Dengan cepat, pemuda yang memejamkan mata tadi membuka matanya lalu memukul dan menendang bola-bola yang keluar dari meriam dengan cepat. Sesekali, ia berpindah dengan cara melompat untuk memukul serta menendang bola-bola itu. Semua bola tampaknya berhasil ia pukul dan tendang tanpa tersisa satu pun. Merasa semuanya telah selesai, ia kembali berdiri tegak, memejamkan mata, dan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Kemudian, ia keluar dari ruangan tersebut dan pergi mandi. Selagi pemuda itu mandi, di kasurnya, seorang gadis bertanktop hitam dan bercelana pendek hitam yang dihiasi ikat pinggang cokelat serta jubah pinggang pendek merah dan stocking hitam, tengah duduk sambil menonton televisi yang tertempel di dinding kamar itu. Gadis itu bermata kecil dan berpipi tembam. Beberapa saat kemudian, pemuda tadi keluar dari kamar mandi yang ada di dekat kamarnya dengan balutan baju kaos berlapis fiber emas yang bentuknya sama dengan yang ia kenakan sebelumnya dan celana panjang hitam.
"Ganti bajunya kenapa harus di dalem kamar mandi, Satria?" tanya si gadis seraya menatap pemuda bernama Satria itu yang berjalan ke arah kasur. Ia lalu tersenyum manis hingga terlihatlah giginya yang putih seputih mutiara.
"Itu bukan urusan kamu, Mutia," balas Satria ketus sambil memakai satu jubah putih dengan kerah besar yang tergeletak di kasur. Di bagian punggung tangan kanan Satria ada permata biru yang menyala. Setelah itu, ia mengenakan sepatu hitam dan pergi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H