Jumat, 31 Januari 2014
Di 5footway Inn ini menyediakan fasilitas breakfast bagi tamu-tamunya. Ada sebuah ruangan terbuka yang terdapat peralatan memanggang roti ataupun membuat kopi/teh sekaligus sebagai tempat makan bersama. Namun entah kenapa saya malas memanfaatkan fasilitas tersebut. Sebenarnya agak beda tipis, antara malas atau ndeso. Ndeso karena tidak tahu cara menggunakan alat-alat tersebut. Saya malah lebih memilih sarapan dengan roti sobek yang saya bawa dari Jakarta, tinggal kunyah dan tak perlu repot. Minumannya saya beli semalam di 7 Eleven. O iya, berbicara sedikit tentang 7 Eleven, ada perbedaan antara 7 Eleven di Singapura dan di Jakarta. Jika 7 Eleven di Jakarta cenderung sebagai tempat nongkrong untuk kaum menengah ke atas, 7 Eleven di Singapura justru kecil dan sederhana, sama dengan Alfamart/Indomaret biasa bila di Jakarta. Selain 7 Eleven, minimarket yang banyak dijumpai di Singapura adalah “Cheers”.
Kembali lagi ke perjalanan. Tujuan utama saya hari ini adalah ke Universal Studio, atau orang sana biasa menyebutnya dengan USS (Universal Studios Singapore). Saya membeli tiketnya di penginapan seharga 68 SGD, dari harga normal 74 SGD. Pembelian tiket USS ini adalah pengeluaran terbesar saya selama di Singapura. Saya juga baru tahu jika di penginapan ternyata menjual bermacam tiket wisata dengan harga lebih murah dibanding membeli langsung di lokasi wisata. Selain tiket USS, ada juga tiket Singapore Flyer, Singapore Zoo, Hoho Bus, dsb. Dan kita tidak perlu menjadi tamu di penginapan untuk bisa membeli tiket di sini.
USS bisa dicapai dengan menggunakan kereta ataupun bus.Namun saya hanya akan membahas akses menggunakan kereta. Dari stasiun MRT Chinatown, saya bertolak menuju stasiun MRT Harbour Front yang letaknya berhubungan langsung dengan Vivo City Mall. Untuk bisa sampai ke USS ataupun tempat wisata lainnya di Pulau Sentosa, kita masih harus berpindah kereta dari MRT ke monorail Sentosa Express. Nah, pemberhentian monorail Sentosa Express ini ada di lantai 3 Vivo City Mall. Walau Vivo City ini mall besar dan belum pernah ke sana sebelumnya, jangan khawatir bakal tersesat. Lagi-lagi signage di sini bekerja sangat baik. Dari kemarin, setiap saya membutuhkan penunjuk arah, saya bisa langsung melihatnya tak jauh dari tempat saya berdiri, jadi tak perlu berepot-repot lagi bertanya ke orang lain.
Tempat penjualan tiket Sentosa Express bersebelahan dengan sebuah foodcourt, yang di dalamnya saya juga melihat sejumlah kedai masakan Indonesia seperti ayam penyet, dapur sunda, dan masakan padang. Tak hanya tiket Sentosa Express yang dijual disini, ada juga loket berbagai atraksi di Pulau Sentosa, termasuk tiket USS. Tiket Sentosa Express dijual seharga 4 SGD untuk perjalanan pulang pergi. Kita bisa membelinya di mesin otomatis ataupun di loket yang ada petugasnya. Antrean orang yang naik Sentosa Express lumayan ramai, apalagi hari ini juga bertepatan dengan hari libur nasional Singapura karena merayakan Tahun Baru China. Namun karena frekuensi keberangkatan Sentosa Express lumayan cepat, saya tak perlu lama menunggunya.
