Mohon tunggu...
Enrique Justine Sun
Enrique Justine Sun Mohon Tunggu... Freelancer - Technical Information Student • Psychology and Philosophy Enthusiast • Organizational Activists

Jendela Pendidikan Merubah Masa Depan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup sebagai Metamorfosa

22 Mei 2023   20:20 Diperbarui: 22 Mei 2023   20:30 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay 

Hidup adalah perjalanan konstan dari masa ke masa, di mana kita terus berubah dan bertransformasi. Kita mulai sebagai bayi tak berdaya kemudian tumbuh menjadi anak-anak enerjik dan remaja berapi-api hingga dewasa yang harus bertanggung jawab. Setiap tahapan membawa perubahan dalam diri, baik jasmani maupun rohani.

Kehidupan serupa matahari terbit. Perlahan sisi gelap malam mulai terangkat, lantas cahaya pun muncul dan semakin terang benderang membawa harapan baru. Begitu pula transformasi kita selalu dimulai dari kegelapan menuju cahaya baru pengetahuan dan pengalaman.

Kehidupan bagaikan lilin, dimana api semangat terus membakar tubuh dan jiwa kita hingga menyisakan sisa balok lilin yang lebih pendek dan sederhana. Begitu pula, kita terus bertransformasi dari ego dan ambisi hingga menyisakan makna sejati dari hidup.

Metamorfosa tak terlepas dari pengorbanan, seperti kumbang yang terpaksa meninggalkan kulit lamanya untuk terbang bebas. Kita harus rela melangkah keluar zona nyaman untuk berevolusi.

Kita bertransformasi seperti embun yang jatuh ke tanah lalu naik ke udara kembali menjadi embun. Berulang tanpa batas, membawa air baru nan segar. Begitu pula metamorfosa hidup kita membentuk kisah yang tak pernah kering.

Setiap perpisahan dan pertemuan mengajari transformasi. Kesedihan mengajari ketenangan, kebahagiaan kesadaran diri. Semua memberi warna baru pada lukisan kehidupan.

Jadi mari nikmati setiap transformasi yang kita alami. Bergoyang menyongsong setiap angin, siap meraih cahaya dan meneteskan embun kehidupan yang segar. Karena metamorfosa tanpa henti inilah hakiki makna kehidupan.

Gambar oleh Susanne Jutzeler, Schweiz Thanks for Likes dari Pixabay 
Gambar oleh Susanne Jutzeler, Schweiz Thanks for Likes dari Pixabay 

Kehidupan adalah seni transformasi. Seiring waktu, ego dan ambisi kita berubah menjadi kebijaksanaan. Penderitaan mengilhami rasa syukur. Kebingungan menumbuhkan ketenangan. Inilah keindahan metamorfosa; setiap perubahan membawa makna dan menuai hikmah.

Sekali pun bermulanya kecil dan rapuh, setiap jiwa memiliki potensi berkembang menjadi cermin kebenaran. Seperti titik air menjadi embun, kemudian hujan dan lautan luas. Melalui evolusi terus menerus, terungkaplah esensi terdalam yang tak tersentuh waktu.

Seperti bunga teratai yang Tumbuh dari lumpur namun memamerkan kecantikan, setiap jiwa dapat bertransformasi menjadi sumber cahaya melalui proses metamorfosa. Kegelapan mengajari kita kekuatan cahaya dalam diri, kesedihan menumbuhkan empati, pengorbanan menanam keteguhan.

Kehidupan adalah pertunjukan transformasi. Selama kita terbuka pada alur yang mengalir, kita akan menemukan makna dalam setiap perubahan. Kita akan belajar mencintai diri kita dalam setiap wujudnya, sehingga proses metamorfosa tak pernah menakutkan namun selalu memenuhi jiwa dengan pengalaman baru dan kebahagiaan.

Maka mari kita nikmati perjalanan ini, seperti pemain yang menghayati setiap perannya. Biarkan jiwa kita mengalir seperti air yang menemukan samudera, selalu mendamba perubahan. Karena metamorfosa tanpa henti inilah inti dari keabadian.

Metamorfosa adalah hukum alam, namun juga jalan menuju keabadian. Selama kita terbuka menerima perubahan, setiap transformasi jiwa dan ragawi akan mengilhami rasa syukur dan menuntun kita pada makna sejati dari kehidupan.

Nikmatilah prosesnya. Jadilah seperti bunga teratai di tengah kubangan, tumbuh dari yang hina namun memamerkan keindahan. Jadilah seperti embun, bertransformasi tanpa henti namun membawa air baru yang segar.

Cintailah dirimu dalam setiap tahapan. Karena dengan menerima transformasi, kita belajar mencintai esensi mutlah dari jiwa yang abadi. Inilah titik temu dari semua metamorfosa: kesadaran akan cahaya kebenaran yang tak pernah berubah di dalam diri kita.

Maka carilah makna, bukan bentuk. Ikhlaskan segala yang lama pergi dan sambut yang baru datang. Biarkan tiap perubahan mengilhami kebijaksanaan. Karena dalam setiap transformasi tercakup kesempurnaan tak terbatas dari Tuhanku dan Tuhanmu.

Itulah inti dari segala perubahan: diawali dan diakhiri dengan cinta yang mutlah -- cinta pada diri sendiri, cinta pada kehidupan, dan cinta pada Pencipta. Dengan cinta sejati inilah kita akan terus berevolusi menuju cahaya abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun