Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Swaragama FM, Lebih dari Sekadar Radio

30 Agustus 2019   09:11 Diperbarui: 10 September 2022   17:27 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo resmi milik Swaragama FM | swaragamafm.com

Selama 19 tahun berkarya, Swaragama FM terus bertumbuh menjadi radio yang lebih dari sekadar radio.

Radio, salah satu media massa yang masih eksis hingga pada hari ini. Sebagai media massa, radio sangat erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap informasi, hiburan dan pendidikan (Uchjana, O. 2003:137-138). 

Meski radio masih eksis hingga saat ini, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ukurannya sebagai media massa konvensional kurang setara dengan televisi, yang notabene jauh lebih kompleks dan kaya dalam hal produk medianya, karena televisi dapat menyuguhkan sifat "auditif" dan "visual" sekaligus, yang tentunya juga didukung oleh teknologi media siaran yang terus berevolusi.

Di era ini, radio sudah mengalami begitu banyak perubahan dan bentuk yang tentunya disesuaikan dengan pangsa pasar pendengarnya. Tidak mengherankan jika dikemudian hari kita dapat menemukan ada begitu banyak stasiun radio yang mulai menyiarkan berbagai konten dengan topik yang sangat spesifik, seperti radio wanita, radio rohani, radio anak muda, radio desa dan lainnya. 

Sporadisnya stasiun radio, utamanya radio swasta menjadi bukti kuat bahwa persaingan media lewat bisnis radio masih dipandang sebagai prospek yang cukup menjanjikan. Beberapa strategi pemasaran dan produksi konten yang dilakukan oleh banyak radio swasta pun sangat beraneka ragam dan cukup kreatif. 

Sebagai contoh kecil, saat ini ada banyak begitu banyak stasiun radio komersil yang mulai melebarkan sayapnya dengan tidak hanya menjual produk siaran mereka saja. Namun, mereka kini jutsru mulai berinovasi dengan membuat beraneka ragam konten di media sosial, seperti konten video kreatif di Youtube, konten siniar di Spotify, dan lainnya. 

Selain mulai melebarkan sayap ke arah konvergensi dan inovasi konten, banyak dari stasiun radio swasta perlahan juga mulai menjual produk-produk media mereka dalam bentuk yang lebih beraneka ragam, seperti siaran radio visual, produk majalah, sekolah kursus radio, sekolah master of ceremony, agensi perikalanan, dan lainnya dapat menjadi beberapa hal lain yang dilakukan oleh banyak stasiun radio swasta hari ini untuk semakin memperoleh keuntungan yang jauh lebih besar serta pengaruh yang lebih besar. 

Salah satu satsiun radio swasta yang telah mantap melakukan berbagai inovasi dan pengembangan tersebut adalah Swaragama FM. Swaragama FM adalah salah satu stasiun radio yang berada dibawah naungan induk perusahaan PT Radio Swara Gadjah Mada dan menjadi salah satu radio anak muda pertama di Provinsi D. I Yogyakarta yang pada awal perkembangannya sekitar tahun 2002 berhasil menyabet penghargaan sebagai radio yang kontennya erat dengan gaya hidup anak muda saat itu. 

Di umurnya yang telah menginjak 19 tahun, Swaragama FM saat ini tidak hanya berfokus pada bisnis siaran radio saja. Dengan strategi pemasaran yang ciamik dan didukung oleh semangat kapitalis yang tinggi, bisnis media mereka saat ini juga merambah pada berbagai sektor usaha lain, seperti pendidikan, event organizer, majalah, dan hingga stasiun radio baru.

Pengertian Ekonomi Politik Komunikasi dan Spasilisasi

Dalam artikel kali ini, penulis ingin memberikan analisis mengenai radio Swaragama FM dalam perspektif disiplin ekonomi politik komunikasi dan secara khusus akan berfokus pada persoalan dan konsep spasialisasi. Ekonomi Politik Komunikasi singkatnya adalah konsep dalam studi kajian kritis komunikasi yang menganalisis dan membahas serta berfokus pada tradisi ekonomi politik diranah komunikasi. 

Konsep ini berusha melihat tentang bagaimana cara kerja dari media sebagai sebuah korporasi dalam memanfaatkan sumber daya komunikasi yang ada demi menghasilkan keuntungan ekonomi dan pengaruh-pengaruh tertentu secara politik, baik terhadap perubahan sosial masyarakat, budaya media di masyarakat luas, dan lainnya (Mosco, 2009:7-8). 

Sedangkan, spasialisasi adalah salah satu konsep penting dari ekonomi politik komunikasi itu sendiri, yang mana berusaha menjelaskan dan mengejawantahkan pada bagaimana caranya agar sebuah perusahaan (korporasi) mampu mengatasi persoalan dalam aspek kesenjangan ruang dan waktu yang dapat menyasar kepada kehidupan sosial, ekonomi, komunikasi dan politik. 

Ilustrasi dari ekspansi bisnis, bagian tak terpisahkan dari sistem spasialisasi | motivirus.com
Ilustrasi dari ekspansi bisnis, bagian tak terpisahkan dari sistem spasialisasi | motivirus.com

Menurut Vincent Mosco (2009: 14) dalam Political Economy of Communication, spsasialisasi merupakan "The process of overcoming the constraints of space and time in social life" atau pada proses bagaimana kah sebuah korporasi media dapat mengatasi berbagai kendala pada aspek ruang dan waktu. Di satu sisi, spasialisasi dalam pengertian lain juga berkaitan dengan bagaimana caranya agar sebuah korporasi media mampu menyajikan berbagai produk medianya di depan khalayak di dalam batasan kesenjangan antar ruang dan waktu yang ada.

Hal ini pun akhirnya mencerminkan bahwa dalam aspek spasialisasi, ada beberapa cara-cara yang harus ditempuh bagi banyak industri komunikasi utamaya korporasi media untuk mempengaruhi lingkungan sosialnya. Cara-cara tersebut biasanya lebih mengarah pada bagaimana perusahaan media menguasai segala aspek penting yang diperlukan agar mampu menciptakan ekosistemnya dengan baik, mulai dari segi produksi, distribusi hingga pada proses pertukaran komunikasi.

Dalam konsep spasialisasi ada dua tipe yang tertuang di dalamnya, yakni tipe spasialisasi yang terkonsentrasi secara horizontal dan spasialisasi terkonsentrai secara vertikal. Pada artikel kali ini, penulis akan berfokus pada spasialisasi yang terkonsentrasi secara vertikal sebagai topik utamanya. Spasialisasi vertikal sendiri menurut Mosco (2009) adalah strategi pertumbuhan karena perusahaan melakukan perluasan usaha dengan menambah bidang usaha dari perusahaan pemasok atau bidang usaha dari distributornya.

Strategi ini menghasilkan sebuah pertumbuhan dalam tubuh perusahaan lewat akuisisi yang berkaitan dengan proses produksi sampai dengan konsumsi, dan hal ini dapat mendukung perusahaan untuk memperoleh kontrol yang besar atas suatu lini bisnis. Konsentrasi vertikal sendiri memiliki dua jenis yakni integrasi vertikal ke belakang dan ke depan. 

Integrasi vertikal ke belakang adalah strategi untuk meningkatkan pengendaliaan pasokan atas bahan baku dan sumber daya, sehingga harga produk menjadi stabil serta punya margin yang keuntungan yang tinggi, sementara integrasi ke depan adalah strategi mengendalikan distribusi atas produk atau jasa yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengkontrol serta menjaga kestabilan pasokan bahan baku (Mosco, 2009:159-160).

Unit-Unit Bisnis PT Swara Gadjah Mada

PT Radio Swara Gajah Mada memperluas bisnis medianya dikisaran tahun 2008. Pada tahun-tahun tersebut PT Radio Swara Gadjah Mada mulai secara perlahan mengembangkan ekspenasi bisnisnya dengan membuat unit bisnis baru, seperti: 

1. S! Production

S! Production adalah unit bisnis Swaragama FM yang bergerak di bidang event organizer. S! Production awalnya berasal dari ide divisi off air Swaragama FM untuk memulai kegiatan-kegiatan off air bagi Radio Swaragama, yang mana kegiatan off air saat itu sudah mulai dilakukan sejak tahun 2001 dan rutin di laksanakan pada kisaran tahun 2003 akhir. 

Salah satu proyek dan event pertama yang dibuat oleh S! Production adalah Jogjakarya Indie Fest dan menjadi titik tolak proses pembelajaran dan perkembangan mereka. Pada tahun 2016, S! Production berhasil menjadi PT tersendiri dengan nama PT. Swaragama Multi Media Management. 

Saat ini kepemimpinan S! Production dipegang oleh Likat Hartono selaku manager dari S! Production event organizer. Acara-acara yang pernah ditangani oleh S! Production antara lain Cities On Volcanoes 8 (2014), U-Mild Custom Fest (2014), Telkomsel Loop Kepo (2014), Rute Riang Xenia (2014), dan masih banyak yang lainnya.

2. STC (Swaragama Training Center)

Swaragama Training Center (STC) adalah unit usaha dari PT Radio Swara Gadjah Mada dan berdiri pada tahun 2008. STC berfokus pada pengembangan dan pelatihan broadcasting. STC hadir pada tahun 2008 untuk menjawab permasalahan akan tingginya angka kebutuhan dan kesadaran dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi. 

STC dalam kegiatan belajar dan mengajarnya berfokus pada pendekatan andragogi dan metode experiential learning serta mengedepankan cara belajar dengan porsi 40% teori-60% praktek. STC sendiri membuka empat kategori kelas intensif yang dibuka setiap bulan, seperti public speaking, master of ceremony, news anchor, dan lainnya.

 Logo resmi dari unit usaha Swaragama Training Center | swaragamafm.com
 Logo resmi dari unit usaha Swaragama Training Center | swaragamafm.com

3. Majalah MyMagz

MyMagz adalah unit usaha pengembangan dari monthly newsletter. Awalnya MyMagz mengerjakan publikasi mengenai aktivitas dan kegiatan on air atau pun off air dari Swaragama FM. MyMagz merupakan majalah yang embrionya berasal dari newsletter "Kabar Aje" yang terbit perdana di bulan Desember 2008, dan pertama kali mewartakan bencana angin ribut pada Jumat 7 November 2008, yang juga ikut merubuhkan tower siaran dari Swaragama FM. 

Newsletter "Kabar Aje" diterbitkan untuk menjadi salah satu media promo dan komunikasi antara radio Swaragama FM dengan pendengarnya, serta menjadi media penghubung yang dapat menyatukan antara pendegar Swaragama FM dengan penyiarnya. Pengembangan majalah yang dilakukan oleh PT Radio Swara Gadjah Mada ini dilatarbelakangi oleh kegiatan ekspansi bisnis mereka yang sedang beranjak naik, yakni S! Production dan Swaragama Training Center. Pada tahun 2010, majalah "Kabar Aje" berganti nama menjadi MyMagz. 

Analisis Spasialisasi dan Penjabaran 

Tiga unit usaha lain yang dimiliki oleh PT Radio Swara Gadjah Mada dapat diidentifikasi tergabung ke dalam konsentrasi integrasi vertikal. PT Radio Swara Gadjah Mada membuat keputusan bisnis dengan membentuk fasilitas atau unit produksi dan distribusi yang baru. Ketiga unit usaha ini selanjutnya memiliki fungsi-fungsi yang berlainan satu sama lain dan memiliki output yang berbeda dari induk perusahaannya, yakni radio Swaragama. 

Konsentrasi integrasi vertikal di sini sangat terasa dengan adanya pembagian-pembagian rangkaian proses produksi dan distribusi dari hulu hingga ke hilir atau integrasi vertikal ke depan maupun ke belakang. Integrasi vertikal ke belakang atau ke depan yang ada dalam konsep spasialisasi ini dapat dilihat dari kehadiran STC (Swaragama Training Center) yang mendukung proses pelatihan dan pembentukan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan oleh Swaragama dalam menghasilkan calon-calon pekerja mumpuni yang mampu ditempatkan ke dalam unit-unit usaha yang di PT Radio Swara Gadjah Mada. 

Dalam konteks ini, STC bisa disebut sebagai integrasi vertikal ke depan atau ke belakang. Mengapa demikian? Sebab, menurut analisis penulis dari segi vertikal ke depan, pendirian STC yang dilakukan oleh PT Radio Swara Gadjah Mada mengindikasikan bahwa mereka memiliki modal yang cukup kuat untuk membentuk dan memprakasai lahirnya sebuah unit usaha baru yang berfokus pada usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja media. 

Sementara, secara integrasi vertikal ke belakang, penulis menganalisis jika ketersedian sumber daya manusia yang sesuai dengan kriteria-kriteria PT Radio Swara Gadjah Mada yang berkualitas akan dapat menjaga kestabilan jumlah serta keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan hingga pada periode waktu yang sangat panjang. Sehingga, pendirian unit usaha ini (STC) dinilai dapat menjaga kestabilan sumber daya manusia mereka dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja di dalam PT Radio Swara Gadjah Mada dan unit-unit usaha mereka.

Integrasi vertikal juga terjadi dalam S! Production dan MyMagz. Dalam konsentrasi integrasi vertikal ke belakang, kehadiran dua unit usaha ini berdasasrkan hasil analisis penulis dapat menambah jumlah pasokan akan berbagai kebutuhan yang sangat diperlukan oleh PT Radio Swara Gadjah Mada, mulai dari mendapatkan konten siaran radio yang tidak dapat dipublikasikan sampai dengan penciptaan ide-ide untuk membuat event atau acara tertentu.  

Bukan tanpa alasan. S! Production dapat menambah jumlah pasokan orang-orang yang bekerja di dunia kreatif. Selain itu, unit usaha ini juga berfokus pada pengembangan evemt-event yang sangat diperlukan oleh khalayak luas. Di samping itu, kehadiran MyMagz juga sangat membantu dalam menjaga dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan bahan baku akan informasi, baik informasi-informasi yang ada di internal PT Radio Swara Gadjah Mada yang tidak masuk dalam siaran harian radio Swaragama maupun informasi-informasi eksternal PT Radio Swara Gadjah Mada, seperti acara-acara off air, media partner, dan kerjasama dalam pembuatan event. 

Dari segi konsentrasi integrasi vertikal ke depan, kehadiran dua unit usaha ini juga mengindikasikan bahwa PT Radio Swara Gadjah Mada juga memiliki modal (kapital) yang cukup kuat dalam membentuk unit usaha baru yang bergerak di bidang produksi dan distribusi, seperti event organizer dan produk majalah. Kehadiran S! Production sebagai unit usaha event organizer dapat menjaga jalur distribusi pengadaan jasa pembuatan berbagai event. 

Selain itu, MyMagz juga dapat menjaga marjin keuntungan yang tinggi dengan lebih leluasa untuk membuat produk medianya sendiri dengan menerbitkan konten majalah, yang di satu sisi dapat berfungsi juga sebagai alat promosi kepada masyarakat mengenai radio Swaragama yang pada kenyataannya tidak hanya sekadar memiliki siaran radio saja sebagai barang dagangan utama mereka selama ini.  

Pada akhirnya, kita bisa melihat bahwa integrasi vertikal dalam konsep spasialisasi akan selalu ada dalam setiap aktivitas bisnis. Spasialisasi memang sangat diperlukan dalam suatu proses bisnis, sebab kebutuhan perusahaan dalam menjadi yang terdepan adalah dengan menguasai segala lini yang terbaik sehingga mampu menciptakan pengaruh dan hegemoni yang lebih besar dalam mendapatkan keuntungan ekonomi serta menjadi sarana dalam memantapkan proses kepentingan politik bagi suatu perusahaan. 

Spasialisasi yang berfokus pada penguasaan sumber daya untuk melakukan produksi sampai pada tahap distribusi ternyata sangat membantu sebuah perusahaan dalam mendapatkan keinginan dan mencapai visi serta misi perusahaan. Menguasai seluruh sumber daya dan mengkontrol proses produksi dan distribusi, tentu akan menghasilkan sebuah konsekuensi berupa kesulitan ketika akan membuat sebuah usaha baru. Namun, integrasi vertikal tetap dipilih karena sifatnya yang bertahan lama, dapat mengurangi biaya operasional serta menjaga ketersediaan sumber daya, baik alam maupun manusia.

Sumber:

Mosco, Vincent. 2009. The Political Economy of Communication. London, UK: Sage Publications.

Uchjana, Onong. 2003. Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti

Sinaga, Monang. 1 Februari, 2013. Jenis-Jenis Integrasi Perusahaan. slideshare.net. Diktuip pada hari Jumat 21 Juni 2019

Soekarno, IL. 2013. Faktor-Faktor Yang Memotivasi Reporter Mahasiswa Bekerja Di Majalah MyMagz. e-journal.uajy.ac.id. Dikutip pada hari Jumat 21 Juni 2019 

Swaragama FM. (2019). swaragamafm.com. Di akses pada hari Sabtu 22 Juni 2019 

Swaragama Training Center. (2019). swaragamatc.com. Di akese pada hari Sabtu 22 Juni 2019

Swaragama Production. (2019). swaragamaproduction.com. Diakses pada hari Sabtu 22 Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun