Mohon tunggu...
thiananda argadahani
thiananda argadahani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lulusan Sastra dan Ilmu Komunikasi; Penikmat Jurnaling, Pecinta buku nonfiksi dan pengembangan diri, mencintai kopi

Penikmat buku-buku nonfiksi terutama pengembangan diri, motivasi, dan biografi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Waras: Surat Cinta untuk Esih

2 Februari 2024   17:40 Diperbarui: 2 Februari 2024   17:45 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

.......

Dear Esih, 

Bagaimana lagi kabarmu hari ini? lelah kah? Terimakasih kamu sudah berusaha mengeluarkan emosi dan rasa tidak enak kamu selama ini. Tenang ya, karena ini proses yang baik, lho! kamu sudah mulai bahagia, sudah mulai sadar kalau kamu tidak sendiri. Kamu mulai mengerti kalau kamu sudah tidak akan hadapi kebingungan kamu seorang diri. Yang tenang ya? akan selalu ada aku. 

------

Lembar demi lembar Esih menulis surat cinta itu, meluapkan perasaannya, merangkul sosok istimewa itu, menerima kelebihan dan kekurangannya. Tidak terasa 2 bulan berlalu dengan setumpuk surat cinta yang ia tulis. Tidak tahu mengapa semenjak ia mulai menulis surat cinta itu, hari-harinya menjadi terasa lebih ringan. Bukan lagi amarah yang selalu dia rasakan, tapi kelapangan yang mulai terasa. Esih sangat bersyukur bahwa ada tangan-tangan tak langsung yang mengajak ia untuk mau menyelami dirinya sendiri, mau berubah menjadi manusia yang lebih positif dan bahagia. Jejak-jejak kewarasannya terekam sempurna. Melangkah menuju taman-taman bunga yang sebelumnya ruang gelap gulita dan jurang tandus yang selalu ia temukan. "Aku masih waras", pikir Esih. Setelah ia terkungkung selama lebih dari 20 tahun dalam emosinya. Dalam keputusasaannya.  Dan kali ini untuk pertama kalinya ia menulis surat cinta lebih panjang dari biasa yang ia lakukan. 

Dear Esih,

Apa kabarmu hari ini? Saat ini? Semoga kamu sehat an baik-baik ya. Esih, begitu banyak kejadian dan moment baik dan buruk yang pernah kamu jalani dulu. Banyak kejadian yang membuat kamu menangis, merasa tidak berharga, terpuruk bahkan putus asa karena tidak tahu apa sebenarnya tujuan hidup kamu. Tapi dibalik kesulitan pasti ada kemudahan kan Esih? Jangan kamu lupakan kejadian yang membuat kamu tersenyum, bahagia, bersyukur bahkan menangis terharu.

Dear Sayangku,

Tidak ada yang bisa merubah, kecuali diri kamu sendiri yang mau merubah dan tentu atas ijin Allah , Tuhanmu. Mulai sekarang jangan lagi merasa diri kamu tidak berharga. Kamu itu berharga dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kamu miliki. Jangan membenci diri kamu sendiri lagi ya! Jangan berpikir untuk hilang lagi, karena sebetulnya banyak harta di dalam diri kamu. Yakinlah kamu akan selalu menemukan kebahagiaan. I Love You and Please love yourself!

Esih menutup buku catatan hitamnya dengan tersenyum. Masih panjang perjalanannya, tapi kali ini dia akan menanggapi semuanya dengan waras. Dan dia yakin akan menemukan taman-taman bunga lain di hidupnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun