Dampak Penilaian:
Stigma Negatif: Di media sosial seperti Facebook, orang sering kali mengaitkan kemarahan dengan perilaku yang tidak pantas atau kekerasan. Ini dapat menyebabkan stigma terhadap individu yang mengekspresikan kemarahan mereka, membuat mereka merasa terisolasi atau disalahpahami.
Polarisasi: Kemarahan di media sosial dapat memperkuat polarisasi. Ketika orang-orang saling menilai dan mengomentari kemarahan satu sama lain, sering kali terjadi pembagian kelompok yang lebih tajam antara "yang marah" dan "yang tidak marah", menciptakan ketegangan.
Normalisasi Emosi: Namun, ketika orang membagikan pengalaman kemarahan mereka secara terbuka, hal ini bisa membantu normalisasi emosi tersebut. Ini bisa mendorong orang lain untuk berbicara tentang kemarahan mereka secara konstruktif dan mencari dukungan.
Oleh karena itu, marah bukanlah emosi yang sepenuhnya negatif. Ia memiliki potensi untuk memicu perubahan positif, meningkatkan kesadaran, dan memotivasi tindakan. Namun, penting untuk mengenali dampak negatif yang mungkin ditimbulkan, baik dalam hubungan interpersonal maupun di platform media sosial. Penilaian orang lain terhadap kemarahan, terutama di media sosial, bisa menjadi faktor yang memperburuk atau membantu individu dalam mengelola emosi mereka.
Penting untuk mengembangkan cara yang sehat dalam mengekspresikan dan mengelola kemarahan, sehingga dampak positifnya bisa lebih terasa, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H