Mohon tunggu...
Thio Hok Lay
Thio Hok Lay Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku 'Mendidik, Memahkotai Kehidupan'

Teaching Learning Curriculum Department, Yayasan Citra Berkat, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi sumpit, penangkal pandemi

31 Juli 2020   18:30 Diperbarui: 31 Juli 2020   18:28 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi photo : https://today.line.me

INFORMASI terkini dari World Health Organization (WHO), bahwa dalam perkembangannya, proses penularan Corona Virus Disease (Covid-19) dapat terjadi melalui media udara; tak hanya lewat percikan cairan saat bersin atau batuk (droplet). Pertanyaan kritis sekaligus reflektif yang layak diajukan adalah, "Bukankah kita hidup, bernafas, dan beraktivitas dengan berbagi ruang, serta menghirup dan menghembuskan  udara yang sama?"

Bila demikian halnya, maka perlu menjadi perhatian bersama bahwa masa kenormalan baru sebagai dampak ikutan dari pandemi Covid-19 sejogyanya perlu didekati secara komprehensif; perilaku dan kebiasaan yang baru, norma baru, dan budaya baru terkait upaya meningkatkan kualitas kesehatan dan kehidupan di masa pandemi ini.

Perlu diingat bahwa disetiap kebaruan yang ada (perilaku, norma, dan budaya), senyatanya perlu menyertakan kehadiran karakter dan integritas unggul sebagai spirit (roh) yang menjiwai dan menghidupkan semangat dari kebaruan tersebut. Pengabaian atas unsur karakter dan integritas, niscaya hanyalah akan menjadikan setiap langkah perubahan menjadi tak bermanfaat dan tak bermakna.

Belajar dari sejarah 

Ketika Tiongkok ingin hidup tenang, mereka membangun tembok Cina yang sangat besar. Mereka berkeyakinan tidak akan ada orang yang sanggup menerobosnya karena tinggi sekali, sekaligus tebal. Akan tetapi seratus tahun pertama setelah tembok selesai dibangun, Tiongkok terlibat tiga kali perperangan besar.

Memang, pada setiap kali terjadi perang, pasukan musuh tidak menghancurkan tembok atau memanjatnya, tapi cukup dengan menyogok penjaga pintu gerbang. Tiongkok di zaman itu terlalu sibuk dengan pembangunan tembok, tapi mereka lupa membangun karakter manusia. Membangun karakter manusia seharusnya dilakukan sebelum membangun apapun.

Pernah ada pendapat yang mengatakan bahwa apabila ingin menghancurkan peradaban sebuah bangsa, ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu: Pertama, hancurkan tatanan keluarga. Kedua, hancurkan pendidikan. Dan ketiga, hancurkan keteladanan dari para tokoh masyarakat.

Untuk menghancurkan keluarga caranya dengan mengikis peran para ibu agar sibuk dengan ragam aktivitas, sehingga menyerahkan urusan rumah tangga; termasuk pola asuh anak kepada asisten rumah tangga (pembantu). Dengan rasionalisasi atas dasar hak asasi dan emansipasi, dihembuskan pemikiran bahwa para ibu akan lebih bangga menjadi wanita karir daripada ibu rumah tangga.

Pendidikan bisa dihancurkan dengan cara mengabaikan peran guru. Kurangi apresiasi atas kinerja guru, alihkan perhatian guru dengan berbagai macam kewajiban administratif, agar guru hanya fokus dalam penyelesaian penyampaian materi ajar semata, hingga mereka abai terhadap fungsi utama sebagai pengajar dan pendidik, serta sebagai sosok teladan bagi peserta didik dalam berpikir, berkata, bersikap, dan bertindak.   

Untuk menghancurkan keteladanan para tokoh masyarakat adalah dengan cara melibatkan mereka ke dalam politik praktis yang hanya berorientasi pada materi dan jabatan, demi kepentingan diri dan kelompoknya sendiri. Menjadikan mereka terjerumus dalam krisis integritas, hingga tidak ada lagi orang pintar di negeri ini yang patut dipercayai, didengarkan perkataan, dan diteladani perbuatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun