Namun, selama hampir 12 tahun berjualan kopi jos, Witarso dan Tantri justru menemukan pengalaman yang berbanding terbalik dengan semua kabar yang sering tersiar mengenai para pelanggannya tersebut.
Tantri mengakui jika memang para pelanggan setianya merupakan mereka yang seringkali dicap bermasalah dan suka membuat onar. Namun, dalam perjalanannya Tantri dan Witarso justru mendapati jika mereka semua adalah orang-orang yang bisa menjaga kerukunan dan jauh dari kesan pembuat onar.Â
Di beberapa kesempatan, Tantri juga seringkali melihat jika mereka ada yang saling kenal dan beberapa di antaranya juga telah menjadi teman akrab.
Dari pengalamannya tersebut, Tantri dan Witarso merasa jika para pelajar tersebut adalah orang-orang yang dapat berkelakukan baik dan kenakalan remaja seperti yang diketahui oleh masyarakat luas menurut penilaian mereka berdua hanyalah suatu kenakalan remaja yang biasa dan lumrah.Â
Disamping cerita mengenai persatuan antara para pelajar, Tantri kemudian juga sedikit menyinggung soal pembagian posisi duduk untuk tiap pelajar dari masing-masing sekolah.
"Sebetulnya ga ada yang selalu sama persis. Tapi yang saya tau bagian depan deket trotoar itu areanya anak-anak Bosa (Bopkri Satu) dan mereka biasanya memanjang ke belakang gabung sama anak-anak Boda (Bopkri Dua). Terus yang di tengah itu biasanya anak-anak Muhi (Muhammadiyah). Nah, sisanya anak-anak De Britto yang cenderung membaur," tutur Tantri.
Di luar dari semua cerita mengenai jenama dan persatuan antar para pelajar berkat racikan kopi jos Witarso dan harga makanan yang murah meriah, penulis kemudian lantas semakin penasaran dengan rahasia di balik racikan kopi jos tersebut, yang membuat semua cerita Tantri menjadi kaya dan sangat menarik untuk diulas. Menjadi satu hal yang cukup sulit bagi setiap penulis kuliner untuk mengulik detail resep rahasia suatu makanan atau minuman pada pemiliknya.
Namun, di sini penulis ternyata mendapatkan kesempatan secara langsung dari Witarso untuk mendengarkan secara lengkap isi dari resep racikan kopi jos miliknya itu. Dengan senang hati Witarso mulai bercerita perihal resep yang digunakannya.Â
Selama berjualan kopi jos, Witarso mengakui jika jenis kopi yang digunakannya adalah kopi tubruk sama seperti penjaja kopi jos pada umumnya. Namun, jenis kopi tubruk yang digunakan Witarso diklaim berbeda.
Kopi tubruk yang digunakan oleh Witarso merupakan kopi yang berasal dari daerah Pati, Jawa Timur yang masih berbentuk biji kopi. Witarso menjelaskan jika kopi yang masih berbentuk biji asli dapat memudahkannya dalam menakar jumlah kopi yang akan dicampurkan dengan racikan rempah-rempah tertentu untuk menambahkan cita rasa dan aroma yang khas.
"Jadi saya racikan kopinya itu ada pala dan kayu manis. Kalau pala itu nambah aroma yang enak. Kalau kayu manis biasanya untuk nambah cita rasa manis tapi yang khas. Jadi dari situ tetap bertahan sama racikan kayu manis dan pala yang nanti saya campurkan dengan kopi dari hasil gilingan sendiri, supaya nanti ngerti takaran yang pas itu seberapa," jelas Witarso.