Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kapitalisme dan Kegagalan Paham Selama 154 Tahun

13 Januari 2021   08:00 Diperbarui: 9 September 2022   16:29 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timbulnya kesenjangan sosial, antara buruh dengan pemegang modal | medium.com/@muhfachridarmawan

Lebih dari 154 tahun, banyak orang yang masih gagal paham dengan kapitalisme. Lalu, bagaimana seharusnya kapitalisme didefinisikan?

Apakah pembaca pernah mendengar sebuah istilah dalam ilmu ekonomi dan politik bernama kapitalisme? Mungkin semua orang sudah tidak asing ketika mendengar kata kapitalisme. Kapitalisme adalah sebuah terminologi yang sangat sering dipakai untuk menggambarkan realita pertarungan kuasa di dalam masyarakat. Meski istilah kapitalisme sangat terkenal, namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita sudah mendefinisikan kapitalisme secara tepat?

Banyak dari kita yang mungkin sering menyebut kapitalisme sebagai kontradiksi dari komunisme; turunan konsep dari paham liberalisme; sebuah ideologi ekonomi; mahzab politik; sistem ekonomi dan lainnya. Banyak dari kita yang akhirnya bingung dan kemudian gagal paham dengan istilah ekonomi dan politik yang sudah hadir sejak 154 tahun yang lalu. Sehingga, untuk memperbaiki kesalahpahaman dan kekeliruan kita soal kapitalisme, tulisan ini akhirnya hadir untuk pembaca.

Secara ontologis, kapitalisme adalah sebuah refleksi atas kondisi sosial, politik dan ekonomi yang lahir waktu revolusi industri sedang merebak diseluruh penjuru Eropa. Kita seringkali mengidentifikasi kapitalisme sebagai suatu konsep yang diturunkan dari ideologi liberalisme. Seperti yang diketahui, disetiap mata pelajaran ekonomi, baik di sekolah menengah pertama maupun atas, liberalisme adalah ideologi yang lahir dari kejeniusan seorang Adam Smith.

Namun, faktanya adalah Adam Smith bukanlah tokoh yang mencetuskan lahirnya gagasan ideologi mengenai liberalisme ataupun kapitalisme. Adam Smith justru adalah tokoh yang mencetuskan lahirnya konsep mengenai persaingan pasar bebas. Dalam bukunya yang terkenal, yang berjudul The Wealth of Nation (1776), ide Adam Smith mengenai gagasan pasar bebas saat itu lahir sebagai refleksi dan kritik atas keadaan ekonomi, sosial dan politik yang sangat feodal.

Sebagai orang Skotlandia yang di zaman itu hidup di bawah sistem pemerintahan monarki absolut, Adam Smith mengkritik bahwa monarki adalah sesuatu yang sangat membatasi dan masyarakat tentu tidak akan bisa maju untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Dalam buku The Wealth of Nation (1776), Adam Smith kemudian mengagas konsep ekonomi, dimana masyarakat bebas untuk menentukan keputusan ekonomi yang sekiranya dapat membuat mereka sejahtera.

Untuk bisa menerapkan konsep pasar bebas, Adam Smith kemudian mendorong monarki untuk menjamin kebebasan individu; hak berdagang dan berpendapat; peradilan yang tidak memihak; menjamin setiap kepemilikan perorang; kebebasan untuk memilih dan lainnya. Dalam konsep ini, satu poin penting yang ditekankan oleh Adam Smith adalah pemerintah/monarki harus keluar dari segala urusan ekonomi masyarakat dan tidak mendikte keputusan ekonomi.

Dalam poin ini juga, Adam Smith kemudian melahirkan sebuah gagasan lain bernama ‘the invisible hand’ atau tangan yang tak terlihat. Apa yang di maksud dengan ‘the invisible hand’? ‘The invisble hand’ pada dasarnya adalah gagasan Adam Smith yang menjelaskan, alih-alih pemerintah mengatur dan mendikte segala keputusan ekonomi masyarakat, alangkah baiknya jika segala keputusan ekonomi tersebut diserahkan tugasnya kepada masyarakat 100%.

Disini, Adam Smith mendambakan suatu keadaan ekonomi yang kolektif dan kreatif, dimana setiap individu akhirnya terpantik untuk mulai membuat keputusan-keputusan ekonominya secara mandiri, tanpa ada paksaan dan tekanan dari pemerintah. Seperti mengumpulkan uang untuk membuka usaha; membuka lapangan kerja baru; membuat produk-produk yang dibutuhkan oleh banyak kalangan; membayar pajak dan segala keadaan ekonomi yang dinamis lainnya.

Ilustrasi buruh diperas tenaga dan hanya diupah sedikit | wartaeq.com
Ilustrasi buruh diperas tenaga dan hanya diupah sedikit | wartaeq.com

Dengan adanya persaingan bebas dan berlakunya ‘the invisble hand’ dalam kegiatan ekonomi masyarakat, maka secara tidak langsung ada berbagai kebaikan lain yang bisa tercipta secara organik. Adam Smith dalam bukunya berpendapat, “jika seseorang mengejar kepentingan mereka sendiri untuk sebuah nilai keadilan yang terkandung di dalam pasar persangain bebas, maka secara tidak langsung mereka telah ikut mempromosikan segala kebaikan yang ada di masyarakat.”

Bagaimana maksudnya? Dengan pasar persaingan bebas, setiap orang akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk berubah secara ekonomi maupun finansial, dan setiap orang mendapat porsi kontribusi yang sama pada kemajuan sebuah negara, yang bisa dimulai dari membayar pajak, menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat dan lainnya. Keadaan inilah yang pada akhirnya mengakibatkan semua orang punya kesempatan untuk hidup lebih sejahtera.

Namun, dalam ideologi yang digagasnya, Adam Smith memberikan sebuah peringatan awal bahwa konsep yang dikemukakannya masih berpotensi untuk melahirkan stratifikasi atau kasta sosial di tengah masyarakat. Sehingga, menurut Adam Smith fenomena adanya tuan tanah; pemilik modal; buruh dan pekerjaan upahan akan tetap ada. Namun bedanya, dengan persaingan pasar bebas, masyarakat punya kesempatan untuk bisa lebih sejahtera di esok hari.

Atau dengan kata lain, kue kesejahteraannya semakin membesar untuk lebih banyak orang. Dari konsep yang dikemukakan oleh Adam Smith, akhirnya pasar persaingan bebas sering juga disebut sebagai commercial society atau masyarakat komersial. Artinya, masyarakat dapat menentukan keputusan ekonominya berdasarkan kekuatan modal dan keahlian yang dimilikinya untuk mempekerjakan banyak tenaga kerja dan menciptakan produk-produk bagi masyarakat luas.

Atau dalam konteks hari ini, biasa kita kenal sebagai ‘swastanisasi’, dimana ada pertukaran keahlian dan modal di dalam masyarakat untuk dapat saling memenuhi kebutuhan ekonomi masing-masing pihak. Oke, itu tadi adalah konsep persaingan pasar bebas yang digagas oleh Adam Smith. Lalu, dari manakah muncul istilah kapitalisme dari gagasan Adam Smith? Konsep mengenai kapitalisme sejatinya adalah sebuah gagasan yang dikemukakan oleh Karl Marx.

Setelah kematian Adam Smith pada tahun 1790, Karl Marx bersama Frederich Engels membuat sebuah buku bernama Das Kapital di London, dan diterbitkan pada tanggal 18 September 1867. Di sinilah kapitalisme lahir dan bertujuan mengkritik keadaan sosial, ekonomi dan politik atas dampak dari berlakunya pasar persaingan bebas. Pernyataan Marx mengenai kapitalisme muncul berdasarkan hasil temuannya mengenai kesenjangan antara buruh dengan pemilik modal.

Menurut Marx dalam DARI MAO KE MARCUSE Percikan Filsafat Marxis Pasca Lenin karya Franz Magnis Suseno (2013), pasar persaingan bebas pada hakikatnya adalah salah satu cara untuk melakukan pemiskinan terhadap kaum buruh. Cara yang dilakukan adalah mengurangi gaji buruh untuk bisa menekan biaya produksi, sehingga pemilik modal bisa mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Fenomena ini dikemudian hari dikenal sebagai ‘proletarisasi’.

Maka dari itu, di banyak buku-buku politik kiri dan aliran-aliraan kritis, kaum buruh sering disebut sebagai kaum ‘proletar’ dan si pemegang modal disebut sebagai kaum ‘kapitalis’ atau ‘borjuis’. Dalam ilmu ekonomi politik, buruh pada saat itu menghadapi suatu proses bernama komodifikasi. Dimana buruh dilihat sebagai suatu komoditas penting yang bisa tukarkan dengan komoditas lainnya, seperti gaji atau upah. Komodfikasi inilah yang mengakibatkan kesenjangan sosial.

Timbulnya kesenjangan sosial, antara buruh dengan pemegang modal | medium.com/@muhfachridarmawan
Timbulnya kesenjangan sosial, antara buruh dengan pemegang modal | medium.com/@muhfachridarmawan

Buruh atau tenaga kerja yang tadinya bisa memberikan energi positif bagi masyarakat luas dalam rupa pelayanan, pengajaran, penciptaan dan lainnya, harus rela diturunkan derajat hidupnya akibat komodifikasi. Dengan adanya komodifikasi, buruh atau tenaga kerja ini lalu dipandang sebagai orang yang perannya adalah utnuk menciptakan dan membuat sesuatu saja. Jadi, bisa dibilang buruh adalah komoditas produksi yang bisa dipertukarkan dengan harga yang murah.

Dalam buku Consumer Culture Reborn karya Martyn J. Lee (2013), buruh pada dasarnya hanya melakukan hal tersebut karena adanya bentuk permintaan pasar, sebagai akibat dari tingginya angka konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat luas. Kemudian, hal ini pun memicu terjadi proses marjinalisasi tenaga kerja, bahwa peran tenaga kerja itu pada hakikatnya bertujuan hanya untuk mencari uang atau upah dari hasil kerja mereka supaya mereka bisa mencukupi kebutuhan.

Sehingga dalam konteks ini buruh atau tenaga kerja itu tidaklah dipandang sebagai pribadi yang bisa berkontribusi besar terhadap masyarakatnya, tetapi buruh atau tenaga kerja itu adalah setiap orang yang bekerja, yang mungkin dirinya juga secara terpaksa harus bekerja untuk bisa mendapatkan upah meski sedikit, supaya mereka bisa menyambung hidup. Konsep seperti inilah yang mengakibatkan kenapa Marx mencap pasar persaingan bebas adalah duri di dalam daging.

Duri yang akhirnya mengakibatkan lahirnya konsep kapitaslime, dimana buruh atau tenaga kerja hilang nilai-nilai humanis sebagai manusia dan berubah fungsinya menjadi alat yang bisa ditukar dengan uang. Dari sini, kita bisa menyimpulkan dan mendefinisi ulang, bahwa kapitalisme bukanlah sebuah sistem ekonomi yang sering digaungkan oleh banyak orang. Namun, kapiitalisme sejatinya adalah sebuah metode produksi yang dilaksanakan secara sadar atau tidak.

Metode produksi yang dimaksud adalah untuk mencapai keuntungan setinggi mungkin dengan margin poduksi yang rendah. Margin produksi yang rendah ini bisa diperoleh dengan menekan gaji atau upah buruh hingga sekecil mungkin. Selain menekan upah atau gaji buruh, kapitalisme juga identik dengan metode-metode penumpukan produk; ekploitasi bahan baku dan lainnya

Kesimpulan lain yang bisa dipetik adalah karena kapitalisme merupakan sebuah metode produksi, jadi ada kemungkinan jika metode ini bisa hidup di dalam ruang apapun dan bisa beradaptasi dengan baik. Ruang yang dimaksud adalah bentuk pemerintah, bentuk negara, sistem politik, mahzab politik dan sebagainya. Kapitalisme disatu sisi juga punya ciri khas, yakni kebebasan yang dikehendaki. Apa maksudnya kebebasan yang dikehendaki?

Menurut Marx dalam Henri Lefebvre (2015), kebebasan yang dikehendaki adalah sebuah keadaan dimana hanya segelintir orang saja yang bisa merasakan dan mengkehendaki sifat dari sebuah rasa kebebasan. Kebebasan yang dimaksud disini tentu berkaitan dengan seberapa kapital yang dimiliki oleh seseorang. Jika mekanisme pasar bebas menghendaki kebebasan mutlak untuk semua orang, kapitalisme justru mengkehendaki kebebasan bagi mereka yang punya ‘kapital.’

Akhirnya, kita bisa menyimpulkan bahwa kapitalisme bukanlah sebuah sistem ekonomi yang sering digaungkan oleh orang-orang, namun kapitalisme adalah metode produksi yang sangat adaptif untuk hidup dalam ruang konteks politik apapun. Kapitalisme bukanlah suatu hal yang muncul karena dikonsepkan. Tetatpi, kapitalisme muncul karena sifat alami manusia yang rakus untuk saling berlomba menguasai sesuatu agar bisa terus menerus berkuasa.

Daftar Pustaka:

Lefebvre, H. 2015. Seri Panduan Marxisme. Yogyakarta. JALASUTRA

Suseno-Magnis, F. 2013. DARI MAO KE MARCUSE Percikan Filsafat Marxis Pasca Lenin. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Lee. 2013. Consumer Culture Reborn. London. Routledge

Smith, A. 1776. The Wealth of Nation. London. Strahan and Cadell

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun