"Just ignore where I am now. When you got the time?"
"Tomorrow evening?" jawabku asal.
"Okay, I lock your answer ya?"
"Okay," aku pun menutup percakapan dengan assisten dosen asal Amerika itu.
Begitu aku memasuki kamarku, aku menata kamarku sedemikian rupa. Mempersiapkan hal-hal yang memang perlu untuk dipersiapkan. Apa yang aku lakukan ini sedikit banyak terinspirasi oleh seseorang bernama Jeffrey Dahmer. Tapi aku tidak segila dia. Aku masih dibilang waras.
Jam menunjukkan pukul 09.00 P.M. Aku melangkahkan kakiku menuju tempat dimana aku janjian dengan seseorang yang di dalam diary yang aku tulis di Macbookku aku panggil dengan sebutan My Man.
Club itu begitu ramai. Aku mencari Ronan dalam kelap-kelipnya lampu warna-warni. Ada seseorang melambai padaku. Aku berjalan menuju bar tempat dia duduk menikmati Wine-nya.
"One JD please?" pintanya pada bartender.
Tidak lama sloki JD pun terhidang  di depanku. Aku pun meminumnya dengan sekali tenggak. Aku tersenyum padanya. "Thank you," ucapku di telinganya.
"Your welcome love," jawabnya.Â
"Could we go to my place now?" pintaku.