16 Oktober di pelataran matamu
aku bersimpuh, memungut satu gandum tersisa
untuk kubawah pulang ke semenanjung
sebagai bukti aku pernah mati
pada ulasan paragraph terakhir kehidupan
aku berjanji untuk menjual aksara
kepada keramaian yang selalu puasa akan tidur
dengan harga yang lumayan transenden
Sudahkah engkau berdoa untuk matamu yang sering berdarah?
Tolong janganlah engkau merampok sisa-sisa udaraku
tetapi datanglah dengan minyak suci.
Basuhlah kakiku
minyakilah rambutku
dan obatilah lambungku
agar kicaumu tak lagi mendengkur hampa
sebab yang jelas kau bukanlah profortis yang mengandung kuat.
Kau hanyalah puding purba yang terpaku lusuh ditembok api.
Abepura, 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H