Mohon tunggu...
Thomas Je
Thomas Je Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis yang ingin ditulis

There's no Superman.....\r\n\r\n...menulis yang ingin ditulis....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sindrom "Sarang Kosong", Sudahkah Kita (Orangtua) Siap?

28 Februari 2020   16:09 Diperbarui: 28 Februari 2020   16:09 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empty Nest Syndrome

Saat usia menuju senja, bagi pasangan yang sudah menikah cukup lama dan memiliki anak-anak yang beranjak dewasa, tentu mulai menyadari bahwa pada akhirnya yang tetap tinggal di rumah hanyalah diri kita bersama pasangan, yaitu suami atau istri. Anak-anak, hanya akan berada di rumah bersama kita sampai usia SMA, maksimal sekitar usia 19 tahun. Ketika memasuki masa kuliah, beberapa dari mereka sudah akan melanjutkan pendidikan di kota lain, bahkan kemudian bekerja dan akhirnya menikah. Anak-anak kita adalah milik alam semesta, bukan hanya milik kita.

Ini tidak berarti bahwa orang tua seharusnya tidak mencintai anak-anak mereka dan memperlakukan mereka dengan kasih sayang. Tetapi memperlakukan anak-anak dengan kasih sayang berarti menghormati kecerdasan mereka, individualitas mereka, dan hak mereka untuk menjadi diri mereka sendiri. Ketika anak-anak kita mulai dewasa, mandiri dan bahkan sudah mencari/berpasangan dengan orang lain, maka saat itulah kita sebagai orang tua harus siap dan mendukungnya. Anak-anak kita bukan bayi mungil lagi, yang setiap langkah harus digendong ataupun dituntun.

Saat itu datang, berdua bersama pasangan kita di rumah adalah pilihan yang tidak bisa diingkari. Dan tinggallah "sarang kosong" yang kita tempati hanya berdua dengan suami/istri kita. Ketika saat itu tiba, akan makin terasa betapa sebenarnya kita sangat tergantung satu sama lain dengan pasangan kita.

Ketergantungan kita satu sama lain dengan pasangan kita, akan kita nikmati dalam kegiatan-kegiatan ini : Mengisi waktu Berdua, Melewati hari-hari Berdua, Merindukan anak-cucu juga Berdua, dan juga berdoa dan berserah kepada Tuhan berdua. Ketika saat itu tiba, akan makin kita sadari betapa pentingnya membina hubungan yang baik dan hangat dengan pasangan.

Memberikan waktu, Perhatian dan semua bagian terbaik kita untuk orang yang akan terus bersama kita dalam suasana apa pun. Komunikasi rumah tangga yang baik dari awal akan sangat berguna meningkatkan kualitas hubungan kita dengan pasangan pada saat memasuki masa "sarang kosong" ini. Mungkin kita juga mempunyai keluarga lain atau juga sahabat. Akan tetapi tetap saja waktu mereka tentu terbatas untuk bersama-sama kita. Karena mereka pun memiliki keluarga dan aktivitas lain.

Hanya Pasanganlah yang akan selalu di sisi kita, sebagai sahabat , sebagai teman ngobrol, sebagai kekasih. Jadi bagi kita yang saat ini mungkin masih belum sampai di titik itu, mari kita mulai memeriksa kualitas hubungan kita dengan pasangan kita. Jagalah perkataan kita untuk tidak sering mencederai perasaaan pasangan kita supaya tidak muncul kebencian. Karena kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih sayang  menutupi segala perbedaan.

Selagi kita masih ada waktu dan kemampuan, sering seringlah pergi berdua, menikmati Indahnya alam ciptaanNya.  Sambil berbagi kasih sayang agar banyak kenangan yang dimiliki di masa tua. Kita boleh menjadi Pendoa  bagi anak - cucu kita. Berikanlah  Investasi terbaik kita untuk pasangan kita. Baik itu berupa waktu, perhatian dan kebersamaan. Karena bersama dialah kita akan melewati masa tua.

Janganlah kita mengabaikan pasangan hanya ntuk mengejar jabatan, pengakuan, atau pergaulan yang terlihat hebat. Karena akan tiba waktunya semua jabatan, pengakuan dan pergaulan yang terlihat hebat itu akan berlalu.

Dan pada saat itu, baru kita akan menyadari bahwa ternyata belum tentu semua yang tampak berkilau itu emas. Bisa jadi justru kilatan pisau tajam yang dapat menghancurkan. Mari bersama-sama kita sadari dari awal dan kembali berusaha menjadi pasangan yang terbaik untuk suami atau istri kita.

Empty Nest Does not Mean Emptiness!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun