Aku kini sudah berada di depan box bayiku. Air mata menetes. Dia sangat lucu dan menggemaskan. Aku gendong dia. Lalu ...
"You not supposed to  be in here!" Suara laki-laki membuat jantungku hampir copot. Aku membalikkan badanku.
"Put the baby back ... and leave us alone," pintanya.
Istrinya tidak kalah terkejut melihatku berada di kamar bayi mereka.
Tanpa kusadari aku berucap dengan tegas, "No! This baby is mine."
"What? We have got deal. You signed those paper ... you received clean money from us. Put the baby back!" Titah sang istri.
Ntah setan apa yang memasuki diriku. Aku pun kembali menaruh bayi-ku ke dalam box-nya. Aku berjalan melewati pasutri itu, hingga tiba-tiba pisau yang berada di kantung celanaku aku keluarkan dan ...
Ini adalah tahun ke dua aku berada di dalam penjara khusus wanita. Betah? Mau tidak mau. Ini adalah harga mahal yang harus aku bayar. Bayiku dibesarkan oleh salah tu keluarga dari pasutri yang aku bunuh itu. Menyesal? Aku hanya bisa tersenyum kecut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H