Bambang Soesatyo mengabaikan fakta-fakta tersebut. Kenapa Bambang Soesatyo tidak pernah mengatakan Banking Pressure Index pada saat itu tinggi sehingga Bank Century perlu diselamatkan.
Bambang Soesatyo tidak menyadari bahwa bila Banking Pressure Index tinggi dan bank ditutup maka akan terjadi efek domino dimana kepercayaan nasabah turun terhadap perbankan dan industri perbankan dalam negeri diambang kehancuran. Apakah Bambang Soesatyo mengabaikan fakta-fakta tersebut.
Bambang Soesatyo Ngga Ngerti Ekonomi
Bambang selalu bermanuver dengan mengaitkan dana bailout century yang awalnya Rp 632 miliar menjadi 6,7 triliun. Bambang Soesatyo sama sekali tidak mengerti perbedaan Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP) dengan Bailout itu berbeda.
FPJP merupakan fasilitas kredit yang diberikan BI sebagai lender of last resort. Sedangkan Bailout ialah langkah penyelamatan Bank Century oleh LPS dengan mengucurkan dana sebesar 6,7 triliun.
Tahukah Bambang Soesatyo bahwa biaya penutupan Bank Century akan lebih besar daripada penyelamatan dengan dana sebesar Rp 6,7 triliun. Mungkin Bambang Soesatyo berpikir bahwa penutupan Bank Century dapat dilakukan dengan gratis.
Ongkos penutupan Bank Century sesungguhnya akan menelan dana Rp 6,4 triliun, yaitu untuk penggantian dana nasabah yang dijamin oleh pemerintah (maksimun 2 miliar). Apabila Bank Century yang kini jadi Bank Mutiara dapat dijual dengan harga tinggi maka ongkosnya tentu jauh lebih murah dibanding dengan penutupan.
Disini terlihat kalau Bambang Soesatyo memang tidak mengerti substansi dari penanganan krisis moneter. Yang dia pikirkan hanyalah bagaimana bisa menjadi headline di media dengan melontarkan kebohongan-kebohongan serta karangan indah yang menyesatkan.
Omong kosong Bambang Soesatyo terus didengungkannya di media. Dia berbicara mengenai aliran uang Century yang mengalir ke partai politik tertentu, namun argumen tersebut tidak diiringi oleh data dan fakta yang relevan.
Sesungguhnya masyarakat sudah cape dengan dagelan Bambang Soesatyo yang tidak lucu ini. Sebagai Anggota DPR RI yang pro terhadap pemberantasan korupsi seharusnya Bambang Soesatyo membersihkan rumahnya sendiri dari praktek-praktek koruptif.
Tidak usah jauh-jauh, di Partainya sendiri Partai Golkar tidaklah sepenuhnya bersih. Lihat saja kelakuan kadernya Gubernur Banten Ratu Atut yang terang benderang bersama keluarganya membentuk sebuah dinasti koruptif yang menghisap uang rakyat dengan membeli mobil-mobil super mewah seharga triliunan rupiah.