Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Roti Kembang Waru, 400 Tahun Semarakkan Cita Rasa Nusantara

20 Januari 2021   08:00 Diperbarui: 10 Mei 2022   05:47 2054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan roti kembang waru yang baru saja matang di atas tampah | Dok. pribadi/ Thomas Panji

Kenampakan dari dapur toko roti kembang waru milik Basis beserta dua oven tradisional legendarisnya | Dok. pribadi/ Thomas Panji 
Kenampakan dari dapur toko roti kembang waru milik Basis beserta dua oven tradisional legendarisnya | Dok. pribadi/ Thomas Panji 

Dalam sejarahnya, roti kembang waru menjadi sebuah panganan yang wajib hadir ketika Keraton sedang menggelar sebuah acara. Acara tersebut biasanya seperti mitoni; selapanan; manten; kenaikan tahta ataupun acara-acara penting lainnya. 

Alasan kenapa roti kembang waru begitu penting dengan sejumlah peristiwa di Keraton, berkaitan dengan sejumlah nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalam roti kembang waru itu sendiri.

Basis menjelaskan, roti kembang waru bagi masyarakat Mataram Islam mengandung ilmu mengenai “Hasta Brata”. Hasta sendiri dalam Bahasa Jawa diartikan sebagai angka delapan dan Brata sendiri diartikan sebagai “laku” atau jalan spiritual. 

Hasta Brata jika diartikan seluruhnya, menurut Basis mengandung arti delapan “laku” atau jalan spiritual yang harus dijalankan seseorang bila dirinya akan atau sedang menjalankan sebuah kepemimpinan.

Kedelapan jalan spiritual tersebut adalah hasil personifikasi dari delapan unsur alam yang ada di sekitar kita, untuk dijadikan sebagai panutan watak seorang pemimpin. 

Delapan unsur tersebut meliputi: Bumi (Tanah); Banyu (Air); Bayu (Angin); Geni (Api); Surya (Matahari); Rembulan (Bulan); Bintang; dan Langit. Bila seorang calon atau pemimpin bersedia mengadopsi keseluruhan unsur tersebut, maka semoga ia akan menjadi pemimpin yang baik, berwibawa dan mampu mengayomi.

Kedelapan unsur dalam ilmu Hasta Brata masing-masing memiliki karakter yang khas. Bumi melambangkan sifat kaya hati yang artinya suka berderma. Air melambangkan ketenangan hati dan batin dalam menghadapi masalah. Angin melambangkan manfaat bagi orang banyak yang tak terlihat namun terasa nyata. Api melambangkan kemampuan untuk menerima semua masalah dan kesulitan sebagai bagian dari pembelajaran hidup.

Matahari melambangkan sinar harapan bagi sesama yang sedang kesulitan. Bulan melambangkan terang yang membawa rasa kesabaran ketika menghadapi masalah. Bintang melambangkan kemapanan dan ketangguhan hati serta raga. Dan langit melambangkan sifat mengayomi dan melindungi semua orang tanpa pilih kasih. Delapan nilai inilah yang menurut Basis menjadi kunci keseimbangan dan harmonisasi antara jagat gede dan jagat cilik.

“Selain nilai filosofi Hasta Brata, rasa manis dari roti kembang waru juga melambangkan permohonan kepada Tuhan untuk meminta rahmat dan berkat baik. Supaya orang-orang semakin diberikan sifat baik kepada sesamanya”, tutur Basis.

Di lain kesempatan, Basis ikut menceritakan mengenai bahan baku asli untuk membuat adonan roti kembang waru. Adonan pada masa awal tidak menggunakan tepun terigu sebagai bahan bakunya. Tetapi, adonan roti kembang waru pada saat itu menggunakan tepung beras ketan, telur ayam kampung dan gula pasir. Untuk aroma wangi, para juru masak di zaman dahulu menggunakan daun pandan, kayu manis atau pala sebagai tambahannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun