Mohon tunggu...
Putra Saputra
Putra Saputra Mohon Tunggu... -

I am

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pengalaman Pertama Backpacker Sendiri ke Luar Negeri (Singapura) : Bagian 1

20 Juli 2014   06:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:50 18627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_334338" align="aligncenter" width="300" caption="Marina Bay Sands (3)"]

1405783071682724415
1405783071682724415
[/caption]

[caption id="attachment_334334" align="aligncenter" width="300" caption="Marina Bay Shopping Mall"]

1405782366725560373
1405782366725560373
[/caption]

[caption id="attachment_334335" align="aligncenter" width="300" caption="Kanal di dalam Shopping Mall"]

14057826731408323765
14057826731408323765
[/caption]

Puas berkeliling dan berfoto-foto, lelah pun saya rasakan. Cuaca Singapura yang sedang panas ditambah bawaan tas ransel yang lumayan berat, cukup menguras tenaga saya. Saya melihat-lihat sekitar. Siapa tahu ada tempat makan yang cocok buat lidah ataupun kantong saya. Sayangnya tidak saya temukan. Hanya restoran-restoran internasional yang sudah pasti bakal menguras isi dompet yang terlihat. Rasanya pun belum tentu nyaman bagi lidah saya, plus kehalalannya tidak terjamin. Saya putuskan untuk mencari makan nanti saja di sekitar penginapan. Jadi, mari segera melanjutkan perjalanan ke Chinatown.

[caption id="attachment_334337" align="aligncenter" width="300" caption="View High Rise Buildings dari Marina Bay Sands"]

14057828661756173096
14057828661756173096
[/caption]

Di Chinatown, saya akan menginap di 5Footway Inn yang terletak di Pagoda Street. Begitu keluar dari stasiun MRT Chinatown via pintu exit D, saya langsung tiba di Pagoda Street. Pagoda Street adalah salah satu pusat keramaian di Chinatown. Apalagi sekarang menyambut Imlek, suasananya tentu lebih semarak. Berbagai barang dagangan ditawarkan disini, dari pakaian, makanan, minuman, buah-buahan, dan aneka cindera mata khas Singapura ataupun China. Di Pagoda Street pula terdapat Chinatown Heritage Centre, sejenis museum tentang kebudayaan China. Saya tiba di penginapan sekitar jam 1 siang, atau 1 jam sebelum jadwal check in jam 2 siang. Saya pun belum diperkenankan check in karena ruangan belum siap. Untungnya tas ransel sudah bisa ditaruh di receptionist, sehingga saya bisa melanjutkan perjalanan tanpa harus membawa beban berat seperti sebelumnya. Berhubung badan sudah mulai capek, saya tidak berpergian jauh dulu, namun cukup dengan berjalan-jalan di sekitar penginapan di Chinatown. Tapi sebelumnya, saya mesti mencari tempat makan terlebih dahulu guna mengisi perut.

[caption id="attachment_334379" align="aligncenter" width="300" caption="Pagoda Street"]

14058066081902101071
14058066081902101071
[/caption]

Namanya juga di Chinatown, makanan yang dominan disini tentu saja adalah chinese food, yang kemungkinan besar adalah non halal. Saya tidak mau mengambil resiko dengan itu. Jauh hari sewaktu masih di Jakarta, saya sudah mencari informasi makanan halal di Chinatown. Yang paling mudah didapati adalah restoran McD karena letaknya yang strategis di North Bridge Road. North Bridge Road merupakan jalan raya utama di Chinatown, dan tidak jauh dari penginapan saya. Namun, buat apa jauh-jauh ke Singapura kalau makannya di McD? Ya, boleh-boleh saja sih, tapi itu menjadi alternatif terakhir. Lagipula tidak ada menu nasi di McD Singapura, sementara saya sedang butuh nasi saat ini. Saya memilih makan di sebuah foodcourt di South Bridge Road yang bernama Maxwell Food Centre. Saya masuk ke dalamnya. Ada beberapa baris tempat makan di sana, dan sekilas semuanya menawarkan menu non halal. Saya berkeliling ke semua bagian foodcourt untuk mencari menu makanan halal. Alhamdulillah, saya menemukannya. Letaknya di baris paling kanan dan paling ujung. Ada sekitar tiga kedai berjejeran disitu yang menawarkan masakan-masakan Melayu ataupun India. Biaya untuk sekali makan berkisar antara 5-8 SGD sudah termasuk minuman. Kenyang menyantap makanan, saatnya bagi saya mengeksplore Chinatown.

[caption id="attachment_334380" align="aligncenter" width="300" caption="South Bridge Road"]

14058067091927014529
14058067091927014529
[/caption]

Di Chinatown mudah sekali ditemui restoran, kios-kios jualan, dan penginapan. Dari lapak-lapak makanan pinggir jalan hingga restoran mewah, lapak-lapak pedagang kaki lima hingga di mall-mall, penginapan kelas backpacker hingga hotel berbintang, semua ada disini. Walau sangat beraneka ragam, kesemuanya bisa tertata rapi. Tiap sudutnya selalu bersih. Ya, memang inilah wajah Singapura yang sangat mengedepankan kebersihan. Daerah-daerah yang menjadi pusat keramaian di Chinatown antara lain Pagoda Street, Smith Street, Mosque Street, North Bridge Road, South Bridge Road, dsb. Saya hanya sekedar melihat-lihat, tak terlalu berminat untuk belanja. Kalau semisal anda ingin berbelanja di kios-kios cindera mata di pinggiran jalan, jangan segan untuk menawar harga segila mungkin, karena itulah tips yang sempat saya baca jika ingin berbelanja di Chinatown. Penjualnya pun tak terbatas dari orang-orang China. Ada juga orang India, Arab, Melayu. Saya bisa merasakan jika kehidupan toleransi masyarakat disini sangat baik. Bahkan di South Bridge Road, saya melihat ada tiga tempat ibadah untuk tiga agama yang berbeda dengan lokasi yang berdekatan. Ada Jami’ Mosque untuk umat Islam, Sri Mariaman Temple untuk umat Hindu, dan Thian Hock Keng Temple untuk umat Budha.

[caption id="attachment_334381" align="aligncenter" width="300" caption="Jami"]

14058068201379011837
14058068201379011837
[/caption]

[caption id="attachment_334382" align="aligncenter" width="300" caption="Sri Mariaman Temple "]

14058069332111818774
14058069332111818774
[/caption]

[caption id="attachment_334383" align="aligncenter" width="300" caption="Thian Hock Keng Temple "]

14058070261301805017
14058070261301805017
[/caption]

Sore mulai menjelang. Waktunya kembali ke penginapan untuk segera check in dan beristirahat. Saya mesti membayar 20 SGD sebagai uang deposit, yang uangnya bisa diambil lagi ketika check out. Saat pertama kali melihat kamarnya, yang ada di benak saya merasa jika kamarnya terlalu sempit. Foto-foto di website kelihatannya masih lebih luas daripada kenyataannya. Yah, mungkin itu hanya efek kamera. Ruangan dormitory ini berkapasitas 4 orang, terdiri dari 2 ranjang tingkat. Saya kebagian di salah satu ranjang atas, sedangkan tepat di bawah saya adalah seorang oma-oma Perancis yang usianya saya perkirakan antara 50-60 tahun. Dalam hati saya bertanya-tanya, dengan usia yang sudah selanjut itu, apa yang ia lakukan dengan jauh-jauh datang kesini seorang diri? Ah sudahlah, tidak baik terlalu kepo di negeri orang. Masing-masing penghuni mendapat 1 loker untuk menyimpan barangnya. Satu lagi yang membuat kurang nyaman adalah pijakan tangga tempat tidur untuk naik ke ranjang atas, terasa sakit di telapak kaki waktu dipijak. Saya masih belum bisa enjoy terhadap suasana pada saat-saat awal di dalam dormitory. Tiap naik turun tangga tempat tidur sering merasa canggung mengingat orang yang di bawah saya usianya jauh di atas saya. Saat membereskan barang-barang dari atas kasur pun merasa kurang leluasa, karena saya merasa tidak enak jikalau bunyi-bunyian yang dihasilkan dari kegiatan ini bakal mengganggu penghuni lain. Namanya juga dormitory, mesti menghormati antar kepentingan sesama penghuninya. Mungkin saya masih butuh sedikit waktu biar bisa merasa nyaman. Lantas saya coba melihat kamar mandinya yang ada di luar kamar dan dipakai bersama-sama. Cukup bersih, walau belum bisa dibilang benar-benar bersih dan kinclong. Lumayan lah.

Salah satu kegiatan awal saya di kamar adalah mengecharge ponsel. Saya informasikan, di Singapura tidak mengenal colokan berkaki dua. Saya keluarkan adapter kaki tiga yang sudah saya bawa dari Jakarta, lalu mencolokkan di tempat tersedia. Begitu charger saya hubungkan dengan adapter, peristiwa yang tidak saya duga sebelumnya terjadi. Peeetttttt. Lampu di dalam kamar mendadak gelap. Koridor di depan kamar juga ikut gelap. Sepertinya terjadi mati lampu di penginapan. Apakah ini gara-gara adapter kaki tiga yang saya bawa? Sejumlah petugas penginapan berkeliling mencari penyebab kerusakan. Daripada saya galau sendirian gak jelas, akhirnya saya bercerita tentang apa yang baru saya lakukan. Kata mereka, saya memang melakukan kesalahan. Mestinya yang dicolok adalah dua lubang yang di bawah, sementara yang saya colok adalah lubang di atas dan di bawah. Dan benar saja, setelah saya cerita kejadian ini, petugas penginapan langsung bisa memperbaiki dan lampu penginapan kembali menyala. Duh, saya merasa menjadi orang paling tolol sedunia.

Suasana malam imlek di Chinatown benar-benar meriah, jauh lebih semarak dibanding siang ataupun sore tadi. Lampu-lampu hias khas imlek yang dipasang di jalan-jalan mulai dinyalakan. North Bridge Road sengaja ditutup untuk akses kendaraan karena di situlah dipusatkan perayaan Imlek. Ada panggung hiburan di sana. Jalanan sangat padat dipenuhi orang-orang yang ingin melihat puncak perayaan. Tak hanya dipenuhi oleh orang-orang keturunan Cina, tapi saya juga melihat orang-orang dari berbagai ras di dunia ikut tumpah ruah di sini. Pertunjukan kembang api spektakuler di langit menjadi puncak perayaannya. Lewat tengah malam acara baru selesai, dan saya pun kembali ke penginapan untuk beristirahat. Inilah perjalanan hari pertama saya di Singapura. Ada yang meleset dari itenary yang saya buat, mestinya hari pertama ini saya juga berkunjung ke Little India, namun batal karena sudah lelah dan waktunya terlalu singkat. Tidak masalah, saya bisa mengatur ulang itenary di hari-hari berikutnya tanpa ada intervensi dari siapapun. Sekarang saatnya tidur biar besok bisa tetap fit. Agenda utama esok hari adalah mengunjungi Universal Studio.

[caption id="attachment_334385" align="aligncenter" width="300" caption="Malam Perayaan Imlek di North Bridge Road, Chinatown"]

1405807343351826621
1405807343351826621
[/caption]

bersambung.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun