Mohon tunggu...
Thobib Al-Asyhar
Thobib Al-Asyhar Mohon Tunggu... -

Seorang penulis, peneliti, dan dosen luar biasa di PPs Universitas Indonesia. Sering mengisi seminar, diskusi, dan workshop tentang keremajaan, kepenulisan, psikologi Islam, dan isu-isu pemikiran keislaman.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Metode Mama-Papa, Cara Cepat Baca Alquran, 3 Jam dari Nol

17 Agustus 2016   20:13 Diperbarui: 17 Agustus 2016   21:07 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terus apa hubungannya antara jawaban tersebut dengan metode baca Alquran? Tenang bro! Dari jawan tersebut, maka dengan sendirinya muncul huruf hijaiyyah, yaitu: a (alif), da (dal), ma (mim), pa (fa), ka (kaf), sa (sin), ya (ya’). Pada pertemuan pertama ini, dikenalkan 7 huruf, sambil disampaikan dengan harakat dengan istilah aksesoris atas (fathah), bawah (kasrah), atas ada buletannya (dhammah), dan bulet atas (sukun). Selain itu juga dikenalkan perubahan saat disambung, dan juga saat ada alifnya yang dibaca panjang, ya’ mati, dan wawu mati.  

Demikian juga cerita yang kedua, ketiga, dan keempat. Cerita-cerita yang dibangun didasarkan pada sejarah dasar. Artinya sejarah Islam yang sudah sangat dikenal oleh semua kalangan, khususnya anak-anak sekolah dasar, apalagi orang dewasa. Setiap cerita selalu mengandung unsur huruf hijaiyyah, hingga pada pertemuan terakhir lengkap 28 khuruf hijaiyyah. Dengan pola cerita seperti ini, maka santri dengan mudah mengasosiasi khuruf hijaiyyah yang dianggap paling sulit dihafal.

Kenapa menghafal huruf hijaiyyah tergolong sulit? Bagi yang sudah hafal tentu sangat mudah. Namun, bagi yang belum kenal sama sekali terhadap khuruf hijaiyyah menjadi momok menakutkan dan pada akhirnya mereka batal bisa baca Alquran. Saya sendiri ada pengalaman, suatu kali saya diminta untuk mengajar baca Alquran kepada salah satu direktur sebuah lembaga penyiaran terkenal. Dia seorang muallaf dan sangat ingin bisa baca Alquran.  

Untuk mengajarkannya, saya menggunakan metode Iqra sebagaimana saya biasa mengajarkan sama anak-anak TPQ. Di pertemuan pertama dia merasa enjoy, karena khuruf yang dikenalkan tidak tertalu kompleks. Namun setelah beberapa lama dia merasa agak kesulitan, karena metode Iqra mengenalkan khuruf-khuruf yang mirip dalam waktu bersamaan. Akibatnya, setelah beberapa minggu, dia tidak bisa mengaji dengan berbagai alasan, rapat lah, acara keluarga lah, kerjaan kantor lah, dan seterusnya. Akibatnya gagal! Itulah salah satu penyesalan hidup saya yang tidak bisa dilupakan, karena mengajarkan baca Alquran tidak sampai tuntas, bahkan bisa disebut gagal total.  

Nah, untuk metode “Mama-Papa”, saya menemukan keunikan, dimana pengenalan khuurf hijaiyyah tidak secara berurutan dengan alasan banyak khuruf yang beriringan dengan model yang mirip, seperti ba’, ta’, tsa’; cha, kha’, jim; dan seterusnya. Kemiripan khuruf ini yang sering menjadi kendala bagi santri untuk mengingat khuruf hijaiyyah. Sementara pada metode ini, pengenalan khuruf yang mirip atau sulit diakhirkan, atau dimasukkan dalam rangkaian cerita yang ketiga dan keempat. Sehingga, santri merasa nyaman terlebih dahulu dan akhirnya mereka bisa baca Alquran dengan memerlukan waktu yang singkat.  

Ada pertanyaan yang sering diajukan, apakah benar hanya butuh waktu 3 jam? Tentu jawabannya relatif ya. Waktu tiga jam itu merupakan waktu ideal dengan tingkat pemahaman santri yang bagus, dan intens belajar mandiri di luar jam pembelajaran. Waktu belajarnya pun bisa dilakukan secara klasikal, tidak seperti metode lain yang harus privat, sehingga jika dalam satu kelas berjumlah 10 orang, maka dikalikan pertemuan @15 menit dikalikan 10 orang, sehingga waktu yang digunakan untuk mengaji di kelas sekitar 150 menit. Sementara dengan metode ini, dengan 30 menit bisa mencakup seluruh siswa, selebihnya waktu bisa digunakan untuk yang lain.  

Satu hal penting metode ini adalah karena menggunakan asosiasi atau teknik memory yang sejak awal digunakan dalam pembelajaran modern. Dalam psikologi, teknik memory digunakan dalam cara baca cepat (speed reading), dan memahami konteks yang digunakan dalam test bahasa asing, seperti TOEFL (inggris), TOAFL (arab), dan lainnya. Dengan metode asosiasi ini akan memudahkan otak manusia untuk memahami, dan menghafal suatu obyek tertentu dengan waktu singkat.  

Oleh karena itu, maka metode cara cepat baca Alquran “Papa-Mama”, perlu menjadi pilihan bagi pembelajaran membaca Alquran, oleh dan untuk semua kalangan. Tentu merode ini masih terbuka lebar untuk terus dikembangkan, dan bisa jadi mengandung kelemahan. Karena tidak ada sebuah metode yang tidak memiliki kelemahan.   Jadi, bagi yang penasaran boleh lah mencobanya, dengan semangat untuk memberantas buta aksara Alquran yang hingga kini mencapai 65% umat Islam Indonesia. Sebagai umat Islam, kita semua punya kewajiban untuk memberantasnya. Yuks kita libatkan diri untuk memasyarakatkan Alquran demi kehidupan umat yang lebih baik.  

 

Thobib Al-Asyhar

(Guru Ngaji Ponpes Al-Istiqomah, Pondok Cabe Tangsel, Banten, Penasehat TPQ Al-Madina, Bekasi)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun