Mohon tunggu...
Thomas Aquino Ariasoca
Thomas Aquino Ariasoca Mohon Tunggu... -

Competence, Conscience, Compassion

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita Perlu Sosok Anti-Hero

2 Maret 2015   17:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:17 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini banyak terjadi masalah negeri kita yang katanya indah ini. Mulai dari karut-marut pelantikan mas BG, kriminalisasi KPK, pembegalan dimana-mana, dan yang paling terkini masalah pengadaan UPS yang dicurigai berbau praktek korupsi.

Dari berbagai peristiwa itu, terdapat titik temu yang sebenarnya sudah klise: mereka yang memiliki kuasa menindas mereka yang biasa. Dalam hal ini, "biasa" adalah kita semua yang biasa, dari pekerja kantoran hingga penjual minuman, yang hanya ingin menikmati hidup ini dengan sederhana : rajin bekerja dan istirahat sembari menghisap rokok dan secangkir kopi.

Lalu siapakah yang memiliki "kuasa"? Tentu saja para politikus, dan kini ironisnya mereka yang tertindas (baca: rakyat))kini menggunakan "ketertindasan" mereka untuk melegitimasi "kekuasaan" mereka.

Alhasil, kini orang-orang "biasa" seakan menjadi ternak yang siap disembelih oleh para "penguasa". Politikus korup mencuri uang dari pajak untuk berbagai proyek dan studi banding, oleh rakyat sendiri, orang-orang "biasa" menjadi tujuan utama kekerasan dan pencurian. Orang-orang "biasa" ini tak lebih dari objek eksploitasi semata.

Tak heran, kita semua merindukan sosok seorang superhero layaknya Superman. Kita mendambakan seseorang yang benar-benar melindungi dan memperdulikan kita dari segala macam kejahatan. Siapa sih, yang tidak ingin melihat Superman menangkapi pejabat korup atau meringkus berandalan pembegal seperti di komik-komik?

Sayangnya, Superman tidak mungkin ada di dunia, apalagi di Indonesia. Jadi, minimal kita mendambakan sosok manusia baik hati yang menghancurkan semua kejahatan di negara yang katanya luar biasa ini.

Sayangnya lagi, di Indonesia sepertinya sulit menjadi orang baik. Berbuat baik dituding sebagai pencitraan, bahkan kalaupun tulus, orang baik selalu dimanfaatkan oleh manipulasi-manipulasi licik dari pihak jahat. Lantas, apakah kita semua tidak memiliki sosok penyelamat?

Tidak, kita masih bisa selamat. Yang kita butuhkan bukanlah superhero yang sempurna, tapi sosok anti-hero yang tidak sempurna.

Sesuai namanya, istilah tokoh anti-hero adalah tokoh yang menjadi pahlawan dalam suatu cerita, tapi sikap dan perilakunya sangat jauh dari seorang pahlawan yang bijak, bersahaja, dan sopan. Seorang anti-hero bisa saja adalah orang-orang paling berengsek dan licik di muka bumi, tapi ia kadang memiliki tujuan mulia di balik semua itu.

Jika orang baik bisa dijatuhkan lewat kriminalisasi ataupun hak angket, seorang anti-hero bisa jadi lebih licik dari mereka, entah dengan kekerasan ataupun manipulasi politik yang cerdas. Bisa jadi seorang anti-hero adalah koruptor, tapi mengkorupsi uang-uang pejabat korup untuk kemudian digunakan untuk kesejahteraan rakyat, atau penjahat sadis yang membuat para pembegal mengompol layaknya anak TK yang permennya diambil. Anti-hero adalah antitesis superhero, tapi juga antitesis supervillain. Ia tidak berada dalam hitam atau putih, tapi berada di daerah abu-abu, dimana tujuan adalah inti dari semua kehidupanya. Seorang anti-hero tidak mempedulikan proses atau etika, selama tujuan tercapai, itulah proses yang baik.

Tentu saja, sosok anti-hero ini diperlukan, karena memang manusia di era ini sudah terlalu kompleks untuk dipisahkan dalam area hitam-putih, apalgi dalam politik di mana semua serba kepentingan. Sosok anti-hero ini merepresentasikan sisi gelap manusia yang bersinggungan dengan hati nurani. Anti-hero adalah sosok ketidaksempurnaan manusia yang paling sempurna untuk menangani ketidaksempurnaan itu. Itulah yang membuat anti-hero adalah sosok yang tepat untuk menjadi penyelamat kita. Ia memberikan dualisme: kita akan membencinya karena perbuatannya, tapi kita akan mencintainya akibat perbuatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun