Mohon tunggu...
Thio Hok Lay
Thio Hok Lay Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku 'Mendidik, Memahkotai Kehidupan'

Teaching Learning Curriculum Department, Yayasan Citra Berkat, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Suasana Belajar yang Menggembirakan dan Mencerdaskan

26 Agustus 2020   08:47 Diperbarui: 26 Agustus 2020   08:38 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo : Murid TK Sekolah Citra Berkat, Citra Raya - Tangerang; Riang dan Gembira dalam Belajar/ Doc. pribadi

"Saya harus sukses dan berprestasi. Sebab TUHAN sudah membuktikan dukungannya melalui banyak keajaiban" - DR. (HC) Ir. Ciputra @ The Entrepreneur; The Passion of My Life

 SAAT seseorang dalam suasana batin riang dan gembira, maka secara alamiah dan ilmiah, badan pun turut merayakan dan menghadiahinya dengan melepaskan hormon endorfin dan adrenalin. Hormon yang bertugas untuk meningkatkan daya tahan tubuh (endurance), kesadaran dan motivasi diri; agar fisik dan psikis senantiasa dalam kondisi terjaga, tetap fokus serta konsentrasi.

Dengan demikian, sekiranya dalam proses belajar dijumpai adanya beragam kendala (kesulitan), jika didekati dan dihadapi dengan suasana riang gembira, maka badan dan batin tidak mudah lelah dan mudah menyerah. Sebaliknya, justru semakin terpicu dan terpacu (tertantang) untuk belajar lebih giat, lebih dan lebih lagi.  

Ringkasnya, proses belajar akan memberikan dampak positif apabila atmosfir belajarnya menggembirakan; secara internal (fisik dan psikis), murid telah siap untuk menerima dan menyerap materi belajar secara optimal. Ibarat spons menyerap air. Diri ini senantiasa menjadi haus akan ilmu dan pengetahuan, serta rindu untuk meluaskan wawasan; yang nantinya berkontribusi positif bagi tumbuhkembangnya kecerdasan diri.

Di samping itu, secara eksternal; suasana belajar yang dipenuhi dengan keriangan dan kegembiraan secara alamiah akan mendekatkan dan merekatkan dua esensi tunggal predikat manusia sebagai Homo ludens (makhluk yang bermain), sekaligus sebagai Homo sapiens (makhluk yang berpikir).

Manusia baru menjadi manusia secara utuh ketika ia berkesempatan untuk bermain dan (sambil) belajar. Melalui kedua aktivitas tersebut, dimensi olah pikir, olah rasa, dan olah laku pada diri setiap insan niscaya nantinya akan bertumbuh dengan optimal.

Sekiranya dalam proses belajar dijumpai adanya beragam kendala (kesulitan), jika didekati dan dihadapi dengan suasana riang gembira, maka badan dan batin tidak akan menjadi mudah lelah dan mudah menyerah.

Perhatikanlah proses belajar yang berlangsung di Taman Kanak -- Kanak (TK); begitu penuh dengan dinamika, diwarnai dengan nyanyian, tarian dan tawa. Suasana belajarnya begitu luwes dan hidup. Tak dijumpai adanya kata keliru dan anak nakal di sana; yang ada adalah anak murid yang sedang dalam tahap proses belajar, bertumbuh, dan berkembang.

Setiap bentuk 'kekeliruan' dan 'kenakalan' yang dijumpai senantiasa ditempatkan dan dimaknai sebagai kesempatan bagi anak murid untuk menumbuhkembangkan setiap potensi dan keunikan personal yang dimilikinya. Proses belajar merupakan kesempatan bagi setiap pribadi untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing.

Ironinya, seiring dengan perjalanan waktu, menuju ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, gambaran suasana belajar bukannya semakin semarak. Justru sebaliknya, semakin lama pancaran kegembiraan dalam proses belajar justru nampaknya semakin memudar dan meredup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun