Masyarakat Aceh yang terkenal dengan kulinernya yang bersantan tidak akan pernah bisa lepas dari alat parut kelapa atau kukuran yang terbuat dari balok kayu dan ditancapkan ujungnya dengan sebuah besi pipih bergerigi seperti mata gergaji.
Untuk mengolah beras, masyarakat Aceh menggunakan niru atau tampah dalam bahasa Aceh untuk menampi beras. Selain makanan berat, kuliner masyarakat Aceh juga terkenal akan hidangan kue atau pastry.
Masyarakat Aceh memiliki beberapa alat untuk membuat kue, seperti chok boh manok, alat berbentuk spiral yang terbuat dari kawat dengan gagang kayu untuk mengocok telur seperti halnya ballon whisk.
Lalu ada bruek boi, yakni loyang yang terbuat dari suatu tembaga dan biasanya digunakan untuk mencetak kue bolu. Selain bruek boi, ada juga bruek samalo yang yang sama-sama terbuat dari tembaga, namun bedanya loyang ini dipakai untuk memasak kue kembang goyang.
Begitulah penjelasan mengenai tradisi dapur yang dimiliki oleh masyarakat Aceh. Sebagai masyarakat urban, tentu kita tidak pernah menyangka jika persoalan dapur tak hanya berhenti di sisi pengolahannya saja, melainkan juga menyasar pada sisi filosofis dan aspek sosial serta kebudayaan.
Ada baiknya jika kita belajar dari masyarakat Aceh. Bukan untuk mempelajari peusijuekÂ-Nya, tapi belajar untuk menghargai dapur sebagai sesuatu yang intim dan penting untuk membentuk rasa harmonis dan sehat dalam keluarga.
Daftar Pustaka
Gardjito. 2018. Ragam Kuliner Aceh-Nikmat yang Sulit Dianggap Remeh. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press Anggota IKAPI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H