Jagung merupakan produk hasil pertanian yang menjadi komoditas tanam besar di dunia. Jika kita lihat di Indonesia jagung menjadi tanaman semusim yang ditanam oleh banyak orang. Selain itu jagung di beberapa daerah di Indonesia seperti pada daerah Madura dan Sumba dijadikan makanan pokok oleh warganya. Maraknya penanaman jagung di Indonesia dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023 yang menyatakan bahwa produksi jagung di Indonesia adalah 14.774.432,52 ton.
Pengolahan jagung di Indonesia sering dilakukan dengan dipipil untuk diambil bijinya, baik sebagai bahan pangan maupun pakan ternak. Proses pemipilan ini menghasilkan limbah bonggol jagung dalam jumlah besar yang biasanya dibiarkan menumpuk atau dibakar begitu saja. Padahal, bonggol jagung memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku produk bernilai tambah, seperti bahan bakar alternatif (briket). Pemanfaatan limbah bonggol jagung ini tidak hanya dapat mengurangi sampah pertanian, tetapi juga membuka peluang bisnis baru yang ramah lingkungan serta memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat.
Pengertian dari briket ialah bahan bakar padat yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak. Pembuatannya melibatkan proses karbonasi yang mana disebut sebagai proses pengarangan. Dalam proses pengarangan, energi dalam bahan dilepaskan secara perlahan. Pembakaran kemudian dihentikan secara mendadak ketika bahan masih dalam keadaan membara, menghasilkan arang yang berwarna kehitaman. Bahan organik yang dikarbonisasi melalui metode pengarangan ini memiliki keunggulan karena menghasilkan asap yang lebih sedikit dibandingkan dengan pembakaran langsung hingga menjadi abu. Setelah proses karbonisasi maka dapat dilanjutkan dengan pencetakan menggunakan tekanan spesifik. Dalam prosesnya, dapat ditambahkan bahan pengikat (binder) dan bahan tambahan lain sesuai kebutuhan.
Dalam pembuatan briket, bahan baku utama yang digunakan umumnya berupa material dengan partikel berukuran kecil atau berbentuk serbuk. Beberapa contoh bahan baku tersebut antara lain serbuk dari batubara muda, hasil gergajian kayu, sekam, sisa-sisa aktivitas pertanian dan kehutanan, serta berbagai jenis ampas atau arang. Secara spesifik, briket dapat didefinisikan sebagai arang yang telah dibentuk melalui proses pengepresan dengan teknik tertentu dan menggunakan bahan perekat khusus untuk mengeraskannya. Sementara itu, biobriket merupakan varian briket yang berbahan dasar arang yang berasal dari biomassa hasil pertanian, seperti bagian-bagian tumbuhan. Bahan baku biobriket dapat berupa bagian tumbuhan yang memang diperuntukkan sebagai bahan pembuatan briket atau dapat juga memanfaatkan sisa/limbah dari proses produksi dan pengolahan agroindustri.
Jika dilihat dari jagung yang dihasilkan oleh petani di Indonesia dan limbah bonggol yang dihasilkan dari sisa pemipilan maupun konsumsi maka pengolahan menjadi briket adalah salah satu solusi. Bahan baku biobriket dari bonggol jagung memiliki nilai lebih yaitu terjangkau harganya, mengurangi limbah organik, dan menambah nilai ekonomis suatu produk. Pembuatan produk biobriket bonggol jagung ini juga memberikan pilihan alternative bagi pengguna briket seperti pendaki, warung makan tradisional, dan industri pengasapan makanan tradisional.
Briket sendiri memiliki berbagai macam perekat. Pilihan perekat yang lazim digunakan adalah getah pohon pinus, tepung kanji, dan lem perekat. Namun ada juga yang menggunakan minyak sisa penggorengan atau yang bisa disebut minyak jelantah sebagai perekat briket. Jika minyak jelantah dijadikan perekat briket bonggol jagung maka akan menghasilkan produk yang ramah lingkungan dikarenakan mampu me-recycle bahan sisa produksi atau limbah yang ada dihasilkan oleh sektor pertanian dan rumah tangga.
Metode pembuatan briket dilakukan dengan langkah awal mengeringkan bonggol jagung yang sudah dipipil biji jagungnya. Langkah kedua yaitu pengarangan atau karbonisasi bonggol jagung yang telah kering dengan langkah memasukkan bonggol ke dalam drum atau tungku tertutup, lalu panaskan hingga bonggol berubah menjadi arang. Selanjutnya dilanjutkan dengan menyiapkan minyak jenlantah yang akan digunakan sebagai perekat, persiapan dilakukan dengan menyaring sisa makanan yang ada pada minyak jelantah. Pencampuran serbuk arang bonggol jagung dengan minyak jelantah dilakukan secara merata. Jumlah minyak yang ditambahkan sebaiknya cukup untuk membuat campuran yang lembap, tapi jangan terlalu basah. Aduk hingga campuran menjadi konsistensi yang dapat dipadatkan.Langkah akhir yang dilakukan adalah pencetakan dan pengeringan briket bonggol jagung. Pencetakan dilakukan dengan pencampuran arang dan minyak jelantah ke dalam cetakan briket, lalu tekan hingga padat. Proses ini dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat pengepres sederhana untuk menghasilkan briket yang lebih rapat. Setelah pengepresan selesai maka keluarkan briket dari cetakan dan biarkan mengering. Pengeringan bisa dilakukan dengan dijemur di bawah sinar matahari atau menggunakan oven pengering jika tersedia. Pastikan briket benar-benar kering agar pembakaran nanti lebih maksimal dan asap yang dihasilkan sedikit.
Kemasan yang digunakan bertujuan untuk menjaga agar briket tetap kering, seperti kantong plastik tebal, plastik vakum, atau kotak kardus yang dilapisi dengan bahan anti air. Jika kemasan yang ditujukan untuk skala yang lebih besar maka dapat menggunakan karung plastik atau karung goni yang dilapisi dengan plastik dalam juga cocok untuk melindungi briket dari kelembapan. Jika ingin mengantisipasi kelembapan secara lebih lanjut pada produk bisa dilakukan dengan mesin vakum untuk menghilangkan udara dari kemasan. Vakum membantu mencegah penyerapan kelembapan dari udara sekitar, menjaga briket tetap kering dan lebih tahan lama.
Tempat penyimpatan briket bonggol jagung sebaiknya ditata pada rak secara rapih. Lokasi penyimpanannya sendiri harus berkriteria sejuk, kering, dan jauh dari sumber kelembapan. Gudang atau ruangan penyimpanan yang berventilasi baik yang mana akan membantu mengurangi kelembapan udara, menjaga sirkulasi udara, dan menjaga kualitas briket lebih lama. Selain itu jauhkan briket dari bahan mudah terbakar atau alat yang berpotensi sebagai sumber api.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H