Luar biasa!
Beberapa hari ini kita mendengar pelaku usaha fashion maupun ritel raksasa akan menutup seluruh jaringan tokonya dalam waktu dekat, industri triliunan rupiah "hancur" dalam sekejap mata.
Ritel-ritel raksasa seperti Matahari, Centro, Metro, Golden Truly, Gramedia, Kinokuniya, Lotus, Debenhams, Seven Eleven, dan terakhir Giant. Toko-toko raksasa ritel ini pada akhirnya, beberapa cabangnya, bahkan semua jaringannya pamit undur dari kejamnya kawah candradimuka dunia online.
Ada yg tutup sebagian gerai tokonya, karena masih malu-malu dibilang bangkrut. Ada juga yg  langsung mengambil keputusan untuk pensiun dini. Rontok habis.
Pergeseran dari penguasa pasar yang pada beberapa dekade terakhir sangat jumawa, menyingkirkan pemainpemain kecil kelas warung. Sekarang angin berbalik arah. Pemain-pemain kecil ini seperti sepasukan lebah yang penuh agresifitas menyerang membabi buta. Sporadis memang tapi jumlahnya luar biasa besar.
Siapa mereka?
Dalam beberapa survey di Indonesia, 60-70% UMKM online digawangi kaum perempuan usia produktif, 25 s/d 40 tahunan. Bahkan data BPS hampir sama yaitu mendekati 65% UMKM dijalankan kaum perempuan. Data dari Kementrian Koperasi, para perempuan online ini sudah tumbuh di atas 70% (2020).
Mereka menyebutnya, Emak2 Berdaster. Sebut mereka apa saja, namun faktanya, merekalah yang menguasai Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Blibli, Zalora, JD.id, dan seterusnya, dan sebagainya.
Sebagian besar bahkan tidak pernah sekolah bisnis, kaum dapuran yg seragam kantornya adalah daster 30 ribuan yg ditawar empat hari baru deal. Tapi mereka muncul dengan kekuatan massif seperti gelombang yg bergulung-gulung mengguncang kapal-kapal besar di lautan.
Seorang mantan karyawan ritel Matahari Departement Store, yg posisinya lumayan mumpuni di sana, berkata, "yah mereka ini... orang-orang ini..." tanpa bisa melanjutkan kata-katanya. Kata "mereka ini" maksudnya "kaum ibu-ibu online" yang maju ke medan pertempuran tanpa peralatan perang sama sekali, tapi menang telak melawan tank-tank baja dan pesawat-pesawat siluman canggih, termasuk jaringan ritel Matahari Departement Store.
Metro jatuh. Giant tutup. Debenhams kolaps. Matahari sesak nafas. Seven Eleven hancur. Bahkan sekarang beberapa jaringan ritel lokal pun sudah bersih2 gudang.
Tentu saja kehancuran retail mall ini tidak semata karena tumbuhnya pesaing-pesaing online. Salah satu beban terberat mereka juga adalah biaya operasional, sewa tempat dan pajak. Mereka yg membayar pajak dan sewa tempat di mall harus menjual lebih mahal daripada mereka yang tidak bayar pajak dan tanpa sewa tempat (olshop amatiran). Dan di sini ada peran pemerintah yg mungkin belum bijak mengambil kebijakan. Ini yg membuat selisih harga menjadi sedemikian kejam di tingkat konsumen. Dan kali ini konsumenlah yang dimanjakan dengan harga terjangkau oleh mereka.
Tapi memang,
Pergeseran kebiasaan konsumsi dari retail konvensional ke mall online ini benar-benar bikin jantungan. Siapa sangka, para jawara industri fashion dan retail, pengusaha-pengusaha elit kelas mewah ini, yang cabang-cabang usahanya mengakar hingga ratusan toko di seluruh Indonesia, bisnisnya akan berakhir tragis di tangan emak-emak ber-HP jadul, yang nongkrong di depan kelas nunggu jemput anak pulang, sambil jualan daster di Shopee dan kawan-kawannya? Bahkan kalua pas di rumah, mereka jualan life di facebook.
Hello para manager ritel modern di mall, turunlah ke lapangan, lepaskan jas dan blazermu, pasukan daster telah menyerang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H