Mohon tunggu...
Thomas Ofni
Thomas Ofni Mohon Tunggu... Guru - Non scholae sed vitae discimus

Sepatah dua patah kata opini dari seorang pendidik dan penyuluh yang tidak sengaja terjun ke ranah tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Terima Kasih", Apakah Penjual atau Pembeli yang Mengucapkannya Terlebih Dahulu?

12 September 2020   23:28 Diperbarui: 30 April 2021   20:58 5982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rutinitas pagi hari saya lakukan seperti biasa. Bangun tidur, berdoa, sedikit melemaskan kaki dengan jogging, kemudian mandi dan bersiap pergi bekerja. Namun, di hari itu saya menemukan bahwa bahan bakar motor saya, yang sudah saya pakai sejak kuliah tahun pertama, rupanya tinggal sedikit. Hal itu terlihat dari meterannya yang "nangkring manja" di huruf E. 

Mungkin secara etimologis, developer kendaraan bermotor terispirasi dari dua bahasa untuk menyimbolkan habisnya suatu bahan bakar. Bahasa Inggris dan Jawa. Tak perlu berlarut-larut, saya kemudian mampir ke sebuah pom bensin plat merah untuk membeli minum "Napoleon", nama yang saya berikan untuk motor saya.

Bahan bakar pun diisi, kebetulan saat itu saya mengisi penuh. Seperti biasa transaksi yang terjadi antara dua manusia beradat, saya mendapatkan "barang" nya, penjual mendapatkan "bea" nya. Selembar uang bergambar Bapak Alm. Otto Iskandar Dinata pun saya keluarkan sebagai alat tukar yang sah. 

Saya memberikan uang tersebut kepada petugas pengisian bahan bakar. Sembari memberi, ucapan terima kasih pun saya lempar. Namun seperti lemparan frissbee yang asal dilempar, ucapan saya tersebut tidak dilempar kembali. Alhasil, saya pun bertanya apa yang salah pada diri saya.

Dalam perjalanan ke tempat kerja, saya bertegun dan berpikir. Apakah dalam transaksi jual beli, seorang konsumen atau pedagang yang mengucapkan terima kasih? Hal ini akan saya bahas menurut hemat saya. 

Secara translasi, ke dalam bahasa Inggris terima kasih diartikan sebagai thank you. Menurut kamus Merriam-Webster, definisi dari thanks sendiri adalah ungkapan syukur atas sesuatu. Syukur disini adalah berterima kasih atas sesuatu yang diberikan. Misalnya kasih sayang dari orang tua, atau contoh mudah dan umum, adalah mendapat pinjaman uang dari handai taulan. Hehehe bercanda.

Arti dalam bahasa Indonesia juga secara garis besar sama dengan kamus Merriam-Webster tersebut. Terima kasih artinya adalah mengucap syukur atas apa yang diberikan, serta ucapan yang diberikan untuk membalas kebaikan orang lain terhadap kita. Arti frasa ini sangat luas cakupannya. Tidak disebutkan leboh lanjut arti secara mendalam. 

Menurut hemat saya, terima kasih selain ungkapan syukur, merupakan ungkapan afirmatif. Dimana penerima frasa ini merasa bahwa apa yang sudah ia berikan kepada lawan bicaranya sudah diterima dengan utuh. Contoh dalam dunia digital ini adalah apabila kita memesan barang secara daring, maka kita akan memberikan konfirmasi kepada penjual barang tersebut. 

Dalam penjelasan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ucapan terima kasih patut diberikan kepada dua pihak yang saling bertransaksi. Kita hidup di jaman dimana suatu pengakuan sangat "diagungkan".

Maksud diagungkan disini sangat general. Mungkin perlu saya tarik kesimpulan dengan kata yang cukup digemari anak muda jaman sekarang, yaitu baper A.K.A. bawa perasaan. Segala sesuatu harus diakui, harus lembut, harus ada balasannya. Nah, dalam poin harus ada balasannya ini, tema bahasan saya berbicara. Harus adanya pengakuan atau balasan dari kedua belah pihak yang bertransaksi.

Pada kepercayaan yang saya anut, ada suatu istilah yaitu "Apabila kamu ditampar pipi kiri, maka berikanlah pipi kanan mu". Sebagai penganut kepercayaan tersebut, tentu saya berpikir cukup aneh apabila ditampar pipi kiri, malah diberikan pipi kanan, kan sakit nya double.

Penggalan istilah yang diambil dari ayat kitab suci tersebut perlu pemahaman yang mendalam dan substansial. Maksud dari istilah biblis tersebut adalah, janganlah membalas kejahatan, bersikap legowo tapi bukan pasrah. Lalu apa hubungannya dengan pembahasan ini. Hubungannya adalah berbuat baiklah pada semua orang. 

Berbuat baik itu tidak perlu alasan, tidak perlu sebab. Salah satu perbuatan baik itu adalah, ya, mengucapkan terima kasih pada semua orang. Mengucapkan terima kasih tidak perlu balasan juga, karena pengucapan terima kasih adalah salah satu ungkapan syukur atas yang sudah diberikan. Selain itu, mengucap terima kasih adalah ungkapan senang dan bahagia kita. Ingat, bahagia dan senang itu sifatnya menular, lho.

Jadi, apa salahnya kita mengucapkan terima kasih, meskipun akhirnya tidak berbalas. Toh pada akhirnya kita berbuat baik dan menyebarkan suka cita bagi semua orang. Berbuat baiklah, maka kamu akan bahagia. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun