Mohon tunggu...
Mawa Nahra
Mawa Nahra Mohon Tunggu... Penulis - Direktur di PT Minyak gas dan bumi Alias depot bensin eceran

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

"Membicarakan Galela dari Sisi yang Belum Tersentuh"

19 Februari 2023   11:59 Diperbarui: 19 Februari 2023   12:15 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Facebook/Bayucahyanto 

Akan sangat bijak bestari jika penggalan puisinya terpampang dan desain sedemikian rupa ditempat wisata digalela. "Jangan coba-coba lagi tebang pala cengkeh, datu moyang kan'murka dan kami kan' bangkit" adalah penggalan puisi yang saya rekomendasikan, atau kalau ingin yang bernuansa menyesakkan hati "Telponku padamu dalam bahasa Galela, kau sambut dengan logat jakartemu yang patah-patah. Menggelitik bukan ?

Saatnya Galela punya destinasi wisata bernuansa intelektual.

Lazimnya orang membicarakan pariwisata galela adalah potensi alam; pantai, gunung, dan dunia bawah laut yang eksotis. Yang aneh adalah menghubungkan penulis buku dengan destinasi wisata, aneh bukan ? Bukan. Pernah mendengar Bloomsday ?

Perayaan yang berlangsung di Dublin dan di seluruh dunia untuk menandai 16 Juni 1904, merupakan hari yang digambarkan dalam novel terkenal James Joyce, Ulysses. Hari perayaan ini diambil dari nama Leopold Bloom, karakter utama di novel terkenal Ulysses. Sejak itu di Irlandia mereka merayakan warisan Joyce yang luar biasa serta kontribusi penulis Irlandia lainnya. 

Belajar dari perayaan bloomsday, Saya kira bukan hal berlebihan bila Galela---yang perlahan menggenjot wisata---memasukan unsur intelektual ke dalam aktivitas berwisata atau semacam mengadakan paket belajar sejarah  ditempat kelahiran penulisnya. 

Siapa yang tak kenal M.Adnan amal penulis buku kepulauan rempah-rempah yang jadi rujukan  karya-karya ilmiah di Indonesia. potensi Galela untuk menjadi pelopor wisata literasi dimaluku Utara amat besar. karya besar, pengarang besar, lahir digalela. 

Bagi saya, Menarasikan cerita rakyat; memanfaatkan karya sastra; dan membuat destinasi wisata bernuansa intelektual adalah tiga hal yang luput dari pembicaraan kita alih-alih dibicarakan,dipikirkan saja tidak.

menempatkan cerita rakyat, penulis dan penyair galela sebagai ujung tombak bagi dunia pariwisata memang terdengar asing, padahal jika ingin dicoba, ini tidak terlalu memakan anggaran yang besar. Malahan membuat tempat wisata yang yang berbeda dari wisata lainnya di Maluku Utara.

Silahkan dipilih mana yang mau dikembangkan antara menarasikan cerita rakyat menjadi penarik minat wisatawan, memanfaatkan karya sastra atau menjadikan destinasi wisata bernuansa intelektual digalela. Jika tidak dipilih Karena dirasa kurang menarik maka rasa-rasanya pariwisata galela begini-begini saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun