Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Netflix, Binge Watching, dan Kapitalisme

27 Januari 2021   08:00 Diperbarui: 9 September 2022   16:36 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

a). Leisure time becomes toxic: Ketika masyarakat menghabiskan waktu luang dengan tidak benar, waktu itu akan terbuang dengan percuma. Adorno mengemukakan bahwa masyarakat seharusnya lebih menggunakan waktu yang ada untuk memperluas dan mengembangkan diri. Seperti membaca buku, menulis, eksperimen dan lainnya. Sehingga, harapannya masyarakat bisa menjadi lebih baik dan berkualitas bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain.

b). Capitalism doesn’t sell us the things we really need: Seperti yang diketahui, kadang ketika kita tertarik pada sesuatu yang kita sendiri tidak akan berpikir bahwa barang tersebut penting atau tidak, kita akan cenderung untuk membeli dan memilikinya. Hal ini lah yang membuat Adorno menyatakan bahwa kaum kapitalis menjual barang yang sebetulnya tidak diperlukan oleh masyarakat tapi dipaksa untuk membeli secara tidak langsung.

c). There are proto-fascists everywhere: Kapitalisme menurut Adorno pada hakikatnya adalah bentuk modern di era industri dan swasta. Adorno beranggapan bahwa kapitalisme sejatinya adalah kekuatan swasta yang membuat semua orang tunduk dan tak berdaya ketika mereka harus menyuarakan segala hak yang penting untuk kesejahteraan hidupnya. Mereka takut untuk bersuara karena mereka bisa saja dipecat atau di PHK, karena dianggap melawan supremasi kapitalis.

Binge watching membuat semua orang malas untuk bergerak dan melakukan sesuatu | abc.net.au
Binge watching membuat semua orang malas untuk bergerak dan melakukan sesuatu | abc.net.au

Pengertian dan Konsep Komodifikasi

Mosco dalam Mumpuni (2018) mengartikan komodifikasi sebagai proses mengubah nilai pada suatu produk yang sebelumnya hanya memiliki nilai guna menjadi nilai tukar, dimana produsen sudah merancang nilai kebutuhan produk ini melalui harga produk tersebut. Komunikasi menjadi salah satu ranah yang potensial sebagai tempat terjadinya proses komodifikasi. Ini di sebabkan karena komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh semua orang setiap hari.  

Komunikasi merupakan komoditas yang besar pengaruhnya, tidak hanya dalam pesan yang disampaikan, tetapi juga dalam simbol yang digunakan. 

Sebagai contoh, kita setiap hari dapat menemukan ada orang-orang yang suka membaca atau mungkin menyaksikan tayangan berita di televisi. Proses konsumsi ini bisa dikategorikan ke dalam proses komodifikasi. Menurut Mosco ada 3 bentuk komodifikasi dalam ekonomi politik komunikasi (2018):

a). komodifikasi konten, adanya transformasi pesan dari sekadar data menjadi sistem pemikiran penuh makna dalam bentuk produk yang dipasarkan.

b). komodifikasi audiens, audiens yang dijual kepada pengiklan. audiens adalah komoditas untuk mendapatkan iklan dan pemasukan

c). komodifikasi pekerja, keahlian dan jam kerja pekerja yang dijual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun