Mohon tunggu...
Thio Hok Lay
Thio Hok Lay Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku 'Mendidik, Memahkotai Kehidupan'

Teaching Learning Curriculum Department, Yayasan Citra Berkat, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cerdas dengan Membaca

23 April 2021   11:41 Diperbarui: 23 April 2021   11:52 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa SMA Citra Berkat, Citra Indah/dok. pribadi

Tanpa buku Tuhan diam. 

Keadilan terbenam. 

Sains alam macet. Sastra bisu. 

Dan seluruhnya dirundung kegelapan. 

 ---- (Thomas V. Bartholin, 1672)

UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menetapkan tanggal 23 April sebagai Hari Buku Sedunia. Dalam memperingati dan memaknai Hari Buku Sedunia, umat manusia diingatkan bahwa membaca merupakan aktivitas yang menghubungkan lintas masa; masa lalu dan masa depan.

Akan tiba masanya bahwa kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat suatu bangsa, nantinya akan sangat terkait erat dengan kemampuan dan keterampilan baca tulis (literasi) dari warganya. Mengingat literasi akan meluaskan wawasan, meningkatkan kecerdasan, dan memberdayakan diri dalam menghadapi serta mengatasi aneka problematika kehidupan.

Dua dasawarsa silam, saat Gedung World Trade Center (WTC) di New York tertabrak pesawat (11/9/2001), George W. Bush; Presiden AS di masa itu, sedang berada di ruang kelas di Emma E. Booker Elementary School di Sarasota, Florida menuliskan pesan di papan tulis kepada para siswa, "Reading makes a country great." Melalui dokumen sejarah kita menjadi paham bahwa keberpihakan pemimpin terhadap proses tumbuhkembangnya literasi warga negara nantinya akan berkontribusi besar bagi kokohnya suatu bangsa di kemudian hari.

Terkait dengan aktivitas literasi di bumi pertiwi Indonesia, sampai saat ini, kualitas literasi para pelajar sebagai anak bangsa masih perlu banyak berbenah; mengingat kondisinya masih jauh dari menggembirakan. Perlu diingat dan disadari bersama bahwa dengan diusungnya spirit merdeka dalam belajar, tidaklah berarti bahwa kegemaran akan membaca dan menulis secara otomatis tiba-tiba tumbuh dengan sendirinya.

Suherman (2009) menuliskan masih terdapat sekitar 4 % penduduk Indonesia yang buta huruf.  Artinya, jika jumlah penduduk Indonesia sejumlah 271 juta, maka terdapat sekitar 10,8 juta diantaranya masih buta huruf. Krisis literasi ini begitu kentara, bangsa ini sedang mengalami kekaburan dan kerabunan literasi akibat dilanda buta aksara dimana-mana. Terkonfirmasi melalui hasil penelitian UNESCO, bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanyalah 0.001 %; artinya dari 1000 orang Indonesia yang berkumpul, hanya dijumpai 1 orang yang rajin membaca.

Dari rekaman data hasil kompetisi pelajar antar bangsa dalam ajang PISA (Programme for International Students Assessment), dari tahun 2015 dan 2018, prestasi anak bangsa justru mengalami penurunan di kesemua bidang; literasi membaca, matematika dan sains. Menurut catatan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), terkait capaian skor PISA Indonesia berdasarkan survei di tahun 2018; kompetensi dan keterampilan anak bangsa dalam membaca (peringkat 72 dari 77 negara), matematika (peringkat 72 dari 78 negara), dan sains (peringkat 70 dari 78 negara).

Daya Ungkit Literasi

Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengacu pada 6 (enam) literasi dasar dari UNESCO, yakni literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi financial, literasi digital, dan literasi budaya dan kewargaan. GLN bertujuan untuk menciptakan dan menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup.

Pemerintah menyadari bahwa upaya peningkatan literasi akan sulit berhasil tanpa melibatkan seluruh komponen bangsa. Meminjam pepatah bijak dari Afrika, 'Membutuhkan orang sekampung untuk membesarkan seorang anak' (it takes a village to raise a child). Setiap anasir bangsa; baik perseorangan maupun kelembagaan haruslah mau dan mampu untuk belajar, berbagi, dan berkolaborasi dalam spirit saling asah, asih, dan asuh untuk maju dan tumbuh bersama.

Perlu diingat dan disadari bahwa ruang lingkup literasi senyatanya melampaui sekedar aktivitas membaca dan menulis. Ranah arsiran literasi itu merambah melampaui sekat-sekat subyek mata pelajaran (cross content area). Dengan semangat entrepreneurship, aktivitas literasi dapat menjadi momentum inovasi di masa pandemi dalam menciptakan interaksi sosial di tengah pola pembelajaran yang serba berjarak dan personal.  

Pengalaman keseharian telah membuktikan bahwa orang-orang yang berhasil dalam hidupnya adalah mereka yang mau dan mampu untuk belajar secara mandiri, dan mempraktikkan apa yang telah dipelajarinya secara terus menerus dan konsisten sampai membentuk dan menjadi sikap dan karakter nyata dalam hidup keseharian. Kondisi semacam ini adalah buah dari aktivitas literasi.

Berbekal bonus demografi yang melimpah, dengan ragam stimulus terobosan dan teknologi di bidang pendidikan, seperti spirit merdeka belajar, gerakan membaca, dan guru penggerak, diharapkan mampu mengungkit minat dan kegemaran para generasi muda dalam membaca (literat). Aktivitas literasi akan memberikan dampak positif; melepaskan dan membebaskan nasib anak bangsa yang masih terlilit oleh krisis melek huruf yang membodohkan dan memiskinkan.

Ringkasnya, aktivitas literasi merajut pemahaman, membentuk pengertian dan makna bagi kehidupan. Melalui bacaan, kita beranjak dari hampa menuju paham.  Melalui kesediaan kolektif anak bangsa untuk belajar, berbagi, dan berkolaborasi guna maju dan tumbuh bersama melalui aktivitas literasi, nantinya akan mengungkit naik kualitas SDM anak bangsa. Mari pijari negeri dengan spirit literasi yang memerdekakan; mencerahkan (enlighment) dan memberdayakan (empowerment). Selamat Hari Buku Sedunia, mari membaca!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun