Beberapa minggu ini banyak orang mengeluh dengan naiknya beberapa bahan pokok di pasaran. Mulai dari sembako, BBM, gas elpiji, transportasi sampai TDL yang rencananya akan naik bulan Mei mendatang. Setiap baca berita-berita seperti ini kita dibikin pusing yang pada akhirnya banyak orang yang kalap (gelap mata) sudah tidak bisa berpikir positif. Wajarlah saat ini banyak penduduk indonesia yang mengalami stress dari yang tinggal di gubuk-gubuk reot sampai mereka yang tinggal di rumah mewah. Pertengkaran suami istri juga banyak dikarenakan masalah ekonomi, anak tidak bisa melanjutkan sekolah juga karena faktor ekonomi.
Yang paling terkena dampaknya adalah rakyat kecil. Karena segalanya sudah serba pas- pasan e...ditambah naik harga-harga di pasaran. Posisi kurang nyaman seperti ini bisa berakibat fatal bagi mereka yang kurang imannya. Bisa-bisa ia akan rela menggadaikan keimanannya demi sesuap nasi. Kriminalitas semakin meningkat, perjudian, begal motor di mana- mana, prostitusi di kalangan pelajar dan mahasiswa, perselingkuhan dan masih banyak lagi. Data tahun 2012 menyebutkan bahwa Setiap 91 detik terjadi satu kejahatan di Indonesia sepanjang tahun 2012. Kriminalitas mencapai 316.500 kasus. Risiko penduduk yang mengalami kejahatan sekitar 136 orang tahun ini atau setiap 1 menit 31 detik terjadi satu kejahatan. (http://nasional.kompas.com/read/2012/12/26/15260465/Setiap.91.Detik.Terjadi.Satu.Kejahatan.di.Indonesia)
Melihat kondisi masyarakat seperti sekarang ini saya teringat dengan dawuhnya kanjeng rasul mengingatkan kita tentang bahaya hidup serba kekurangan alias miskin ini. Kata Rasul.
“ Kaadal faqru an yakuuna kufran”(Hampir-hampir kefaqiran membuat pelakunya kafir)
Kata kafir menurut kamus bahasa arab diambil dari kata kafara yang maknanya adalah tertutup, menutup diri atau terhalang. Jadi orang fakir kemungkinan akan menjadi kufur peluangnya lebih besar kalau ia tidak bersabar dalam mengahadapi kondisi seperti itu. Maka jangan heran kalau banyak orang miskin yang gampang tersulut emosi karena faktor ekonomi.
Kebutuhan ekonomi adalah bagian dari rezeki yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Dan setiap makhluk sudah ada bagiannya masing-masing. Sampai makhluk yang terkecilpun Allah sudah menjamin rezekinya. Allah tidak akan pernah salah dalam membagikan nikmat rezekinya kepada hamba-hambaNya. Tetapi kenapa kita sering kali masih meragukannya ?
Untuk itu jangan banyak mengeluh dengan rezeki yang telah kita terima dari Allah besar kecilnya rezeki itu wajib kita syukuri. Allah akan lebih senang melihat hambaNya yang pandai bersyukur dan Dia akan menambah nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada hambanya.
øÎ)urc©r's?öNä3/uûÈõs9óOè?öx6x©öNä3¯RyÎV{(ûÈõs9ur÷Länöxÿ2¨bÎ)Î1#xtãÓÏt±s9ÇÐÈ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Sedang jika banyak mengeluh sama saja kita kurang mensyukuri nikmat yang diberikan olah Allah. Mengeluh tanda kurang setuju. Mengeluh tanda orang ragu. Mengeluh tanda kurang sepakat dengan keputusan Allah. Orang-orang yang suka mengeluh ini, Allah menyendirnya dalam Al Qur’an :
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” Al maarij: 19
Harga kebutuhan pokok boleh meningkat, BBM boleh naik, sembako boleh ganti harga. Tapi jangan sampai mempengaruhi iman kita.
So, mari kita biasakan diri untuk tidak biasa mengeluh agar nikmat dari langit itu banyak yang diturunkan kepada kita semua.Amin (Hidayatullah Shodiq, Sleman-Yogya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H