Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mewarisi Semangat Koperasi bersama Ngudi Prasetiyo

16 Desember 2019   22:28 Diperbarui: 4 Januari 2023   18:17 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngudi Prasetiyo (dok.pribadi/Thomas Panji)

Koperasi adalah "jati diri ekonomi bangsa Indonesia"-Ngudi Prasetiyo

Nama Koperasi tentu sudah tidak asing lagi bagi kita orang-orang Indonesia. Sejarah telah membuktikan bahwa koperasi sudah menjadi suatu identitas ekonomi khas negara Indonesia yang berbeda sekaligus unik dari negara-negara lain. Bagaimana tidak? Di kala banyak unit usaha yang kurang menerapkan prinsip humanisme dalam aktivitas ekonominya, koperasi justru hadir sebagai suatu unit usaha yang selalu mengedepankan semangat kekeluargaan dan gotong royong dalam aktivitasnya. 

Atas kelebihannya, koperasi kerap dipilih masyarakat sebagai cara untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi yang berlandaskan pada prinsip keadilan sekaligus semangat gotong royong, dan kekeluargaan, alih-alih bersaing untuk menjadi yang terdepan serta berpotensi saling menjatuhkan. Meski begitu, namun koperasi saat ini sedang dihadapkan pada masalah akan massifnya gempuran disrupsi teknologi keuangan berbasis digital.  

Kehadiran bank dan aplikasi dompet digital, lengkap dengan fitur teknologi keuangan yang mumpuni telah menciptakan perubahan sikap di masyarakat dalam memandang koperasi sebagai cara berekonomi. Tak jarang, masyarakat saat ini, khususnya anak-anak muda menganggap jika koperasi sudah usang dan ketinggalan zaman. Oleh sebab itu, saat ini koperasi semakin jarang kita jumpai gaungnya di sekitar kita. 

Melihat kenyataan itu, saat ini ada beberapa pemerhati koperasi yang terus mencari solusi untuk mengembalikan marwah koperasi sebagai suatu identitas ekonomi Indonesia, agar harapannya dapat diminati kembali oleh masyarakat luas. Penulis beruntung dapat bertemu dengan Ngudi Prasetiyo (28), seorang aktivis koperasi dari Yogyakarta yang saat ini aktif untuk mempertahankan sekaligus memperkenalkan kembali mengenai keunggulan koperasi bagi anak-anak muda. 

Ngudi menegaskan, koperasi pada dasarnya harus dipertahankan dan diperkenalkan kembali karena memiliki nilai gotong royong dan kekeluargaan yang menjadi dasar dari aktivitas koperasi. Melalui nilai-nilai itu, koperasi bergerak bukan atas nama profit, namun atas nama kepentingan bersama dan demokrasi, melaluimusyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan berbagai masalah. Nilai-nilai itu lah yang kemudian membuat koperasi menjadikannya berbeda dari unit usaha lainnya. 

"Semua anggota diperlakukan sama, baik hak dan kewajibannya di dalam koperasi. Namun tingkat kontribusi dan hak ini perlu diperhatikan agar semuanya dapat berjalan secara adil dan tidak saling mendominasi," tutur Ngudi saat ditemui di salah satu pabrik bakpia di daerah Mangkuyudan, Jumat (22/11/2019)

Adapun nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong di dalam koperasi, menurut Ngudi juga sangat membantu  koperasi untuk dapat membentuk aktivitas komunikasi yang terbuka, fleksibel dan penuh dengan rasa penghormatan. Sehingga, ketika anggota koperasi dihadapkan pada suatu masalah, baik masalah internal atau eksternal, mereka telah memiliki aturan komunikasi yang dapat menjadi panduan untuk dapat menyelesaikan suatu masalah, tanpa harus melukai atau menyinggung perasaan.  

