Selama ini, jika berbicara tentang keberadaan, kita berpikir bahwa kita sudah ada sejak semula. Bahwa semua hal yang kita lihat sudah ada sebagaimana mestinya dan sudah selalu seperti itu. Namun apa benar begitu? Walaupun secara agama kelihatannya semuanya sudah terjawab. Kita telah diwariskan kepercayaan turun temurun untuk keyakinan yang sama, tentang bagaimana kita diciptakan dan muncul pertama kalinya di muka bumi ini.Â
Bahwa Tuhanlah sumber segala sesuatu, Ia muncul dari ketiadaan untuk mengadakan segala sesuatu termasuk diri kita. Namun sebagai makhluk yang berpikir, kita masih memiliki akal untuk terus bertanya, dan menggali hal-hal ini. Cakrawala berpikir kita begitu luas dan tak terbatas, jadi pantas untuk terus bertanya dan mencari tahu. Beberapa peniliti dan ilmuwan telah melakukan pencarian serius tentang hal ini. Tentang bagaimana kemunculan ras manusia hingga menjadi begitu unggul saat ini dibanding ras hewan dan lainnya.Â
Bagaimana kita mengambil ahli peran utama panggung peradaban dunia. Jadi hanya peran-peran kita yang begitu diperhitungkan yang menciptakan negara, uang, perang dan perdamaian. Dari mana semua itu dimulai? Bagaimana proses sebenarnya? Setidaknya melalui akal dan usaha seorang pemikir dan peniliti, ia telah menganalisis hal ini dan menguraikannya dalam bukunya "Sapiens: A Brief History of Humankind". Berikut ini adalah sedikit ulasan dari isi buku tersebut yang telah dibuat oleh penulis.
"Tidak ada tuhan, tidak ada negara, tidak ada uang dan tidak ada hak asasi manusia, kecuali dalam imajinasi kolektif kita."
~ Yuval N. Harari
Buku  : Sapiens
Karya : Yuval Noah Harari
Jauh sebelum manusia menyebut dirinya sendiri spesial. Yuval menyebutkan, manusia adalah hewan tak berarti. Makhluk lemah yang selalu berada di pinggiran. Tidak ada yang istimewa pada manusia sejak awal. 2,5 juta tahun lalu, kita tidak lebih baik dari predator-predator unggul saat itu, yang menjadi pemeran utama pada panggung-panggung dunia.
Di balik layar, kita selalu menunggu hingga peran para predator itu selesai kemudian mengejar sisa-sisa mereka. Manusia saat itu hanyalah buruan bagi pemangsa besar, sebagaimana hewan-hewan lainnya. Kita selalu bersembunyi dibalik semak menunggu bangkai dan remah-remah tersisa dari hasil tangkapan para pemangsa.
Namun, disaat posisi manusia tak lebih-baik dari luarbiasa banyaknya organisme yang hidup berdampingan di habitat yang sama saat itu. Tak seorangpun termasuk kita manusia, pernah terpikir bahwa suatu hari kelak keturunan kitalah yang akan menginjakkan kaki di bulan, memecah atom, membaca sandi genetik, bahkan menguasai dunia.
Kira-kira 2 juta hingga 10.000 tahun lalu, planet ini adalah rumah bagi beberapa spesies manusia sekaligus. Selain Sapiens, spesies manusia lainnya yaitu Erectus, Neanderthal, Denisova, Ergaster, Rudolfensis dan masih banyak lagi yang menunggu untuk ditemui para peneliti. Mereka semua adalah manusia, yang masuk dalam anggota Genus Homo. Meskipun sekarang tidak ada spesies manusia lain selain Sapiens yang tersisa, kata Yuval kerabat terdekat manusia adalah Simpanse. Sekitar 6 juta tahun lalu, satu kera betina memiliki 2 putri. Yang satu adalah nenek moyang semua simpanse, sedangkan yang satunya lagi adalah nenek moyang kita.
Lantas, apa rahasia terbesar Sapiens hingga menaklukkan dunia?
Titik awal yang membuat manusia mulai muncul di permukaan lautan organisme adalah api.
Api yang memunculkan jurang besar pertama antara manusia dan hewan-hewan lainnya. Ketika menjinakkan api, manusia memiliki kendali terhadap kekuatan yang berpotensi tak terbatas. Seorang perempuan sendirian berhasil menyebrangi hutan dengan selamat dari hewan buas berkat api ditangannya.
Namun, apa tepatnya yang menjadi alasan besar revolusi manusia lebih unggul dari spesies lainnya? Mengapa bukan Neanderthal yang lebih kuat terhadap seleksi alam dengan tubuh besar dan jauh lebih bertahan? Mengapa Sapiens? _Bahasa_ adalah mesin ajaib pertama yang telah berhasil mengantarkan manusia menduduki puncak kerajaan dunia.
Bahasa bukan hal yang luarbiasa baru, setiap hewan termasuk semut pun memiliki bahasa mereka sendiri. Namun bahasa Sapiens yang muncul dengan revolusi kognitifnya berbeda dan unik. Yang istimewa dari bahasa Sapiens adalah, bahasanya luwes dan mampu memetakan berbagai informasi abstrak secara detail. Jika kera hanya mampu berkomunikasi dengan bahasa "ada elang" manusia berkomunikasi dengan bahasa lebih kompleks "ada elang yang terbag di pinggiran sungai kemarin sore".
Keistimewaan bahasa inilah yang membuat kita Sapiens, menyampaikan hal-hal yang sama sekali tidak ada. Ini menyangkut hal-hal fiksi yang kemudian menjadi keunggulan kita saat ini menaklukkan dunia.
Yuval mencontohkan; kita tidak bisa meyakinkan monyet untuk menyerahkan sebatang pisang dan menjanjikannya pisang dalam jumlah tak terbatas di surga monyet setelah dia mati. Berbeda dengan Sapiens yang sangat mempercayai fiksi dan imajinasi. Kata Yuval: tidak ada tuhan, tidak ada negara, tidak ada uang dan tidak ada hak asasi manusia, kecuali dalam imajinasi kolektif kita.
Fiksi bukan hanya membuat umat manusia mengkhayalkan ini itu tetapi, melakukannya bersama-sama. Manusia telah bersama-sama merajut mitos dewa-dewi dan sama-sama mengerjakan patung mereka, mendirikan kuil mereka. Mitos semacam ini yang memberikan kepada kita manusia, suatu kemampuan bekerja sama menciptakan negara mendirikan bangsa, agama, dan hal-hal mitos lainnya. Berkat mitoslah manusia saling bekerjasama untuk menaklukkan dunia.
AthenaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H