Dari legenda ini kita dapat mengambil hikmah bahwa dengki, dendam, dan iri hati dapat menghancurkan diri sendiri, bahkan lebih dari itu. Sementara itu, kesabaran, keikhlasan, dan kebaikan hati kepada sesama, mendatangkan pahala dan ketenteraman serta kebahagiaan untuk diri sendiri mau pun orang lain.Â
Konon Eyang Anomsari masih dari keturunan dari Kyai Raga Runting yang masih juga kerabat dari Keraton Surakarta. Hal ini masih tidak dapat dibenarkan, karena ketidak ada bukti yang otentik, hanya berdasarkan kisah tuturtinular yang belum bisa diakui kebenarannya. Eyang Anomsari atau lebih dikenal sebagai Kyai Bantar angin merupakan pepunden desa Pentur Simo Boyolali.Â
Karena Ketidak Cocokkannya dengan Keraton Surakarta yang saat itu dipimpin oleb Paku Buana IX, Eyang Anomsari pun meninggalkan Keraton dan mendirikan Padepokan didaerah Pentur Kec. Simo BOYOLALI. Dan diwilayah tersebut masih dihuni oleh Keturunannya hingga sekarang. Tidak banyak atau bahkan tidak ada literatur bahkan ketidak adanya tulisan Kisah ini.
Kisah ini hanya diceritakan secara turun-temurun dan hanya mungkin dikatakan legenda saja. Dilihat dari urutan silsilahnya, Eyang Anomsari hidup pada tahun 1874 Masehi diera Pakubuwana IX.
Dibawah pemerintahan Pakubuwana ke IX, Eyang anomsari memilih hijrah dari kerten menuju pentur. Dikisahkan, alasan Eyang Anomsari memilih desa pentur karena asal usul nama Pentur diambil karena letak wilayah Pentur di dataran tinggi sehingga masyarakat bisa melihat dengan jelas daerah sekitar.Â
Bila diuraikan secara akal atau nalar memang betul bahwa letak geografi desa Pentur perbukitan dan tidak rata, sehingga lebih tinggi dari desa yang lain di kecamatan simo, dan di desa pentur terdapat gunung kecil. Menurut cerita rakyat, nama Desa Pentur berasal dari Bahasa Arab, yakni fandzur yang berarti melihat. Konon, kata fandzur kali pertama disebutkan oleh salah satu walisongo yang terkemuka di tanah Jawa, yakni Sunan Kalijogo. Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan kata dan penyebutan kata fandzur di masyarakat sehingga nama desa itu lebih dikenal dengan nama Pentur.
Sebelum Eyang Anomsari tinggal dipentur, beliau lebih dulu tinggal di Kerten. Kerten diambil dari salah satu pelayan istana kerajaan di desa Kerten saat ini. Warga itu memiliki nama Ngabehi Selakerten. Warga tersebut sangat populer di komunitas Kerten pada saat itu karena Ngabehi Selakerten memiliki tugas membuat ukiran batu kijing atau batu yang biasa ditempatkan di makam. Disinilah, Eyang Anomsari mendirikan pendopo untuk mengajarkan ajaran Sunan Kalijogo dalam penyebaran Agama Islam dan mendapat gelar Kyai Bantar Angin. Dan makam beliau ada dipemakaman umum bantar angin desa Pentur.
Pernah suat ketika, Eyang Anomsari melihat seekor harimau putih dibawah pohon bambu upas, dengan kesaktiannya Eyang Anomsari mampu menjinakkanya dan membiarkanya tinggal diteras rumahnya. Konon katanya, banyaknya dedemit disekitar bukit pentur membuat orang tidak berani datang kesana. Lalu disuruhlah macan putih itu berdiri dipuncak pentur dan tinggal disana dan akhirnya macan putih itu berubah menjadi gundukan batu.
"Dan orang-orang yang beriman serta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan dan pertemukan mereka dengan anak cucu mereka di dalam surga, dan kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal kebajikan mereka setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakan. Dan kami berikan kepada mereka tambahan berupa buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka inginkan." (surat at-tin ayat 21-22).
SERAT SANEPO TELO WIDORO UPAS
Papunden ingkang dipunkajengaken (Eyang Anomsari) menika mujudaken panyebar agami Islam lan sampun lumrah menawi anak-putunipun kedah lan wajib mituhu dhateng ajaran Islam.
Kamenangan yaiku manungsa bisa ngalahake hawa nepsu Jagad kanthi nengenake katentreman batin supaya bisa nggayuh tataran spiritual sing dhuwur kanggo nyawiji karo Alam. Tulis "Alam" ing basa Arab kanthi nggabungake "Alif" "Lam" "Mim".
Kita iki Roh Gusti Allah nanging iki ora ateges Kita iki Gusti Allah, Gusti Allah ndeleng karo mripat kita, Gusti Allah krungu karo kuping kita. Mulane Gusti Allah iku maha uninga, amarga dheweke luwih cedhak karo urat manungsa. Gusti Allah manggon ing ati kita, mulane mung wong sing precaya sing ngerti Gusti Allahe.
Guru mung mulang tata cara mangerti Pangeranmu kanthi nerangake syariat Agamamu. Nanging, apa sampeyan ngerti Gusti Allah kanthi ngerti ilmu syariah?
Syariat iku aturan kang kaku lan baku, nanging Pangeranira iku Wicaksana. Kow bakal ngerti Gusti Allahmu, nk kow ngerti panggonan Gusti Allahmu. Iki Sanepan.
Sampeyan ora perlu sinau babagan gaib utawa pengin kawruh gaib. Cukup sampeyan ngerti babagan ilmu gaib. Sihir bakal teka nalika sampeyan butuh, nanging kanthi syarat sampeyan kudu ngerti lan cedhak karo Gusti. Sinau ilmu sing migunani kanggo lingkungan, luwih apik.
ARTINYA:
Papunden yang dimaksud (Eyang Anomsari) merupakan penyebar agama Islam dan sangat wajar anak cucunya harus dan wajib taat pada ajaran Islam.
Kemenangan adalah dimana manusia dapat mengalahkan nafsu Dunia dengan menekankan pada ketenangan batin agar mencapai tingkat spiritual yang tinggi untuk menyatu dengan Alam. Menulis "Alam" dengan bahasa Arab dengan menyatukan "Alif" "Lam" "Mim"."Â
Kita ini adalah Ruh Tuhan tapi ini bukan berarti Kita Tuhan, Tuhan melihat dengan Mata kita, Tuhan Mendengar dengan telinga Kita. Oleh sebab itu Tuhan Maha Tahu, karena dirinya lebih dekat dengan urat nadi manusia. Tuhan bersemayam pada batin kita, oleh sebab itu hanya orang yang berimanlah yang mengenal Tuhannya.
Guru hanya mengajarkan tata cara untuk mengenal Tuhanmu dengan menerangkan Syariat-syariat Ajaran Agamamu. Tapi, apakah dengan mengetahui keilmuan Syariat itu kamu sudah mengenal Tuhanmu?
Syariat itu aturan yang kaku dan baku, tapi Tuhanmu Maha Bijaksana. Kamu akan mengenal Tuhanmu jika kamu mengetahui bersemayam dimana Tuhanmu. Inilah Sanepan.
Tidak perlu Kamu belajar hal-hal gaib atau menginginkan keilmuan gaib. Cukuplah kamu mengerti tentang keilmuan gaib itu. Kegaiban itu akan datang disaat kamu membutuhkannya (kepepet), tapi dengan syarat kamu harus mengenal dan dekat dengan Tuhanmu. Belajarlah Keilmuan yang bermanfaat untuk lingkunganmu, itu lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H