Mohon tunggu...
Thomas Mulia
Thomas Mulia Mohon Tunggu... -

Idea Shaper.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perubahan Kecil

18 Oktober 2012   05:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:43 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang pemuda berjalan lambat menyusuri trotoar saat malam hari menuju rumahnya. Biasanya di ujung jalan dari trotoar itu dia akan berbelok ke kanan, jalan itu adalah jalan tercepat menuju rumahnya. Tapi malam itu adalah malam yang indah, bulan bersinar terang dan bintang berhambur di angkasa. Sehingga pemuda itu lebih memilih berbelok ke arah kiri dan mengambil jalan yang lebih panjang untuk sampai ke rumahnya sambil menikmati indahnya suana malam.

Setelah berjalan sekitar sepuluh menit dia mendengar suara teriakan dari salah satu rumah yang dia lewati, dia tadinya ingin menghiraukan teriakan itu dan terus berjalan. Tapi sesaat pemuda itu berjalan menjahui rumah sumber teriakan itu, teriakan kedua terdengar jauh lebih keras dari teriakan pertama. Dia bergegas menuju rumah itu lalu mengetuk pintu depannya dengan keras.

“Halo ada apa didalam sana!?” pemuda itu berkata. Tidak ada yang menjawab, hening sejenak. Lalu tiba-tiba terdengar suara barang pecah dari dalam rumah, langsung saja dengan kakinya pemuda ini mendobrak pintu dan masuk ke dalam rumah. Seorang wanita berteriak minta tolong dari arah dapur, pemuda itu bergegas menuju kesana dan melihat wanita yang tadi berteriak terdiam di lantai dengan wajah yang ketakutan.

Didepan wanita itu berdiri seorang pria bertopeng memegang pisau ditangannya siap menusuk wanita itu. Si pemuda yang langsung tahu pria itu seorang perampok langsung menyerbu si perampok dan berduel dengannya. Perampok yang kaget tak sempat berbuat apa-apa saat badannya ditarik ke udara oleh si pemuda dan dihantam keras ke lantai, pemuda itu memegang sabuk hitam di kelas karatenya.

Perampok yang terjatuh itu langsung pingsan dan si pemuda menjahui pisau yang ada di genggaman tangan si perampok. “anda tidak apa-apa bu?” Tanya pemuda itu lembut sambil membantu wanita itu berdiri dari lantai. “ya..aku baik-baik saja” jawab wanita itu dengan ekspresi yang masih syok di wajahnya. Tidak lama etelah itu polisi dipanggil dan si perampok ditangkap.

Pemuda itu merasa semuanya sudah selesai dan tidak ada lagi yang bisa dia perbuat, dia berpamitan pada ibu tadi untuk pulang, saat bersalaman si ibu bertanya “aku belum tau namamu..” “Michael..” jawab pemuda itu singkat. “kau tau Michael, sekarang aku sedang mengandung anak pertamaku, jika nantinya dia laki-laki akan kuberi nama anak ini namamu”

Michael yang mendengar perkataan ibu itu hanya tersenyum dan mengucapkan selamat tinggal. Setelah itu bertahun-bertahun kemudian Michael tak pernah bertemu lagi dengan si ibu, sehingga dia tidak tahu apa anak ibu itu laki-laki atau perempuan.

Michael tidak pernah tahu anak yang dilahirkan ibu itu nantinya adalah anak yang berprestasi di sekolahnya, seorang anak yang nantinya memiliki jiwa kepimpinan dan mencintai negrinya. Anak ini memperdalami ilmu politik dan dimasa depannya menjadi seorang presiden yang sangat dicintai oleh rakyatnya, dan ya nama anak ini Michael.

Semua hal ini dapat terjadi hanya karena “perubahan kecil” yang Michael buat saat akan memilih jalan menuju rumahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun