Pagi hari sekali, Rainer melatih tubuhnya dengan push up ratusan kali, sit up, squat jump, dan latihan lain yang baginya masih terbilang ringan. Itu semata-semata ia lakukan untuk sekedar menjaga kebugaran tubuhnya, bukan latihan berat seperti Kultivasi. Usai latihan, Rainer sarapan, kemudian berangkat ke kampus dengan motor Ninja yang ia beli dengan uang tabungannya selama bekerja.
Setibanya di kampus dan memarkirkan motornya, Rainer bisa melihat pemandangan yang tak akan ia lihat di kampus biasa: Mahasiswa yang nongkrong sambil merokok dan minum minuman keras, mahasiswa yang berduaan sembari saling melumat bibir pasangannya, mahasiswa yang membully temannya, dan mahasiswa yang berkelahi satu sama lain.
Dengan langkah tenang, Rainer berjalan di pelataran kampus yang tidak memiliki akhlak itu. Tetapi, baru beberapa langkah saja Rainer berjalan, langkahnya dihentikan oleh orang-orang bersweater abu-abu dengan lambang 'benteng catur' lapis besi di masing-masing dada dan punggungnya.
"Rainer Dzulfiqar...." Seorang pemuda berambut runcing seperti durian membuka suara. "Sebelumnya perkenalkan, aku Fauzi Ilham. Kelihatannya kau punya nyali menghajar anak buahku. Sudah bosan hidup?"
Rainer tersenyum menantang. "Ya, memangnya kenapa?"
Fauzi langsung melayangkan pukulan ke wajah Rainer yang sayangnya mampu ditangkap Rainer semudah menangkap semut.
Tentu saja hal itu membuat semua yang ada di sekeliling Fauzi terkejut kepalang tanggung. Karena selama ini, cuma orang-orang terkuat Futuran yang mampu menangkis pukulan Fauzi. Jika bukan, bisa dipastikan minimal tangannya patah.
"Membosankan." Rainer kemudian berjalan melewati Fauzi dan sempat menyenggol keras bahu Fauzi dengan bahunya.
"Tunggu!" teriak Fauzi.
Rainer berhenti.
"Jangan sombong dulu!" teriak Fauzi lagi.