Sentosa Express berhenti di tiga stasiun pemberhentian, yaitu Water front Station bagi yang ingin turun di USS dan Resort World Sentosa, Imbiah Station bagi yang turun di Imbiah Look, dan Beach Station bagi yang ingin mengunjungi kawasan pantai. Tiket Sentosa Express berlaku flat untuk semua tujuan, termasuk jika ingin berpindah antar stasiun. Misal dari USS kita ingin menuju ke pantai-pantai di sekitar Beach Station ataupun sebaliknya, kita tak perlu lagi membayar tiket. Sekitar 5 menit perjalanan, kereta tiba di Waterfront Station, dan saya pun turun.
Saat saya tiba, USS belum buka karena jam operasionalnya memang baru dimulai jam 10 pagi. Meski demikian, antrean orang yang ingin masuk sudah sangat panjang. Yang menarik perhatian pengunjung di depan USS adalah sculpture bola dunia raksasa bertuliskan Universal Studio. Banyak sekali orang yang berfoto-foto disitu. Saya pun juga sering melihat di facebook dimana orang-orang berfoto dengan latar bola dunia tersebut, walau kenyataannya banyak dari mereka yang tidak sampai masuk ke dalam USS. Saya pikir tanggung kalau cuma di luar saja, toh belum tahu bakal bisa kembali kesini atau tidak. Saya pun tak ketinggalan ingin berfoto disitu. Dan sekali lagi, inilah permasalahan utama seorang single traveler, selalu repot jika ingin sedikit narsis. Apalagi kala itu belum popular yang namanya tongsis. Celingukan kesana kemari, akhirnya saya menemukan orang yang bersedia memotret saya. Alhamdulillah, lega rasanya. Rasanya sama seperti kemarin saat berhasil foto dengan latar Merlion Park dan Marina Bay Sands.
[caption id="attachment_352334" align="aligncenter" width="300" caption="Bola Dunia Universal Studio"][/caption]
Pintu USS akhirnya dibuka. Sebagaimana tempat hiburan sejenis lainnya, USS dibagi menjadi beberapa zona. Ada 7 zona di USS, yaitu Hollywood, Madagascar, Far Far Away, The Lost World, Ancient Egypt, Sci-Fi City, dan New York. Selengkapnya tentang USS bisa dilihat di www.sentosa.com.sg. Pertama kali masuk ke dalam USS, perhatian saya langsung tertuju ke toko souvenir di zona Hollywod karena memang letaknya paling depan. Saya masuk ke dalamnya. OK, saya menemukan tempat untuk membeli souvenir. Dari awal kedatangan di Singapura, saya memang berniat untuk membeli 1-2 barang saja namun yang original dan kualitas lumayan. Tapi sebelum saya berbelanja, saya ingin bersenang-senang dulu, urusan belanja nanti setelah akan pulang.
[caption id="attachment_352335" align="aligncenter" width="300" caption="Zona Hollywood"]
Suasana di USS sebenarnya tak jauh beda dengan Dunia Fantasi di Jakarta. Hanya saja di USS lebih luas dan lebih rapi. Beberapa wahana pertama yang saya coba masih terasa biasa saja, karena yang saya cari disini adalah wahana-wahana ekstrim. Pencarian saya akhirnya terjawab ketika di zona Ancient Egypt, saya mencoba yang namanya Revenge of the Mummy. Sebelumnya saya tidak tahu-menahu soal permainan ini. Ketika akan masuk, semua barang (tas, hp, kacamata, dsb) wajib dititipkan di loker. Dan antrean untuk wahana ini sungguh panjang sekali, pertanda jika wahana ini menjadi favorit. Saat mendekati antrean, saya mendapati tulisan“single rider”. Alhamdulillah ya, rejeki anak sholeh. Ternyata di wahana ini ada antrean khusus bagi single rider alias yang datang sendiri. Antreannya sangat sepi layaknya VVIP, hanya ada dua orang di antrean ini saat saya sudah tiba di ujung. Mungkin ini bisa dimanfaatkan bagi yang datang berdua atau bertiga namun ingin cepat menaiki wahana, masuk saja lewat jalur single rider. Tapi jangan berbarengan ya, masuknya satu persatu, selang satu menit kemudian baru masuk yang lainnya. Untuk sementara jangan saling berbicara dulu ataupun pura-pura tidak saling mengenal, biar petugasnya tidak curiga. Hehehe. Sangat mempersingkat waktu, jika di single rider bisa menaiki wahana hanya dengan menunggu 5 menit, di antrean normal bisa sampai lebih dari 30 menit.
[caption id="attachment_352336" align="aligncenter" width="300" caption="Revenge of the Mummy"]
Permainannya naik semacam kendaraan yang kurang lebih sama dengan permainan rollercoaster. Kemudian kita dibawa masuk ke dalam ruangan yang benar-benar gelap, sama sekali tak ada cahaya. Nah, disinilah ketegangannya dimulai. Intinya sih hampir sama dengan wahana halilintar di Dufan. Bedanya yang ini indoor dan kita tidak bisa melihat bentuk arenanya seperti apa. Cuma bisa diam pasrah mengikuti keinginan sang operator wahana. Pergerakan rollercoasternya variatif, bisa naik turun, maju mundur, dengan kecepatan tinggi ataupun tiba-tiba berhenti. Gila. Benar-benar bikin copot jantung. Contohnya saat rollercoaster bergerak naik dan sudah di ujung, bukannya terus maju kemudian turun, tapi malah tiba-tiba saja bergerak mundur dengan kecepatan tinggi. Saya berteriak terus sekencang-kencangnya sepanjang permainan. Hahaha. Di rombongan saya ada anak kecil usianya kurang lebih 10 tahun yang menangis terus di sepanjang permainan, bahkan masih terus menangis meski sudah di luar wahana. Pokoknya permainan ini seru habis!
Selain Revenge of the Mummy, wahana lain yang menjadi favorit saya adalah Transformer the Ride di zona Sci-Fi City. Seperti namanya, wahana ini membawa kita ke dunia petualangan transformer. Permainannya menggunakan kereta semacam rollercoaster. Tidak setegang Revenge of the Mummy, tapi efek yang dihasilkan lumayan nyata, jadi suasana peperangan layaknya di film transformer bisa cukup terasa. Wahana ini keren dan futuristik. Sama seperti di Revenge of the Mummy, di wahana ini juga ada jalur antrean “jomblo rider”. Eh salah, maksudnya “single rider”. Hehehe. Lagi-lagi rejeki anak sholeh. Cukup mengantre 5 menit, sementara di antrean normal bisa lebih dari 30 menit.
[caption id="attachment_352351" align="aligncenter" width="300" caption="Zona Sci-Fi City"]
Sebenarnya ada satu wahana lagi yang menjadi incaran saya sewaktu masih di Jakarta. Namanya Battlestar Galactica, yang juga terdapat di zona Sci-Fi City. Battlestar Galactica adalah halilintarnya USS dengan lintasan yang lebih menantang dibanding halilintar Dufan. Belum lagi ada bentuk kendaraan rollercoasternya dimana penumpang berada di bawah lintasan, sehingga posisinya seperti duduk sambil melayang-layang, membuat Battlestar Galactica terlihat makin ekstrim. Sayangnya, saat itu wahana sedang dalam maintenance sehingga tidak bisa dipakai. Saya tidak terlalu kecewa, karena sudah mengetahui kabar ini sejak dari Jakarta. Dan memang Battlestar Galactica sedang dalam masa perbaikan sejak 2013 lalu, serta belum ada informasi kapan bisa beroperasi kembali.
[caption id="attachment_352355" align="aligncenter" width="300" caption="Battlestar Galactica"]
Bagi saya pribadi, ketiga wahana di atas lah yang menjadi favorit saya, walaupun belum merasakan Battlestar Galactica. Wahana-wahana lain juga menarik, namun karena saya menyukai permainan yang seru dan ekstrim, yang lain terasa biasa. Apalagi saya tidak menjumpainya di Dufan. Bukan berarti Dufan kalah segalanya dibanding USS. Di USS tidak terdapat wahana-wahana menantang semacan tornado ataupun hysteria seperti di Dufan. Jadi masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri. Lelah bermain-main, perut pun menjadi lapar. Saatnya mencari tempat makan yang sesuai di lidah maupun kantong. Banyak tempat makan yang tersebar di seluruh zona di dalam USS. Pilihan saya jatuh pada Discovery Food Court yang berada di zona The Lost World. Disini menyediakan menu aneka masakan melayu (Singapura, Malaysia, Indonesia). Saya pun mencoba menu nasi ayam Hainan khas Singapura. Jika di luar, ongkos sekali makan plus minum rata-rata 5-8 SGD, sedangkan di foodcourt ini rata-rata 10-15 SGD sekali makan. Dan rasa nasi ayam Hainan disini enak banget. Sumpah! Saya sangat lahap menyantapnya, ditambah puding segar plus es jeruk sebagai pencuci mulut. Saya juga sempat jajan bakpao yang dijual di depan Discovery Food Court. Ukurannya jumbo, dan lagi-lagi rasanya enak banget. Hahaha. Pokoknya jangan takut kelaparan kalau di dalam USS ini.
[caption id="attachment_352359" align="aligncenter" width="300" caption="Nasi Ayam Hainan Discovery Food Court"]
Tak terasa hari menjelang sore. Badan lumayan capek setelah bermain di hampir seluruh wahana di USS. Waktunya untuk meninggalkan USS dan melanjutkan perjalanan. Sebelum keluar dari USS, saya sempatkan membeli kaos di toko souvenir di zona Holywood yang sudah saya incar sejak pertama masuk tadi. Sebagaimana harga makanan, harga souvenir disini tentu saja lebih mahal dibanding di luar. Jika di Chinatown harga rata-rata kaos 5 SGD (bahkan kurang jika pintar menawar), maka disini harga rata-rata 20-30 SGD untuk sebuah kaos. Saya membeli sebuah kaos bertuliskan Universal Studios Singapore. Lega rasanya. Target membeli souvenir original yang menampilkan identitas Singapura telah tercapai.
[caption id="attachment_352361" align="aligncenter" width="300" caption="Happy Feet Show"]
[caption id="attachment_352363" align="aligncenter" width="300" caption="Shrek 4D Adventure"]
[caption id="attachment_352364" align="aligncenter" width="300" caption="Atraksi Modern Dance"]
[caption id="attachment_352365" align="aligncenter" width="300" caption="Zona New York"]
[caption id="attachment_352367" align="aligncenter" width="300" caption="Zona Madagascar"]
Rencana perjalanan saya selanjutnya adalah ke Marina Bay Sands untuk menyaksikan Wonder Full Laser & Water Show, sebuah pertunjukan canggih yang bertempat di promenade Marina Bay Sands. Pertunjukannya dimulai jam 8 malam, sementara sekarang baru sekitar jam 3 sore. Akan terlalu cepat jika saya berangkat sekarang. Sebenarnya masih ada tempat-tempat menarik ataupun pertunjukan-pertunjukan lain di Pulau Sentosa yang bisa dinikmati. Namun saya sudah lumayan capek, jadi tidak terlalu berminat untuk keliling pulau ini lebih jauh. Lagipula tujuan utama saya ke Pulau Sentosa adalah hanya di USS, dan itu sudah terlaksana. Apalagi setelah melihat antrean orang yang ingin naik Sentosa Express, membuat saya semakin ingin cepat meninggalkan Pulau Sentosa. Ya, antrean orang yang ingin kembali ke Vivo City Mall jauh lebih banyak dibanding saat berangkat tadi. Saya baru bisa naik Sentosa Express setelah hampir 30 menit menunggu. Dan saya sudah memutuskan, sebelum bertolak ke Marina Bay Sands, saya akan menuju Orchard Road terlebih dahulu. Inilah enaknya menjadi single traveler, bisa merubah itenary perjalanan sewaktu-waktu tanpa harus mendapat persetujuan dari siapapun.
Kawasan Orchard Road yang dikenal sebagai pusat perbelanjaan bisa dicapai menggunakan MRT dengan turun di stasiun MRT Orchard ataupun Somerset. Saya memilih turun di stasiun MRT Orchard. Begitu keluar dari stasiun, saya langsung berada di depan ION Orchard, salah satu mall terkenal yang letaknya di sudut perempatan jalan. Rupanya saya mengalami amnesia. Tadi saya pergi dari Pulau Sentosa karena sudah capek berjalan lagi, lha ini malah di Orchard Road, yang untuk bisa menikmatinya tidak boleh malas berjalan kaki. Sama saja ini namanya. Apalagi saya juga tidak hobi berbelanja. Salah tujuan ini kayaknya. Tapi sebenarnya tidak sia-sia juga. Setidaknya jika nanti ada yang bertanya pernahkah ke Orchard, saya bisa menjawab pernah. Hehehe.
[caption id="attachment_352371" align="aligncenter" width="300" caption="Orchard Road"]
Saya cuma duduk-duduk di depan ION Orchard sambil melihat-lihat keadaan sekeliling. Trotoar disini cukup lebar sehingga membuat pejalan kaki tetap nyaman meski sedang ramai orang berlalu-lalang. Saya memandang jauh ke sepanjang Orchard Road. Bisa dipastikan sebagian besar adalah bangunan-bangunan pusat perbelanjaan. Sekilas saya melihat desain-desain bangunannya tidak terlalu menarik, semakin membuat saya enggan untuk melangkah. Daripada bengong gak jelas disini, akhirnya saya memutuskan pergi Newton Food Centre, siapa tahu bisa menemukan makanan enak.
[caption id="attachment_352373" align="aligncenter" width="300" caption="ION Orchard (1)"]
[caption id="attachment_352378" align="aligncenter" width="300" caption="ION Orchard (2)"]
Stasiun MRT terdekat dengan Newton Food Centre adalah stasiun Newton. Stasiun ini hanya berbeda satu stasiun dengan stasiun Orchard. Turun dari MRT, saya langsung bergerak mencari Newton Food Centre. Dan ternyata, saya masih harus berjalan lumayan jauh untuk menemukannya. Hahaha. Akhirnya kena juga deh gak boleh malas jalan kaki. Sesampai disana, sejumlah pelayan beramai-ramai menawarkan menunya kepada saya. Menunya memakai tulisan China semua, bagaimana saya bisa membacanya? Lantas saya berkeliling ke seteiap bagian food center. Aduh, tetap saja menunya pada memakai tulisan China semua. Selain tidak paham jenis makanannya, kehalalannya pun meragukan. Apalagi saya juga tidak suka dengan bau-bau Chinese food yang masih otentik, bikin pusing kepala saya. Tapi kalau anda adalah penggemar Chinese food, tempat ini bisa dicoba, karena banyak pilihan makanan dan harga sepertinya tak terlalu mahal. Tidak menemukan tempat makan yang sesuai, saya cuma bisa mampir di sebuah kedai buah. Saya memesan air kelapa yang langsung diminum dari buahnya, dan baru dibuka saat itu juga. Sumpah, rasa air kelapanya sangat manis dan menyegarkan. Harganya 2 SGD per butir. Kesegarannya lumayan menghilangkan dahaga yang saya rasakan karena mesti berjalan cukup jauh kesini. Puas beristirahat sejenak di Newton Food Centre, saya kira sudah saatnya untuk melanjutkan perjalanan sesuai rencana awal, yaitu ke Marina Bay Sands.
