Untuk melalui gang ini, pembaca diwajibkan berjalan kaki, sebab semua kendaraan bermotor roda dua tidak boleh masuk ke gang ini (kecuali sepeda), dan jika kendaraan hendak dibawa masuk, maka pembaca perlu mematikan mesin motornya dan menuntunnya masuk ke dalam! Cukup unik bukan?
Setelah berjalan beberapa meter dari mulut gang, pembaca nanti akan melihat sebuah plang nama kecil bertuliskan Boomerang Bookstore dan sampailah pembaca di tempat tujuan.Â
Toko buku ini terbilang cukup unik karena menjual berbagai produk anti-mainstream, mulai dari koleksi buku-buku novel dan panduan perjalanan yang ditulis dalam berbagai berbahasa asing hingga karya kriya, seperti alat musik, kain batik, dan kerajinan topeng dapat ditemukan di sini.
Suasana klasik nan estetik dari toko yang masih beralaskan lantai tegel berwarna hitam legam, rak-rak buku yang terbuat dari bambu, hingga dekorasi dari karya kriya yang diletakan seolah sembarang namun teratur dan terkonsep, semakin menambah atmosfer keunikan serta estetika dari toko buku ini. Tidak mengherankan, jika pada akhirnya toko buku ini banyak diserbu para penggemar novel maupun penggemar kriya, baik dari mancanegara maupun domestik.
Di tengah hari Minggu, di sekitar jam 13.00 WIB yang agak cukup kelabu saat itu, penulis berjalan menyusuri gang satu Sosrowijayan Wetan dan hendak berkunjung ke toko buku tersebut untuk membeli sebuah buku antropologi kuliner yang sudah diimpikan sejak lama. Setelah berhasil menemukan buku yang dicari dan hendak membayar, penulis tak menyangka jika sedang berbincang dengan pemilik dari Boomerang Bookstore, Wina (44).
Penulis kemudian bertanya dengan Wina selaku co-owner dari Boomerang Bookstore mengenai sejarah awal dari toko buku miliknya. Wina menceritakan bahwa toko buku ini sudah berdiri sejak tahun 1995.Â
Awalnya, toko buku ini didirikan karena adanya rasa bingung dan gusar dari kakak kandung Wina, yakni Gunawan (47) yang menetap di Australia, karena ada banyaknya buku-buku bacaan fiksi maupun non-fiksi yang menumpuk di rumahnya.
Kegusaran serta kebingungan yang dialami Gunawan pada akhirnya mendorong Wina untuk mengambil inisiatif membuka toko buku kecil yang menjual berbagai buku-buku novel berbahasa asing dari berbagai negara, seperti Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, Swedia, dan lainnya.Â
Beragamnya buku-buku berbahasa asing dari berbagai negara ini dipengaruhi oleh kegemaran Gunawan dan sang Istri yang memang suka mengkoleksi buku-buku berbahasa asing.
"Karena kakak saya sama istrinya koleksi banyak banget buku bahasa asing dari macem-macem negara dan terlalu banyak numpuk di rumahnya, akhirnya ya saya coba jual di Jogja dan ternyata waktu awal buka banyak banget turis-turis yang luar suka," tutur Wina.