Ilustrasi dari anggota koperasi yang sedang bermusyawarah | kompas.com
Ilustrasi dari anggota koperasi yang sedang bermusyawarah | kompas.com

Selain komunikasi, asas kekeluargaan dan gotong royong di dalam koperasi menurut analisis Ngudidapat mendorong tumbuhnya serta terwujudnya inovasi dan kontribusi dari anggota koperasi untuk menemukan suatu ide yang mampu menjawab permasalahan konsumen dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Sebagai contoh, di era digital seperti sekarang, beberapa koperasi telah membuat akun-akun media sosial yang bertujuan menjadi etalase dari produk-produk yang dijual. 

Adapun beberapa koperasi juga telah membuat terobosan unik, seperti membuat layanan simpan pinjam online selayaknya sistem m-banking, membuat aplikasi layanan antar barang, dan lainnya. Adanya inovasi-inovasi seperti ini dapat mempermudah pelayanan koperasi, mempermudah pengecekan data keuangan, dan dapat memperkaya citra dari koperasi yang sering mendapat stigma miring dari masyarakat sebagai cara berekonomi yang usang.

Untuk dapat menciptakan dan mengembangkan inovasi-inovasi yang kreatif dan berbeda, Ngudi menyatakan bahwa koperasi butuh sokongan tenaga dan ide dari anak-anak muda, khususnya generasi Z yang terkenal dengan daya kreativitas digitalnya, guna memajukan inovasi dan inspirasi koperasi agar adaptif dalam persaingan digital. Anak-anak muda sendiri menurut Ngudi masih mempunyai kertarikan yang cukup besar sebetulnya untuk bergabung serta belajar tentang dunia koperasi.

Ketertarikan itu muncul dari banyaknya anak-anak muda di beberapa daerah di Yogyakarta yang ingin menocba belajar untuk bisa menjadi seorang entrepreneur. Namun, menurut Ngudi, koperasi bukanlah suatu bentuk kegiatan usaha yang bisa menghasilkan jiwa-jiwa entrepreneur yang saat ini menjadi goals utama anak-anak muda generasi Z, karena faktanya mentalitas entrepreneurship sendiri lebih mengarah pada menciptakan jiwa-jiwa penguasaha yang lekat dengan kompetisi, berbanding terbalik dengan koperasi.

"Kalau pola pikirnya kayak gitu, sama aja kita mengarahkan mereka ke bentuk ekonomi kapitalis, artinya mereka kaya sendiri, besar sendiri, dan berkuasa sendiri. Koperasi ga seperti itu, karena yang selalu ditekankan adalah semangat gotong royong, musyawarah, keterbukaan,dan kekeluargaan, jadi ya memang konteks bisnisnya adalah bisnis bersama atau bisnis yang semangatnya gotong royong," tutur Ngudi.

Permasalahan soal salah paham dan salah tafsir dari anak-anak muda mengenai koperasi masih sering terjadi. Menurut Ngudi, anak-anak muda ini harus diberikan pemahaman jauh lebih dalam dan mendasar, khususnya terkait dengan apa itu koperasi, esensi dari koperasi itu apa, apa perbedaan antara koperasi dengan bisnis pada umumnya, dan bagaimana seharusnya mereka bersikap dan bertindak ketika bekerja atau berkarya pada sebuah koperasi. 

Ngudi menegaskan bahwa setiap anak-anak muda yang sungguh-sungguh ingin bergabung dan ingin terlibat dalam dinamika koperasi, pertama-tama harus memahami dan belajar terlebih dahulu dasar-dasar dari koperasi, semangat koperasi, tujuan koperasi, bagaimana cara koperasi bekerja, dan yang terpenting adalah tidak asal ikut-ikutan orang lain. Hal ini bertujuan agar tidak ada salah kaprah dalam memandang dan memahami koeprasi sebagai suatu unit usaha ataupun strategi dalam berekonomi.

