Mohon tunggu...
Enrique Justine Sun
Enrique Justine Sun Mohon Tunggu... Freelancer - Technical Information Student • Psychology and Philosophy Enthusiast • Organizational Activists

Jendela Pendidikan Merubah Masa Depan

Selanjutnya

Tutup

Hukum

"Kenapa Kalian Lakukan Ini Padaku?"

15 Juni 2023   17:44 Diperbarui: 15 Juni 2023   17:53 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh kalhh dari Pixabay 

Setiap hari dia harus pergi ke tempat itu. Ruangan yang menjadi saksi bisu atas penderitaannya selama bertahun-tahun. Ruangan dimana orang-orang yang seharusnya melindunginya malah menganiayanya.Saat dia masih kecil, dia percaya orang tuanya menyayanginya. Dia percaya rumah adalah tempat teraman di dunia. Tapi semua berubah ketika kekerasan itu dimulai. Pukulan, cacian, ancaman menjadi rutinitas sehari-hari. Dia ditindas, dipermalukan, dipaksa melakukan hal-hal yang membuatnya menderita.

"Kenapa kalian lakukan ini padaku?" tanyanya berulang kali. Tapi tak pernah ada jawaban. Hanya kebencian dan kesengsaraan yang menyambutnya. Luka dan lebam menghiasi tubuhnya. Ratapan pilu keluar dari bibir mungilnya. Tapi semua itu hanya menambah intensitas kekejaman yang ditujukan padanya.

Tahun demi tahun berlalu. Dia tumbuh dewasa dengan luka yang tak kunjung sembuh. Luka batin yang mungkin takkan pernah hilang sepenuhnya. Dia masih bertanya-tanya,"Kenapa?" Tapi jawabannya tak pernah datang. Yang ada hanyalah kehampaan dan ketidakpedulian.

Sampai sekarang dia masih harus menjalani rutinitas itu. Pergi ke tempat dimana cinta seharusnya diberikan, tapi yang didapat hanyalah penderitaan tak berujung. Dan satu-satunya yang masih membuatnya bertahan adalah pertanyaan itu. "Kenapa kalian lakukan ini padaku?"

Dia masih ingat saat-saat awal ketika keganasan itu dimulai. Tubuh kecilnya tak sanggup berontak melawan kekuatan dewasa. Ia hanya bisa meringkuk ketakutan sambil bertanya-tanya dalam hati, "Kenapa?"

Saat itu ia masih terlalu kecil untuk mengerti konsep kejahatan dan kekejaman. Yang ada hanyalah rasa sakit dan kebingungan karena orang-orang yang seharusnya melindunginya kini menjadi sumber penderitaan.

Setiap hari ia harus menahan sakit dan menghindari pandangan mereka. Ia berpura-pura baik-baik saja sambil terus bertanya, "Mengapa aku layak menerima ini?" Tetapi pertanyaannya tak pernah dijawab.

Luka-luka di tubuhnya sembuh, namun trauma yang ditorehkannya tetap membekas. Ia belajar untuk bertahan hidup dalam suasana kekerasan yang acapkali meledak tanpa sebab yang jelas.

Melalui semua penderitaan itu, pertanyaan yang sama terus terngiang: "Kenapa kalian lakukan ini padaku?" Mungkin hanya itu yang dapat menopang semangatnya untuk terus maju. Keyakinan bahwa ia layak mendapat lebih dari penderitaan yang tak berujung.

Sampai kapan pun ia akan terus bertanya. Walaupun tak mungkin mendapat jawaban, setidaknya pertanyaan itu masih mampu menyelamatkannya dari keputusasaan. Membuatnya yakin bahwa ia pantas menerima kebaikan, kasih sayang dan kedamaian.

Setiap hari ia tetap bertanya dalam hati, "Kenapa kalian lakukan semua ini padaku? Apa salahku hingga kalian tega melukaiku?" Meskipun sebagian besar dari dirinya sudah pasrah dan putus asa, sebagian kecil masih mempertahankan harapan bahwa suatu hari nanti ia akan mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.

Satu-satunya yang membantunya tetap waras selama bertahun-tahun terus menerus disakiti adalah pertanyaan itu. Keyakinan bahwa ia pantas mendapatkan kasih sayang dan kebaikan. Ia percaya ia tidak layak menerima kekejaman yang dialaminya. Pertanyaan itu terus menjadi pegangan untuk tetap kuat dan berharap.

Meskipun hingga kini belum ada yang mau menjawab pertanyaannya dengan jujur, ia percaya suatu saat nanti ia akan mendapatkan jawaban yang memuaskan hatinya. Ia yakin takdir baik pasti menanti di ujung jalan. Ia hanya perlu bertahan.

"Kenapa kalian tega melakukan ini padaku?" tanyanya lagi dalam hati sambil menatap luka baru di tangannya. Meskipun tak ada yang menjawab, pertanyaan itu masih mampu menyelamatkannya dari putus asa. Memberinya kekuatan untuk melangkah maju melawan penderitaan yang tiada akhir.

Suatu hari nanti, ia yakin pertanyaannya akan terjawab. Dan saat itu tiba, ia akan benar-benar merdeka dari belenggu kekejaman yang selama ini mengekangnya. Ia akan terbebas dari segala penderitaan.

Sekarang dia memohon keadilan dari pihak kejaksaan. Mereka harus diadili karena penganiayaan berat terhadap anak mereka sendiri. Karena cinta sejati tidak akan pernah melukai.

Permohonannya hanya satu: memberikan sanksi hukum berat untuk mencegah ulang dan memberi efek jera. Selama ini dia bertahan hanya karena keyakinan bahwa dia pantas mendapatkan kasih sayang, bukan kekejaman.

Dia berharap kasus ini mendapat perhatian agar kecelakaan serupa tak terulang. Agar suatu hari dia bisa terbebas dari penderitaan dan menemukan kedamaian yang dirampas darinya.

Namun apapun keputusan yang diambil, pertanyaan itu akan terus terngiang: "Kenapa kalian lakukan semua ini padaku?", meski tak ada jawaban pasti kecuali mencari keadilan sebagai jalan terakhir untuk memperjuangkan haknya atas cinta dan kedamaian sejak dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun