Mohon tunggu...
Muaz
Muaz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menyukai dunia literasi ; membaca buku dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Sih Seharusnya Mengarahkan Sekolah untuk Anak?

4 Desember 2024   08:41 Diperbarui: 4 Desember 2024   09:44 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam memilihkan sekolah untuk anak, ada proses yang pada umumnya dilakukan dan ada proses yang sebaiknya dijalani. Mari kita bahas alur yang baik untuk mengarahkan pendidikan bagi anak. Alur yang bisa dilakukan oleh siapapun dan sangat mudah dijalani.

Pada umumnya ketika anak telah memasuki usia tertentu, yang dikatakan usia sekolah, misalnya tujuh tahun untuk masuk sekolah dasar (SD), anak langsung dicarikan sekolah oleh orangtuanya dan akhirnya masuk sekolah. Pada umumnya jika orangtua melakukan proses ini, yang anak ketahui adalah belajar di sekolah, mendapat nilai bagus, dan menjadi juara kelas. 

Namun jarang sekali muncul potensi unggul anak, yakni anak yang senang pada suatu bidang, kemudian menjadi ahli dalam bidang tersebut di usia muda. Karena di sekolah pada umumnya tidak ada mata pelajaran mengenali potensi diri dan pelajaran meraih kesuksesan.

Mari kita lihat contoh anak-anak yang telah menjadi sukses di dunia. Joe Alexander, seorang anak dari Indonesia, menjadi pianis dunia di usia 12 tahun. Lionel Messi menjadi pemain sepakbola dunia di usia 18 tahun. Bill gates membuat sistem gaji karyawan terkomputerisasi untuk sebuah pabrik di usia 10 tahun. 

Kemudian Hee Ah Lee, Warren Buffet, Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi yang telah menunjukkan potensi unggulnya di usia belia.

Kemudian ada lagi permasalahan yang pada umumnya sering dijumpai di sekolah. Bagaimana beradaptasi dengan guru yang favorit dan yang tidak cocok. Bertemu dengan teman yang baik maupun yang usil. Adaptasi terhadap nilai tinggi dan yang tidak memuaskan. Tiba-tiba sulit bangun pagi, tidak mau masuk sekolah, sakit perut atau keringat dingin di pagi hari saat ingin berangkat ke sekolah, dan sekelumit permasalahan lainnya.

Maka untuk mengatasi sekelumit drama dan permasalahan anak dalam menjalani dunia pendidikan, ada alur yang sebaiknya dijalani sebelum memasukkan anak ke sekolah. Alurnya yakni :

  • Tanyakan kepada anak bidang apa yang disenangi,
  • Kemudian ingin menjadi sehebat apa di masa depan dan seperti siapa,
  • Lalu hal apa yang perlu dipelajari dan keahlian apa yang perlu dikuasai,
  • Barulah sekolah mana yang terbaik di dunia yang bisa membantunya menguasai bidang tersebut dan menghantarkannya kepada kesuksesan.

Lalu bagaimana jika orangtua mengatakan tidak ada waktu atau tidak mampu secara ekonomi? Sesungguhnya seorang Presiden pun memiliki waktu yang sama dengan kita yaitu 24 jam dalam sehari. Kemudian seorang B.J. Habibie pun berasal dari latar belakang keluarga yang kekurangan secara ekonomi. 

Maka masalahnya di sini adalah bukan ada atau tidak adanya waktu, dan bukan mampu atau tidak mampu secara ekonomi, namun mau atau tidak mau bergerak dan berusaha.

Kemudian ketika anak masuk sekolah berdasarkan keinginanya karena sudah mengetahui tujuannya, anak akan semangat menjalaninya, bahkan sekolah akan menjadi seperti liburan yang menyenangkan. Proses belajar akan menjadi seperti bermain, yang membuat anak selalu antusias, bergairah, dan tak jarang belajar sendiri sampai larut malam karena dia senang, bukan terpaksa.

Yang menjadi catatan kemudian dalam pemilihan sekolah adalah perlu juga diperhatikan mengenai attitute (tingkah laku) warga di sekolah tersebut. Bagaimana sifat, sikap, dan tutur kata dari para guru di sekolah, para siswa, petugas kantin, dan staf lainnya. Karena kita pasti menginginkan lingkungan yang sehat untuk psikologis anak.

 Sesungguhnya sekolah terbaik adalah sekolah yang memberikan kebebasan kepada para siswa untuk mengeksplorasi diri dengan leluasa.

Dalam prosesnya, bisa jadi membuat kita lelah, kurang waktu, emosi, masalah keuangan, dan tantangan lainnya.  Untuk menguatkan diri kita dalam memperjuangkan masa depan anak, maka yakinilah suatu pepatah yang mengatakan, 'No action, nothing happen. Take action miracle happen'. 

Sesungguhnya jika kita mengambil suatu langkah, maka keajaiban akan datang, pertolongan Tuhan akan turun. Anak adalah ciptaan Tuhan, dan Tuhan telah menentukan rezekinya seiring dengan kelahirannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun