Upacara peusijuek selalu menggunakan tiga unsur. Pertama, menggunakan daun-daunan, garam, padi, air dan beras ketan. Kedua, doa-doa yang dilafalkan. Ketiga, gerakan tangan dan tubuh dengan pola tertentu.
Ketiga elemen inilah yang harus ada dalam sebuah upacara peusijuek. Peusijuek bagi masyarakat Aceh banyak diterapkan di semua kegiatan yang dianggap dapat menghasilkan potensi untuk menghasilkan nasib buruk, seperti halnya membangun sebuah dapur.
Dengan adanya upcara ini, dapur yang sudah dibangun diharapkan dapat berumur panjang (rumah tangga atau usaha) dan di jauhkan dari segala marabahaya yang bisa menimpa kepada tuan rumah atau kepada setiap pengguna dapur.Â
Dalam melaksanakan upacara peusijuek dapu, ada sebuah tata cara yang harus ditaati. Masyarakat Aceh biasanya mempercayakan tindakan ini kepada imam meunasah, tokoh yang dihormati dalam pelaksanaan upacara peusijuek maupun peusijuek dapu.Â
Bahan yang harus disiapkan dan diperlukan oleh imam meunasah untuk melakukan peusijuek dapu adalah daun-daunan, garam, padi, air, dan beras ketan kuning (Gardjito, 2019). Upacara pemberkatan dan tolak bala ini dimulai dengan mencampurkan air, garam dan padi ke dalam sebuah wadah.
Kemudian semua bahan yang sudah tercampur diperciki ke seluruh bagian ruangan dapur dan peralatan memasak dengan menggunakan dedaunan yang diikatkan sebagai alat percik
Setelah upacara pemercikan selesai, imam meunasah akan mengambil nasi ketan kuning dan kemudian akan melekatkannya pada ruangan dapur yang sudah selesai dibangun beserta dengan alat-alat yang nantinya akan digunakan untuk memasak.
Setelah pemberkatan kepada alat masak dan ruangan dapur selesai, barulah nasi ketan kuning tadi diberikan kepada seluruh peserta upacara dan kemudian upacara secara keseluruhan ditutup dengan doa bersama.
Ketiga unsur yang dipakai dalam upacara peusijuek maupun dalam peusijuek dapu menurut masyarakat Aceh memiliki sampeuna-sampeuan (kekuatan-kekuaatan), yang dipercaya dapat menghalau segala nasib buruk yang bisa saja datang.
Bagi masyarakat Aceh, bahan berupa daun-daunan menjadi inti dari sebuah upacara peusijuek maupun peusijuek dapu. Daun-daunan dipercaya dapat memberikan energi baik ke peralatan dan ruangan yang akan dipakai manusia untuk bekerja.