Mohon tunggu...
Thomas Je
Thomas Je Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis yang ingin ditulis

There's no Superman.....\r\n\r\n...menulis yang ingin ditulis....

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Saat Pensiun, Seharusnya Hidup Tidak "Mati"

22 Januari 2020   17:08 Diperbarui: 23 Januari 2020   10:57 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pensiun merupakan momok bagi sebagian bahkan banyak orang. Rutinitas kerja harian akan berubah 360 derajat ketika kita memasuki masa pensiun. 

Beberapa perusahaan besar dan BUMN bahkan memberikan pelatihan dan seminar menghadapi masa pensiun kepada para karyawannya yang akan segera pensiun. 

Banyak orang masih berharap untuk "dikaryakan" saat sudah pensiun, karena ketakutan akan "kekosongan" hidupnya. Bayangkan, usia sudah memasuki 60 tahun, masih harus bekerja? Memang ada beberapa orang dengan passion: kerja. 

Namun sebenarnya masa pensiun adalah masa di mana kita bisa menikmati semua waktu "luang", jika kita sudah siapkan sejak dini.

Masa pensiun bisa menimbulkan depresi bagi sebagian besar orang dengan membuatnya mempertanyakan keberhargaan dan identitas dirinya dalam keluarga maupun masyarakat. 

Terkadang, masa pensiun juga bisa menjadi pengingat akan ketakutannya terhadap penyakit dan kematian, karena tubuh semakin menua. 

Saya punya pengalaman pribadi tentang hal ini. Ada saudara jauh yang biasa saya panggil Om, beliau ini adalah seorang pekerja keras saat masih usia produktif. Beberapa bulan setelah pensiun, beliau terkena stroke. 

Tante saya bilang bahwa beliau stress kepikiran kenapa tidak ada pekerjaan lagi? Tidak ada bawahan yang bisa disuruh ini itu lagi. Tidak ada lagi orang yang "menghormatinya" sebagai pejabat di kantornya. 

2 bulan kemudian beliau meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Dan ternyata, kejadian seperti ini banyak sekali dihadapi oleh para pensiunan, menjadi pikun, sakit, bahkan meninggal dunia. Post power syndrome kah? mungkin juga.

Sebenarnya, banyak hal-hal positif yang bisa kita lakukan saat/menuju masa pensiun, dan bahkan bisa disiapkan sejak dini. Selain fisik dan finansial, kondisi mental kita akan sangat penting dan menentukan. 

Berikut ini adalah beberapa hal (sebagian besar saya bagi dari pengalaman pribadi saya) yang akan mendukung kita untuk tetap menikmati hidup saat pensiun tiba.

Pertama, Kita harus mengakui dan sadar bahwa kita tidak "bekerja" lagi. Meyakinkan diri kita bahwa ini adalah realitanya. Sedih karena sudah tidak bekerja itu sangat manusiawi, namun jangan berkepanjangan, karena bisa menimbulkan emosi negatif. 

Jangan menekan emosi yang dirasakan dan akui bahwa Anda memang merasa sedih karena sudah memasuki masa pensiun. Setelahnya, carilah cara yang sehat untuk menghadapi emosi-emosi tersebut. 

manulife.com.sg
manulife.com.sg
Kedua, Lakukan persiapan. Karena sebenarnya segala hal bisa kita persiapkan bukan? Apalagi menghadapi pensiun adalah sesuatu yang pasti. beberapa orang bahkan sudah menyiapkannya jauh-jauh hari. Termasuk saya. 

Saat ini saya masih berada di usia produktif 40-an tahun, usia emas katanya. Saya akan berbagi "persiapan" pensiun saya nantinya akan ngapain dan seperti apa? Semua sudah mulai dipersiapkan beberapa tahun ini.

Sudah 3 tahun terakhir ini saya mencoba menyiapkan masa-masa di mana saya pasti akan pensiun juga. Setelah berdiskusi dengan istri dan mencari banyak literasi di internet, akhirnya kami memutuskan untuk membuka toko online di sebuah marketplace. 

Mengapa toko online? Karena bisa dilakukan di saat saya masih aktif bekerja seperti sekarang ini, dibantu istri sambil mengurus anak-anak kami yang masih sekolah. Toko online kami ini menjual barang-barang mainan dan hobi. Kebetulan saya adalah penghobi diecast, jadi cukup mudah untuk memulainya. 

Walaupun untuk bisa menjual dan mendapatkan untung, ternyata butuh belajar sekitar 1 tahunan. Kami, saya dan istri, berencana untuk menekuni secara serius bisnis online ini, apalagi saat saya sudah pensiun, waktu sangat banyak untuk memaksimalkan usaha ini. 

