Kalau dahulu, menu utama sebelumnya adalah ingkung ayam yang lezat gurihnya, kini sudah biasa menu kenduri tersebut menjadi roti dalam kotak kertas/box makanan.
Dan sayangnya, kadang roti-roti ini dikirim ke rumah-rumah tetangga sekitar, tanpa ada acara kumpul di rumah yang punya hajat, tanpa ada acara berdoa bersama/selametan memohon kelancaran ke Yang Maha Kuasa.Â
Makna selamatan menjadi kurang greget, walaupun para tetangga kemungkinan tetap mendoakan kelancaran hajatan dari rumah masing-masing.
Fungsi sosial Kenduri ini juga menjadi sangat berkurang. Ajang berkumpulnya para laki-laki untuk saling bersapa dan memanjatkan doa bersama, serta para perempuan untuk berinteraksi saat memasak menjadi luntur.Â
Saya jadi kangen duduk bersila di tikar, bersama puluhan tetangga, sambil ngobrol, minum teh/kopi dan "nyamil" jajanan pasar khas Jogja, kemudian mendaraskan doa bersama kepada Sang Empunya Jagad Raya.Â
Pulangnya kami membawa besek berisi nasi gurih, ingkung ayam 1/8ekor , sayur gudangan, telur ayam rebus, krupuk/rempeyek, ikan asin secuil, jajanan, buah sebiji dan lainnya...hmmm gurih nikmat tak terkira.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H