Kopma atau Koperasi Mahasiswa, salah satu unit usaha koperasi yang masih lestari hingga sekarang | republika.co.id
Kopma atau Koperasi Mahasiswa, salah satu unit usaha koperasi yang masih lestari hingga sekarang | republika.co.id

Sebagai aktivis koperasi, Ngudi menjelaskan soal hal unik dari sebuah koperasi. Menurut pengalamannya, koperasi adalah bentuk usaha yang sebetulnya tidak akan mengalami kebangkrutan atau pailit. Alasannya adalah karena koperasi selalu mendapatkan suntikan uang setiap bulannya, melalui beban kewajiban simpanan wajib dan simpanan pokok atau kewajiban-kewajiban lainnya yang harus dipenuhi oleh setiap anggota suatu koperasi.

Berbagai kewajiban berupa pembayaran simpanan inilah yang dapat difungsikan sebagai modal untuk melakukan inovasi atau mengembangkan strategi bisnis. Berbagai simpanan ini nantinya akan diputar untuk kepentingan usaha dan kemudian akan dikembalikan lagi kepada setiap anggota dalam bentuk insentif atau upah bagi anggota koperasi. Sampai sejauh ini, Ngudi mengakui  belum pernah mendengar apalagi melihat sebuah koperasi tutup atau bangkrut. Namun, stigma koperasi itu buruk karena korupsi. 

"Yang saya tahu, hanya ada dua penyebab kenapa koperasi itu gagal. Yang pertama karena memang anggota dan kepengurusannya jelek serta kasus seperti halnya korupsi yang dilakukan oleh anggota koperasi," tutur Ngudi.

Koperasi akan tetap sukses jika setiap anggotanya memahami tentang model dan karakter bisnis yang dipilih. Koperasi menurut Ngudi memiliki lima bentuk, yakni koperasi simpan pinjam, koperasi produksi, koperasi konsumsi, koperasi jasa, koperasi pemasaran. Dari kelima bentuk tersebut yang paling banyak adalah jenis koperasi simpan pinjam. Koperasi simpan pinjam begitu diminati karena memiliki perputaran uang yang sangat cepat.

Sehingga keuntungan yang bisa ditarik akan juga semakin lebih mudah. Ngudi disamping itu juga menjelaskan bahwa bentuk koperasi yang lain sebetulnya juga sama-sama menguntungkan, hanya saja perbedaannya adalah seberapa cepat uang didalamnya bisa diputar dan dihasilkan. Ini tidak terlepas juga dari karakter orang Indonesia yang gemar berhutang dan meminjam uang, sehingga koperasi simpan pinjam sering menjadi primadona masyarakat. 

Jenis koperasi simpan pinjam ternyata juga banyak diminati oleh anak-anak muda. Namun, secara presentase anak-anak muda ternyata jauh lebih suka untuk menerapkan bentuk koperasi konsumsi. Alasannya karena jauh lebih mudah untuk diawasi. Sehingga, tidak dapat mengganggu aktivitas kuliah dan memiliki kejelasan terhadap alur barang dan pembayarannya. Sebagai contoh, hadirnya minimarket di kampus-kampus adalah contoh koperasi konsumsi yang dicetuskan oleh koperasi mahasiswa.

Di akhir wawancara, Ngudi menyampaikan sebuah pesan bahwa koperasi tetap harus dipertahankan dan terus dijaga karena koperasi menyangkut identitas Indonesia dan sudah diatur dalam Undang Undang pasal 25 Tahun 1992.  Artinya memang sudah sepatutnya jika koperasi tidak boleh di tinggalkan apalagi di anak tirikan dalam sistem ekonomi negara. Jadi, sudah sepatutnya jika anak-anak muda saat ini harus punya kesadaran yang kuat mempertahankan koperasi dengan berbagai macam cara.

"Saya sangat percaya, koperasi adalah salah satu solusi ekonomi yang mampu merangkul semua ide, inovasi dan masyarakat. Saya juga percaya jika koperasi bisa membawa Indonesia pulih secara bisnis dan ekonominya," tutup Ngudi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun