Peristiwa Kerusuhan Gedangan 1904 merupakan hal menarik untuk dibahas. Jl. KH Mukmin merupakan bentuk penghormatan yang diberikan pemerintah untuk Kassan Moekmin aktor dibalik peristiwa Gedangan 1904. Namun masyarakat Sidoarjo masih banyak yang belum mengerti peristiwa tersebut.
Kassan Moekmin berasal dari jawa Tengah, lahir pada 1854M. Kassan Moekmin keturunan ulama besar yang berasal dari Desa Gatak, Distrik Muntilan, Kabupaten Magelang yakni H. Mohammad Kassan Moekmin Surakarta pemimpin tarekat qadariyah wa Naqsyabandiyah dan ibunya mbok Sebloe alias Badoer.
Gerakan Milenari yang terjadi pada saat itu merupakan gerakan revolusioner yang diinisiasi oleh golongan ningrat atau kaum agamis yang mana hal tersebut merupakan tombak awal dari terjadinya gerakan-gerakan perlawanan kaum petani yang ada.
Beberapa sumber menyatakan bahwa sosok Kassan Moekmin adalah sosok seorang pahlawan. Pada sumber yang lain malah menginformasikan  bahwa sosok Kassan Moekmin adalah seseorang yang suka berbuat onar.
Cerita masyarakat lokal menggambarkan bahwa sosok Kassan Moekmin adalah seorang pahlawan yang membela nasib kaum petani yang tertindas karena ketidakadilan atas kebijakan pemerintah setempat pada saat itu.
Jika dilihat dari beberapa berita koran yang terbit di tahun 1905 dalam peristiwa Gedangan 1904, sosok Kassan Moekmin digambarkan sebagai seseorang yang menggerakkan massa yang mengganggu kestabilan pihak otoritas pemerintahan setempat.
Gerakan Milenari merupakan sebuah gerakan revolusioner yang mewakili golongan ningrat atau kaum agamis sebagai sumber munculnya gerakan perlawanan kaum petani yang ada pada saat itu.
Sosok Kassan Moekmin adalah pemimpin kerusuhan di Gedangan yang terjadi pada tahun 1904. Penyebab kerusuhan adalah perebutan lahan masyarakat oleh pihak pemerintahan Hindia Belanda, dalam hal ini menempatkan pihak Bupati Sidoarjo yang menjadi sebab kerusuhan tersebut.
Kerusuhan tersebut pecah pada 27 Mei 1904 di (Distrik Keboanpasar). Perlawanan tersebut ditujukan kepada orang yang dianggap kafir, Pemerintah Sidoarjo pada saat itu, otoritas hukum, serta membunuh orang eropa dan pribumi yang tidak sepemikiran dengan Kassan Moekmin dan kelompoknya.
Namun perlawanan tersebut gagal, karena strategi yang digunakan tidak terorganisir sehingga dengan mudah ditumpas oleh pemerintahan Sidoarjo pada saat itu.
Gagalnya pemberontakan Kassan Moekmin memakan korban jiwa 40 orang tewas dan 62 orang ditangkap.