Sedangkan, turis mancanegara yang datang dengan metode backpacker dinilai lebih memiliki waktu luang untuk mengeksplorasi hal-hal lain di luar atraksi wisata yang mainstream.Â
Selain itu, menurut pengakuan Wina turis-turis backpacker biasanya juga lebih tertarik untuk mencoba hal-hal baru, seperti makan di pinggir jalan, tidur di losmen murah meriah, naik kendaraan umum, dan tentu mengeksplorasi tempat-tempat baru yang tak kalah menarik.
"Kalau yang di Prawiro itu kan datangnya pakai bus-bus besar itu kan dan mereka pasti sudah ada tour guidenya, jadi mereka kurang bisa eksplorasi hal lain dan cenderung manut sama jadwal acara wisatanya," tutur Wina.
Meski harus rela menutup satu tokonya, namun Wina mengakui pada penulis jika turis mancanegara adalah jenis konsumen yang terbilang unik.Â
Sebab, meskipun mereka (turis mancanegara) memiliki kebiasaan yang hampir mirip seperti kita yakni hanya melihat-lihat saja, namun bedanya turis mancanegara pasti akan membeli satu tem, entah itu buku atau cinderamata, berbeda dengan kita yang hanya cenderung melihat-lihat saja namun tidak membeli.
Wina menjelaskan bahwa kebiasaan ini mungkin saja dipengaruhi oleh kekuatan mata uang dari setiap turis yang berkunjung. Sehingga hal ini mampu membuat mereka untuk membeli cinderamata kecil layaknya kartu pos atau pernak-pernik kerajinan kayu dan bambu.Â
Bicara soal cinderamata, Wina bercerita pada penulis bahwa turis asing amat menggemari berbagai macam kerajinan yang terbuat dari bahan-bahan alam seperti kayu dan bambu.
Wina bercerita bahwa dirinya pernah ketiban rezeki waktu bertemu dengan salah seorang pelanggan dari Kanada yang saat itu terobsesi dengan karya kriya dari bambu. Wisatawan asal Kanada itu merupakan pelanggan setia toko bukunya yang selalu mampir ke Indonesia tiap kali liburan musim panas. Sampai suatu ketika, wisatawan Kanada tersbeut meminta dibuatkan alat musik suling yang sudah dibatik.
Awalnya, wisatawan asal Kanada tersebut hanya memesan sekitar enam buah suling saja. Namun, satu tahun kemudian Wina bercerita jika pesanan kerajinan suling batik itu bertambah menjadi sekitar 200 buah dan pernah mencapai angka 2.000 buah pesanan!Â
Dari pengalaman tersebut, pada akhirnya selain berjualan buku-buku novel dan panduan perjalanan, Wina dibantu dengan almarhum suaminya juga berjualan kerajinan kriya.