Adapun Tomorrowland juga menggandeng kerja sama di bidang transportasi dengan salah satu maskapai penerbangan Belgia, Brussels Airlines. Kerja sama ini ditujukan sebagai sarana transportasi untuk menjemput seluruh "People of Tomorrow," panggilan khas untuk para pengunjung Tomorrowland dari berbagai belahan dunia. Setiap pembelian tiket konser, para calon pengunjung nantinya juga akan ditawari akomodasi transportasi udara dengan menggunakan Brussels Airlines.
Tidak seperti maskapai penerbangan kebanyakan, kerja sama antara Tomorrowland dengan Brussels Airlines memiliki keunikan, yakni seluruh pesawat yang menuju Tomorrowland akan menggunakan livery khusus Tomorrowland. Bahkan, kota tujuan yang tertulis di papan-papan pengumuman keberangkatan menuju Kota Boom, Belgia, di beberapa bandara di benua Eropa akan ditulis menjadi "next destination Tomorrowland," benar-benar sangat unik dan kreatif.Â
Menjadi Raksasa
Ada tujuan besar dibalik ambisi dan kerja keras Tomorrowland dalam memainkan aspek visual serta kreativitas dalam industri hiburan mereka. Sebagai festival musik elektronik terbesar di benua Eropa dan dunia, Tomorrowland tahu betul bahwa mereka tidak bersaing sendirian. Menurut Pajaro (2018), alah satu kompetitor terbesar Tomorrowland saat pertama kali berdiri adalah Mysteryland, sebuah festival musik elektronik asal Belanda dengan konsep yang hampir serupa seperti Tomorrowland.Â
Meski pada akhirnya eksistensi Tomorrowland terus membesar dan semakin menenggelamkan popularitas Mysteryland, namun kompetitor Tomorrowland malah saat ini justru bertambah banyak dan semakin sengit. Tomorrowland kini harus bersaing dengan festival-festival musik elektronik besar lainnya, seperti Ultra Music Festival (UMF) yang berlokasi di Miami, Florida dan memiliki sejumlah waralaba di beberapa negara di bawah bendera perusahaan di bidang hiburan bernama Ultra Worlwide.Â
Adapun juga Electric Daisy Carnival (EDC), yang berlokasi di Las Vegas, Nevada. Sama seperti Ultra Music Festival, EDC juga memiliki sejumlah waralaba di beberapa negara di bawah bendera perusahaan di bidang hiburan bernama Insomniac. Kita akan ambil contoh menarik antara Electric Daisy Carnival dan Tomorrowland. Kedua festival ini masuk dalam tiga besar festival musik elektronik terbesar di dunia bersama dengan Ultra Music Festival.Â
Menariknya, Tomorrowland dan Electric Daisy Carnival memiliki strategi yang sama, yakni sama-sama mengedepankan unsur kreativitas visual dalam wujud negeri dongeng sebagai konsep utamanya (Graham, 2022). Berbeda dengan Tomorrowland yang mengusung konsep negeri dongeng dari kisah-kisah dongeng di sekitar benua Eropa, EDC justru mengusung konsep negeri dongeng yang lekat dengan nuansa fiksi sains dan futuristik, lengkap dengan dekorasi lampu neon kemerlapnya (Live Design, 2015).Â
Jumlah pengunjung yang datang pun juga tak kalah banyak. Pada tahun 2018 misalnya, EDC berhasil memperoleh 350.000 pengunjung dalam tiga hari perhelatan event, dan pada tahun 2022 lalu, EDC berhasil memperoleh 525.000 pengunjung! Bagaimana dengan Tomorrowland? Ternyata, angkanya jauh lebih besar. Pada tahun 2018, Tomorrowland berhasil memperoleh 400.000 pengunjung dan pada tahun 2022 lalu berhasil memperoleh 600.000 pengunjung! Sangat fantastis.Â
Keberhasilan Tomorrowland ini tidak lepas dari brand image lokasi dari Tomorrowland. Menurut Pajaro (2018), Tomorrowland berlokasi di Belgia, yang mana merupakan bagian dari Uni Eropa. Atas itu, ada keuntungan yang diperoleh berupa akses ke festival tersebut yang jauh lebih fleksibel dan terbuka bagi warga Uni Eropa lainnya. Sebagai contoh, saat Tomorrowland menghelat festival pertama mereka pada tahun 2005, Tomorrowland berhasil memperoleh 10.000 penonton.Â