Kultur Kalus adalah kultur yang mengambil jaringan parenkim dan Kultur Suspensi mengambil bagian jaringan meristem dari tumbuhan tersebut. Masih ada beberapa kultur seperti kultur organ, kultur biji yang sudah tidak perlu dijelaskan lagi apa artinya.
Setiap hal yang dilakukan pasti ada tahapan-tahapan yang harus dijalani. Sama juga seperti kultur jaringan memiliki 6 tahap yang diantaranya pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran, aklimatisasi.Â
Dari tahap pembuatan media, media harus terlebih dahulu dalam keadaan steril dengan cara memasukkan media ke tabung reaksi yang akan dipanaskan di dalam autoklaf (alat pemanas yang menggunakan uap untuk mensterilkan suatu benda). Pada tahap inisiasi yaitu tahap pengambilan eksplan, tanaman yang akan diambil harus bebas dari hama, penyakit.Â
Proses sterilisasi harus dilakukan di tempat yang steril juga yang dimana setiap alat juga harus steril agar eksplan tidak terkontaminasi. Tahap multiplikasi adalah tahap perkembangbiakan dengan memasukkan eksplan ke media yang tersedia seperti MS, WPM, atau yang lainnya. Jika eksplan berhasil masuk ke tahap pengakaran (eksplan membuat akar sehingga dapat berdiri) maka ini menandakan keberhasilan kultur jaringan dan siap dipindahkan dari tabung kaca ke lingkungan.Â
Karena tumbuhan telah siap maka masuk ke tahap aklimatisasi, tahap memindahkan eksplan dari tabung kaca ke lingkungan luar yang awalnya biasa diberi penutup transparan (sungkup) sampai eksplan bisa beradaptasi dengan lingkungan luar.
Dengan banyaknya tahapan yang sulit perkembangan kultur jaringan di Indonesia sangatlah lambat sekitar satu dekade yang lalu. Indonesia masih kurang dalam fasilitas-fasilitas pengembangan kultur jaringan walau dalam beberapa tahun ini telah dikembangkan beberapa fasilitas di beberapa kota. Faktanya di Indonesia banyak tumbuhan yang penting dan perlu untuk diadakan kultur jaringan.Â
Dengan keanekaragaman hayati Indonesia seharusnya bisa lebih diperhatikan lagi. Contohnya tumbuhan anggrek di Indonesia yang beranekaragam bisa dilakukan kultur jaringan untuk tetap mempertahankan spesies yang hampir 5000 spesies di Indonesia. Perkembangbiakan anggrek memang paling efektif dan efisien jika dilakukan dengan kultur jaringan karena kultur jaringan memang dapat melakukan apa saja dibanding dengan beberapa teknik tradisional.Â
Alasan lambatnya perkembangan kultur jaringan di Indonesia karena kebanyakan pegembang teknologi kultur jaringan tidak dari Indonesia. Seperti penemu kinetin (sitokinin) yang merupakan hal penting di dalam kultur jaringan karena dapat mempercepat pertumbuhan tanaman itu juga bukan dari Indonesia.
Padahal pada dasarnya melakukan kultur jaringan tidak perlu terlalu banyak dana yang harus dikeluarkan. Banyak pemikiran pesimis juga tentang kultur jaringan karena ribet dan rumit untuk dilakukan. Banyak yang beranggapan juga perlu sekali laboratorium dengan perangkat-perangkat tingkat tinggi yang harus menunjang kultur jaringan yang tentu saja tidak bisa dibeli oleh produsen rumah tangga.Â
Media seperti MS juga mahal dan sulit untuk dibuatnya karena memerlukan banyak campuran-campuran yang tepat. Banyak juga orang yang malahan meremehkan kultur jaringan dengan asal asalan melakukannya apalagi saat tahap inisiasi yang seharusnya dalam keadaan steril dari segala kontaminasi dalam maupun luar. Jadi sebenarnya bagaimana dasar dari kultur jaringan ini?Â
Dasarnya sederhana yaitu kesterilan media dan eksplan. Media yang digunakan untuk kultur jaringan tentunya subur dan penuh dengan zat hara, jika eksplan terkontaminasi maka kuman atau mikrobanya yang akan bertumbuh lebih pesat yang berakibatkan matinya eksplan. Karena sudah memahami dasar steril di dalam kultur jaringan berarti hanya perlu melakukan segalanya dalam kondisi steril.Â