Nama Permainan: "So Inang So" berasal dari Kabupaten Manggarai
Nama permainan ini diambil dari lagu yang dinyanyikan oleh peserta-pesertanya dalam mengiringi permainan ini. Pengertian So Inang So ialah Mengapa Begini Jadinya, Bibi?
Permainan ini dimainkan tanpa kaitan suatu peristiwa tertentu, dan pada saat atau peristiwa manapun juga kecuali pada peristiwa-peristiwa kedukaan. Waktu yang baik untuk melaksanakan permainan ini ialah malam hari ketika bulan terang, pada musim kemarau. Kadangkala dimainkan juga pada waktu pagi dan sore hari.
Permainan ini bermula di Ha-minte Cibal antara dua kedaluan yaitu Dalu Lamba dan Dalu Cibal. Menurut cerita pada zaman dahulu, ada dua orang muda mudi yang saling jatuh cinta. Sang pemuda berasal dari Dalu Lamba sedangkan pemudinya berasal dari Dalu Cibal.Â
Tak lama kemudian diadakan peminagan; mas kawin dan segala tuntutan keluarga wanita dipenuhi oleh keluarga laki-laki. Setelah pembayarannya diadakan upacara perkawinan disertai pesta besar.Â
Pada malam hari, ketika kedua pengantin diantar masuk kedalam rumah, terjadilah suatu peristiwa yang menyimpang dari kebiasaan umum. Kedua orang tau dari pengantin putrid tidak memperkenankan kedua pengantin tinggal sekamar.Â
Timbullah perselisihan diantara kedua orang tua pengantin. Orang tua pengantin putri tetap berkeras pada kemauaannya. Akhirnya, pada kejengkelannya, pengantin pria mengarang suatu permainan dan mengumpulkan anak-anak untuk memainkan permainan tersebut, dengan lagu yang mengejek orang tua pengantin wanita.Â
Ketika melihat permainan tersebut, kedua orang tua pengantin wanita menganggap bahwa mereka dipermainkan sehingga akhirnya merekapun mengizinkan kedua pengantin itu tinggal sekamar.Â
Peserta-peserta permainan ini sajak dari dulu hingga sekarang ini tidak dibatasi menurut kelompok sosial dalam masyarakat. Pesertanya terdiri atas anak-anak usia Sekolah Dasar (SD). Permainan ini tidak mengandung unsure religio magis.
Jumlah peserta pada permainan ini adalah sekitar 10 sampai 20 orang. Para Peserta berumur 6 samapi 12 tahun. Jadi peserta pada umumnya masih duduk di bangku pendidikan Sekolah Dasar. Peserta dalam permainan ini terdiri atas laki-laki saja, perempuan saja dan campuran laki-laki dan perempuan. Permainan ini dapat diikuti oleh anak-anak dari segala lapisan masyarakat tanpa membedakan kelompok sosialnya.
Permainan ini merupakan permainan yang sederhana dan tidak membutuhkan alat permainan yang sulit untuk dijangkau. Pakaian atau busana para peserta bebas dan tempat permainannya bisa di lapangan terbuka dan halaman rumah yang tidak diberi batas.
Permainan ini diiringi lagu yang dinyanyikan oleh peserta bersama-sama tanpa disertai alat music. Judul lagunya ialah So Inang So.
Persiapan untuk Memulai Permainan:
Dibutuhkan sebuah lapangan atau halaman rumah sebagai lokasi permainan. Peserta permainan dibagi kedalam peranan dan tugas masing-masing sebagai berikut.
Seorang berperan sebagai ayam jantan, seorang berperan sebagai induk ayam dan sisanya berperasn sebagai anak-anak ayam.
Sesudah diadakan pembagian peran tersebut, 2 orang pemeran "anak ayam" berdiri di tengah lapangan permainan dalam keadaan saling berhadapan dan akan bertugas sebagai penawan, sedangkan pemeran ayam jantan, induk ayam, dan anak ayam lainnya berbaris di depannya. Urutan dalam barisan permainan tersebut adalah: ayam jantan paling depan, sesudah itu induk ayam dan anak-anak ayam. Setelah semuanya siap maka permainannya dapat dimulai.
Aturan dan Tahapan Permainan:
Permainan So Inang So hanya mengenal dua tahap permainan yakni tahap membentuk lingkaan dan tahap pengerjaan. Tahap membentuk lingkaran, pertama barisan peserta menyanyikan lagu "So Inang So" sambil berjalan menuju kedua peserta yang bertugas sebagai penawan.
Mereka berbaris sambil berpegangan pada pinggang peserta depannya, kecuali "sang ayam jantan" yang berada pada posisi paling depan. Kedua peserta yang bertugas menawan sambil berhadapan mengulurkan kedua tangannya dan berpegangan pada pergelangan tangan. Kedua tangan peserta dianggap sebagai pintu masuk dan keluar yang dapat ditutup dan dan dibuka dengan cara menaikan dan menurunkan kedua tangan mereka.Â
Pintu dibuka waktu nyanyian samapi pada kata kiok kiok dan semua peserta melewati pintu tangan tersebut. Waktu peserta yang paling belakang memasuki pintu, pintu ditutup dan penawan bersorak karena mendapatkan tawanan dan bersamaan dengan itu akhir dari lagu kiok kiok dihentikan, peserta yang telah melewati pintu menoleh sejenak kearah kawannya dan yang tertawan.Â
Sesudah itu kembali mereka mengulang lagu So Inang So dan berjalan seperti sebelumnya sambil membelok kearah awal dan sampai lagu mencapai kata kiok kiok kembali memasuki pintu dan setiap kali peserta yang melihat kebelakang ditawan.Â
Peserta yang tertawan langsung membentuk lingkaran semakin besar yakni 3,4,5 anak dan seterusnya sampai lingkaran tersebut beranggotakan semua peserta yang berperan sebagai anak ayam. Tinggalah dua peserta yang berperan sebagai ayam jantan dan induk ayam.
Waktu ayam jantan sudah melewati pintu keluar dan induk ayam yang berada di belakangnya masih berada di dalam maka pintu tangan ditutup dan semua peserta yang berperan sebagai anak-anak ayam bersorak-sorak. Sang ayam jantan marah waktu mengetahui bahwa induk ayam tidak mengikutinya mulailah sang ayam jantan berusaha untuk mendapat sang induk ayam.
Tahap Pengejaran:
Yang berperan sebagai ayam jantan berupaya untuk menangkap induk ayam yang dengan ketat dilindungi anak-anak. Kalau ayam jantan berhasil masuk lingkaran dengan muslihat menunduk atau mendorog maka anak-anak ayam membuka pintu untuk induk ayam keluar.Â
Bagaimanapun ayam jantan selalu berusaha mengucar-ngacirkan lingkaran anak-anak sehingga pada satu saat ayam jantan dan induk ayam berada bersama di dalam lingkaran atau diluar dan berhasil menangkap induk ayam.Â
Setelah induk ayam tertangkap oleh sang ayam jantan maka selesailah permainan tersebut. Sering terjadi bahwa ayam jantan tak berhasil mendapatkan induk ayam karena begitu kompaknya lingkaran anak-anak kalau sudah terlalu lama dan kecapaian maka sang ayam jantan bias menyerah karena tidak sanggup lagi menangkap induk ayam dan sudah tentu pemeran ayam jantan mendapat ejekan dari pemeran anak-anak ayam dan induk ayam.Â
Permainan dapat diulangi lagi dari awal dan peran para peserta berganti lagi terutama peran ayam jantan dan induk ayam. Permainan dihentikan atas persetujuan dan kesepakatan bersama para peserta, atau anggotanya semakin banyak yang mengundurkan diri.Â
Konsekuensi Kalah dan Menang dalam Permaian
Peserta yang menang adalah peserta pemeran ayam jantan yang sanggup menagkap peserta pemeran induk ayam. Peserta yang kalah adalah peserta pemeran ayam jantan yang tidak dapat menangkap peserta pemeran induk ayam.Â
Peserta pemeran ayam jantan yang menang dipuji, sedangkan yang kalah diejek dan diolok-olok. Peserta pemeran ayam jantan yang tercepat waktunya menangkap pemeran induk ayam merupakan peserta yang paling dikagumi.Â
Peranannya Permainan So Inang So di  Masa Kini
Permainan ini sekarang sangat merosot, hampir tak ditemukan lagi pada daerah kota atau desa yang ramai. Merosotnya permainan ini disebabkan oleh banyaknya permainan baru yang lebih digemari oleh anak-anak.Â
Permainan yang diajarkan di sekolah seperti permainan kasti, atletik dan lain-lain serta permainan yang berkembang belakangan ini di tengah-tengah masyarakat  yang kina dapat mengeser kedudukan permainan So Inang So.  Hanya lagu So Inang So sampai sekarang ini masih popular dan hampir dikenal di seluruh Kabupaten Manggarai pada khususnya dan di seluruh daerah di Wilayah Nusa Tenggara Timur pada umumnya.
Tanggapan Masyarakat
Masyarakat menganggap permainan ini baik. Anak-anak dapat bergaul dengan teman sebayanya dan belajar bernyanyi bersama dan bekerja bersama. Permainan ini mengandung unsur edukatif dan rekratif.Â
Unsur kompotitif juga terdapat pada permainan ini yakni dalam tahap pengejaran, dimana pemeran ayam jantan berusaha sekuat-kuatnya untuk mencapai rekor waktu tercepat dalam menangkap pemeran induk ayam. Fungsi dan peran permainan ini sudah tercakup dalam permainan lain yang digemari anak-anak saat ini.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya anak PAUD dan SD.
Terima kasih.
Sumber : Buku Himpunan Permainan Rakyat NTT, Seri I -Tahun 2004
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H