Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melihat Wajah Pendidikan Kita Setelah Covid-19

25 November 2020   08:00 Diperbarui: 26 November 2020   16:37 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah mahasiswi sedang melaksanakan wisuda secara daring | katadata.co.id

Sejumlah mahasiswi sedang melaksanakan wisuda secara daring | katadata.co.id
Sejumlah mahasiswi sedang melaksanakan wisuda secara daring | katadata.co.id

Dua jenis pendidikan kursus daring yang sedang menjadi tren ini, sejatinya dapat menjadi pendobrak bagi sistem pendidikan tradisional. Tradisional yang dimaksud bukan hanya pada aktivitas belajar dan mengajarnya saja. Namun juga menyasar pada gelar yang diperoleh setelahnya. Dalam bukunya, Schenker menjelaskan jika sistem pendidikan di abad sekarang, masih berpegang teguh pada sistem pendidikan di era abad pertengahan.

Salah satu buktinya adalah gelar pendidikan yang harus ditempuh oleh seseorang ketika memasuki jenjang pendidikan tinggi. Kita tahu bahwa gelar awal setelah menempuh kuliah ada sarjana, lalu dilanjutkan ke pendidikan pascasarjana untuk memperoleh gelar master, dan yang terakhir menyusun disertasi untuk bisa mendapatkan gelar doktoral. Disini, Schenker mengajak kita untuk berefleksi bahwa sistem pendidikan seperti ini cenderung bersifat eksklusif.

Bisa bersifat eksklusif karena tidak semua orang memiliki kemampuan untuk bisa sampai dan masuk ke dalam sistem pendidikan tinggi. Sehingga tidak banyak orang yang memiliki kesempatan untuk bisa memiliki karier dan ilmu yang lebih baik serta peluang yang besar. Namun, pemanfaatan teknologi komunikasi yang semakin optimal selama pandemi Covid-19, tampaknya cukup mengganggu ekosistem pendidikan tradisional dan tatanan akademik secara meluas.

Fenomena penterasi teknologi dalam sistem pendidikan menurut pengamatan Schenker akan melahirkan beberapa tren baru. Tren yang pertama adalah munculnya disintermediasi biaya pendidikan. Seperti yang dikutip dari cerdasco.com, disintermediasi adalah sebuah kondisi dimana kita menarik sejumlah dana dari lembaga keuangan (bank atau lembaga simpan pinjam) untuk kemudian diinvestasikan secara langsung ke sebuah instrumen tertentu.

Dalam kasus ini, disintermediasi biaya berarti masyarakat akan semakin lebih mudah untuk mendapatkan kesempatan berinvestasi dibidang pendidikan, sebagai akibat dari banyaknya institusi perguruan tinggi maupun kursus yang membuka kelas daring dengan harga yang sangat terjangkau. Di masa sekarang, sudah banyak sekali kursus dan beberapa universitas ternama yang mulai membuka kelas daring dengan harga murah.

Disamping itu pembelajaran secara daring dan hadirnya disintermediasi biaya, ternyata juga ikut menegakkan keadilan dalam dunia pendidikan. Alasan ini muncul karena disinilah pendidikan dapat menemukan sisi kemuliaannya dalam melayani dan mencerdaskan masyarakat. Jika dulu kuantitas pendidikan dihitung berdasarkan kapasitas tampungan murid di suatu gedung, maka saat ini aturan tersebut tidak lagi berlaku, sebagai akibat dari pembelajaran daring.

Tren kedua yang berkembang adalah munculnya demokratisasi pendidikan. Demokratisasi muncul sebagai akibat dari disintermediasi biaya dan penggunaan teknologi komunikasi secara massal. Pendidikan daring menurut Schenker dianalogikan sebagai 'ruang kelas dalam genggaman'. Fenomena ini menjadi refleksi, bahwa masyarakat tidak perlu lagi khawatir terhadap kesempatan mengeyam pendidikan, karena akses dan biaya menjadi semakin mudah dan murah.

Aspek disintermediasi biaya dan demokratisasi pendidikan sejatinya tidak hanya akan menciptakan harga pendidikan yang makin murah dan akses yang makin mudah. Namun, kedua aspek ini juga dapat membentuk ransangan kepada anak-anak muda yang dihitung sebagai calon angkatan kerja, untuk lebih banyak menimba ilmu secara variatif, demi mendapatkan sertifikat untuk keperluan melamar kerja di bidang professional.

Beberapa siswa SMA sedang melakukan belajar daring sembari menerapkan protokol kesehatan | pangandaran.pikiran-rakyat.com
Beberapa siswa SMA sedang melakukan belajar daring sembari menerapkan protokol kesehatan | pangandaran.pikiran-rakyat.com

Kita tahu ada banyak sekali pekerja di masa pandemi Covid-19 ini yang aktivitasnya harus di rumahkan. Istilah ini sering kali kita kenal dengan nama kerja dari rumah. Schenker, dalam bukunya mengatakan, aktivitas bekerja dari rumah atau remote works akan menjadi suatu tren baru dalam dunia karir di masa mendatang. Hal ini berbanding lurus dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan perubahan dalam generasi pekerja, yang di dominasi oleh Milenial dan Z.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun