sudah tahu banyak tentang budaya Indonesia, khususnya dalam hal tawar menawar. Wina menyayangkan hal ini, karena menurutnya karya seni adalah sesuatu yang tak ternilai dan agak aneh jika ditawar.
Hal inilah yang kemudian yang mendorongnya agar membuat aturan tersebut, supaya hasil karya seninya tidak bisa diplagiasi dan autentisitasnya tetap dapat bertahan.Â
Alasan membuat aturan tersebut juga didorong oleh pengalaman Wina, yang mengaku pernah mendapatkan masalah plagiasi tersebut, sehingga dia merasa banyak dirugikan oleh orang-orang yang menjiplak hasil karyanya yang kemudian dijual dengan harga yang jauh lebih murah.
Terlepas dari semua cerita pengalaman Wina dan toko bukunya yang mengesankan, Wina berharap jika keadaan dapat berangsur-angsur pulih dan kembali normal seperti sedia kala.Â
Wina mengaku terpukul dengan pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama dua tahun terakhir, sebab Wina harus kehilangan banyak sekali pelanggan setianya yang rata-rata merupakan turis mancanegara yang tidak bisa pergi karena aturan kesehatan yang ketat di setiap negara.
Keadaan ini pun sempat membuatnya jatuh bangun, mengingat bahwa toko buku yang didirikan olehnya memang diperuntukan bagi pasar internasional. Wina pun juga mengakui pada penulis mengenai keputusannya untuk mem-PHK karyawan dan mengurangi jam operasional toko.Â
Jika dulu Wina dapat buka setiap harinya dan dapat beroperasi selama 12 jam, kini toko buku miliknya hanya buka di hari Jumat-Minggu serta buka dari pukul 12.00 WIB sampai 18.00 WIB.
Tentu Wina mengaku pasrah dengan keadaan tak menentu selama masa pandemi ini. Wina pun juga mengakui jika angka ketertarikan dan minat beli terhadap produk-produk karya kriya pun mengalami mati suri.
Ada begitu banyak turis yang perlahan enggan mengeluarkan uangnya untuk membeli karya kriya yang bernilai seni tinggi. Namun, Wina juga menyadari jika keadaan ini memang sangat sulit bagi semunya, sehingga dirinya dapat memaklumi.
Dalam keadaan seperti sekarang, Wina hanya berharap agar keadaan dapat kembali seperti sedia kala, di mana turis-turis asing mulai berani kembali berkunjung ke Indonesia dan mulai kembali mampir ke tokonya untuk sekadar melihat-lihat atau membeli pernak-pernik kecil.Â
Wina juga mengakui rindu dengan teman-teman turisnya yang selalu berkunjung tiap kali liburan musim panas dna berharap mereka kembali datang kemari untuk sekadar bertegur sapa.