Tradisi ini mendukung produktivitas pertanian yang lebih efisien dengan cara yang sederhana namun efektif. Dengan tanaman yang tumbuh lebih awal, petani di Gunungkidul dapat mengurangi risiko gagal panen akibat keterlambatan hujan, sehingga hasil panen yang optimal dapat tercapai dengan biaya produksi yang relatif rendah.
- Sosial-Budaya
 Ngawu-awu bukan hanya kegiatan individu, melainkan dilaksanakan secara bersama-sama oleh komunitas petani. Aktivitas ini mempererat ikatan sosial dan semangat gotong royong, serta melestarikan nilai budaya setempat yang diwariskan turun-temurun.
Di tengah perkembangan zaman, Ngawu-awu menghadapi tantangan dari modernisasi pertanian dan perubahan iklim yang tidak terduga. Namun, masyarakat Gunungkidul terus menjaga agar tradisi ini tetap hidup, mengadaptasinya dengan inovasi sederhana yang tidak mengubah esensi utama. Tradisi Ngawu-awu adalah bukti bahwa teknologi tradisional masih sangat relevan dalam membangun ketahanan pangan sekaligus melestarikan kearifan lokal yang kaya makna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H