[caption id="attachment_352381" align="aligncenter" width="300" caption="Newton Food Centre"]
Stasiun MRT terdekat dengan Marina Bay Sands adalah stasiun Bayfront. Saya sampai disana saat senja menjelang. Ternyata suasana di kawasan Marina Bay sore hari lebih ramai dibandingkan siang hari saat kemarin saya pertama kali kesini. Mungkin karena cuaca sudah tidak panas lagi sehingga terasa lebih nyaman. Jujur, saya sangat menyukai view di kawasan ini, jadi belum bosan meski kemarin sudah kesini. Saya yang sebelumnya sudah lelah menjadi bersemangat lagi untuk berjalan-jalan. Saya juga menjadi saksi peralihan dari senja menuju malam. Langit Marina Bay yang semula masih tersinari matahari senja berangsur gelap, berganti menjadi kilau cahaya dari gedung-gedung modern ataupun lampu jalanan. Pemandangan Singapura di malam hari sangat cantik. Saya tak ketinggalan untuk memotret momen ini. Bedanya dengan yang kemarin, kali ini saya tak perlu gelisah mencari orang untuk memotret saya, toh hasilnya juga gak bakal jelas. Hehe.
[caption id="attachment_352385" align="aligncenter" width="300" caption="Marina Bay Sands "]
[caption id="attachment_352382" align="aligncenter" width="300" caption="Helix Bridge & Singapore Flyer"]
[caption id="attachment_352387" align="aligncenter" width="300" caption="High Rise Buildings di Marina Bay"]
[caption id="attachment_352389" align="aligncenter" width="300" caption="Louis Vitton Building"]
Wonder Full Laser & Water Show berlangsung setiap jam 20.00 dan 21.30 malam secara gratis. Untuk hari Jumat dan Sabtu ada tambahan show jam 23.00. Orang-orang sudah ramai menunggu saat pertunjukan akan dimulai. Kabarnya, pertunjukan air mancur disini adalah yang terbesar di Asia Tenggara. Show pun dimulai. Sesuai namanya, pertunjukan ini merupakan gabungan dari pertunjukan air mancur dan teknologi laser, serta ada cerita di dalamnya. Saya tak terlalu mengerti bagaimana jalan ceritanya, tapi kurang lebih tentang sejarah Singapura. Air mancurnya membentuk aneka konfigurasi yang didukung oleh teknologi laser canggih sehingga membuatnya tampil lebih atraktif. Ada kalanya air mancur berperan sebagai layar yang disinari proyektor, sehingga kita seolah-olah menonton film dengan layarnya berupa air. Show berlangsung kurang lebih 15 menit. Menurut saya pertunjukannya sangat keren dan menarik. Apalagi didukung dengan suasana malam di kawasan Marina Bay yang sungguh cantik, membuat saya takkan melupakan show ini.
[caption id="attachment_352390" align="aligncenter" width="300" caption="Wonder Full Laser & Water Show (1)"]
[caption id="attachment_352392" align="aligncenter" width="300" caption="Wonder Full Laser & Water Show (2)"]
[caption id="attachment_352395" align="aligncenter" width="300" caption="Wonder Full Laser & Water Show (3)"]
Selesai pertunjukan, saya langsung ke stasiun MRT Bayfront untuk kembali ke penginapan di Chinatown. Perjalanan hari ini lumayan melelahkan. Dan tidak ada penyesalan sedikit pun saya mengunjungi Marina Bay sampai sebanyak dua kali. Siang dan malamnya Marina Bay memberikan sensasi yang berbeda yang masing-masing dapat dinikmati. Termasuk dalam hal potret-memotret. Jika di malam hari adalah saat terbaik untuk mengabadikan kecantikan gedung-gedung di kawasan Marina Bay, maka siang hari adalah saat yang tepat melampiaskan kenarsisan anda. Hehe.
Bersambung......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H