Manusia harus mati bersama Kristus seperti sebutir gandum untuk benar-benar bangkit, berdiri tegak, menjadi diri mereka sendir
Â
Dok. katolisitas.org
"Manusia harus mati bersama Kristus seperti sebutir gandum untuk benar-benar bangkit, berdiri tegak, menjadi diri mereka sendiri" (Kitab Injil Yohanes 12:24).
Pada tanggal 31 Desember 2022, berdasarkan catatan dari Direktur Ruang Pers Takhta Suci Matteo Bruni, menyatakan bahwa pada pukul 9:34am waktu setempat, Paus Emeritus Benediktus XVI mengehembuskan nafas terakhirnya di Biara Mater Ecclesiae, Vatikan dalam usianya yang ke-95 (1927-2022).Â
Sebelumnya dalam media-media resmi Vatikan, secara Universal Gereja Katolik terutama Paus Fransiskus, menghimbau kepada seluruh umat Katolik agar mendoakan Kesehatan leluhurnya itu.
Paus Benediktus XVI adalah pribadi yang dikenal sangat rendah hati. Walau pun beliau adalah salau satu Paus dalam sejarah gereja Katolik yang tidak memimpin takhta suci seumur hidup sejak terpilih, tetapi Paus Benediktus memilih jalan yang tepat sebab dalam refleksinya, Joseph Rtzinger menemukan bahwa ia dipilih untuk berkontribusi kepada dunia secara meditatif. Karakter konserfatif inilah juga menjadi identitas yang tak asing bagi pribadi Joseph Ratzinger nama asli dari Benediktus XVI. Â Â
Oleh karena itu marilah kita bergabung bersama Gereja sejagat dalam perkabungan atas meninggalnya sosok rendah hati Paus Emeritus Benediktus XVI. Marilah kita berdoa memohon ketenangan dan kebahagiaan abadi baginya, agar hendaknya ia juga menjadi salah satu yang terhitung dihadapan penghakiman terkhir kehidupan kekal. Tuhan curahkanlah Istirahat yang tenang dalam balutan kebahagiaan kekal, berikanlah kepadanya cahaya abadi untuk jiwanya yang selalu rindu akan tatapanMu Tuhan.Â
Sinarilah, dan Dekaplah erat jiwa anakMu itu. Ketika kita mendoakannya, kita menemukan diri kita merasa nyaman akan pengetahuan kita bahwa semasa hidupnya, Paus terkasih ini mendedikasikan diri secara utuh dan semata-mata untuk melayani Tuhan yang menyata dalam kehidupan dunia universal. Dengan kata-katanya..........
"Manusia adalah makhluk perjalanan yang ditandai dengan transisi yang sering tak terduga. Manusia dalam tataran apapun, belum menjadi diri sendiri; kecuali dalam kematian manusia menjadi diri sendiri yang sangat utuh. "Manusia harus mati bersama Krisitus seperti sebutir gandum untuk nbeanr-benar bangkit, berdiri tegak dan kokoh menjadi diri sendiri" (Yoh 12:24). Maka kita sebagai makhluk transisi, hendaklah kita jangan saling memandang dan memahami secara sempit dari perspektif sejarah, melainkan mengarahkan pandangan pada orientasi yang menitik berat pada perspektif masa depan (future), sebab hanya itulah yang dapat mengizinkan siapa manusia (individu) sebenarnya untuk ditampilkan tanpa spekulasi-spekulasi non-etis. Hendaknya kita memandang orang lain dengan siapa kita berbagi sukacita Tuhan. Kita harus saling memandang sebagai pribadi yang dipanggil Tuhan untuk menjadi Anggota Tubuh Kristus, dengan siapa kita suatu hari akan duduk berbagi meja bersama Abraham, Isak dan Yakub, dan dengan Kristus sendiri sebagai saudara-saudari mereka, sebagai saudara Kandung san sebagai saudara perempuan Kristus dan sebgai anak-anak Allah" (Pope Benedictus XVI).
Ketahuilah bahwa Ketika kita secara rendah hati menyebut nama sesama manusia dalam untaian doa kita, kita sedang menyusun atu demi satu tangga menuju keabadaian kekal yang diharapkan. Oleh karena itu marilah dalam dalam konteks ini marilah kita doakan Paus Emeritus Benediktus XVI, agar hendaknya Ia menjadi penopang yang setia bagi kita yang masih berziarah di dunia ini.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H