Untuk saat ini, kami kerjakan sambilan, dan hasilnya cukup lumayan untuk jajan weekend dan liburan akhir tahun tanpa mengganggu pemasukan utama dari gaji saya. 

Di samping itu saya mulai belajar investasi di reksadana dan saham, ternyata cukup mudah dan worthed sekali, apalagi kalau punya waktu luang dan dana yang cukup material. wow, benar-benar bisa pensiun dengan bahagia. 

Namun perlu dipelajari lebih lanjut lagi investasi saham dan reksadana ini, banyak-banyak mencari literasi baik online maupun offline agar tidak terjerumus ke dalam kerugian. Karena di pasar saham, keuntungan bisa dengan cepat diperoleh, namun bisa juga cepat merugi jika analisis kita tidak akurat. 

Di dunia saham tidak ada yang pasti, kecuali harga naik dan turun, kapan dan berapanya sangat tergantung pergerakan pasar, alias tidak pasti. 

Sudah banyak contoh kerugian karena ketidak akuratan manajemen investasi di saham maupun reksadana ini, baik individu atau BUMN sekalipun, terakhir Asuransi Jiwasraya, Asabri dan Bumiputera gagal bayar polis jatuh tempo karenanya.

 Jadi ini adalah investasi yang sangat bagus namun juga beresiko tinggi. Jika mau melakukannya, harus siap dengan segala resikonya.

Kemudian, saya juga mulai menulis lagi, seperti saat ini. Sebenarnya selain diecast, sebelumnya saya sudah mempunyai hobi menulis sejak beberapa tahun lalu, hanya karena kesibukan pekerjaan menjadi tidak tersalurkan, bahkan sebenarnya sudah menjadi Kompasianer sejak tahun 2011 (boleh check di profil saya), alias 9 tahun lalu. 

Menulis membuat otak saya tidak tumpul, membuka wawasan baru dan bahkan bisa memberikan tambahan penghasilan di Kompasiana. Ada banyak blogger yang juga bisa hidup dari menulis blog. 

Inspirasi tulisan bisa datang dari mana saja, bahkan saat merenung di WC sekalipun. Toh tidak ada salahnya kita mengkomersilkan tulisan-tulisan kita? Apalagi menginspirasi banyak orang yang membaca, berkatnya luar biasa.

Satu lagi rencana besar kami adalah membuka toko saat pensiun nanti. Ini bukan hanya toko online, tapi dua-duanya, toko fisik dan online. Tinggal kami kembangkan barang yang akan dijual, main produknya tetap "toys and hobbies", karena kami sudah memiliki ratusan bahkan tahun ini sudah sampai ribuan pelanggan di seluruh Indonesia yang melakukan transaksi di toko online kami. 

Kami juga sudah punya jaringan distributor yang bekerjasama sejak 3 tahun lalu. Saya yakin dengan beberapa rencana ini tentu tetap masih bisa produktif sambil menikmatri hidup nantinya.

businesscircle.com.my
businesscircle.com.my
Ketiga, lakukan hal-hal baru yang menyenangkan. Misalnya berolahraga rutin dengan keluarga, terutama pasangan/istri, karena ini bisa menyehatkan, menyegarkan raga maupun jiwa kita. Berkumpul bersama keluarga, melakukan aktivitas bersama sungguh mendamaikan hati. 

Bersosialisasi dengan orang-orang baru, maupun komunitas tertentu. Misalnya teman sehobi, ataupun melakukan kegiatan di dalam kelompok atau group yang baru. Hobi sebenarnya bisa membuat hidup lebih hidup. 

Pekerjaan yang monoton serta stressing di tempat kerja, jika tidak ada kegiatan yang bisa menghibur hati akan berujung pada tingkat stress tinggi, asam lambung naik, dan penyakit lainnya. 

Dengan adanya hobi, ada satu hal yang membuat hati tenang dan nyaman, yang pasti apapun hobinya asal yang positif, pasti menyenangkan bagi semua orang. Stress karena pekerjaan dan rutinitas harian akan terobati ketika kita bisa melakukan dan mengelola hobi dengan baik. 

Seperti saya misalnya menjadi kolektor dan penjual diecast. Hobi tersalurkan, tambahan pendapatan juga mengalir. 

Keempat, dan terakhir adalah selalu bersyukur kepada Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kenikmatan umur dan kehidupan sampai hari ini. Jika kita penuh syukur setiap hari, setiap langkah kita, niscaya tidak akan ada beban ataupun masalah yang tidak akan terselesaikan. 

Termasuk saat pensiun nanti kita mau ngapain? 

Selain mencari literasi dari mana saja, tentu Tuhan adalah sumber literasi terbesar yang pernah ada. Siapa lagi yang akan menghalangi kita jika kita sudah "bersekutu" dengan Tuhan? Akhirnya mari kita merencanakan masa pensiun dengan gembira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun