Ini yang Mereka Mau
"Siapa yang tahu kebersihan?"
Beberapa anak mengangkat tangan, disertai teriakan, "Saya," Â untuk menunjukkan bahwa dirinya tahu. Mereka ingin diakui bahwa dirinya mampu dan punya kelebihan dari teman yang lain.
Dialog ini terjadi di halaman sekolah. Pada saat itu anak-anak kelas satu sedang bermain ketika jam istirahat. Mereka berjalan atau berlari sambil membawa makanan kecil. Pada saat itulah mereka menganggap bahwa di mana dia berdiri, di mana dia duduk, di situlah tempat yang praktis untuk membuang sampah. Tidak menyadari bahwa sampah itu perlu diantarkan ke "rumah" yang aman dan nyaman. Pengetahuan mereka bahwa membuang sampah itu di tempat sampah belum sampai pada tahap "menerapkan", baru sekedar tahu saja.
"Membuang sampah di mana?"
Kulontarkan lagi sebuah pertanyaan. Tak ada jawaban yang kudengar. Suara keras dari mereka yang sering membuat kepalaku berputar tak kudengar. Sebagai gantinya saya melihat anak-anak membungkuk melakukan aksi diam. Pada awalnya hanya satu orang, tetapi saat berikutnya diikuti oleh anak yang lain.
Tangan mereka memunguti sampah yang dibuang sembarangan oleh teman-temannya atau bahkan oleh dirinya sendiri. Dengan suka rela anak-anak berusia sekitar 7 tahun inimengantarkan sampah-sampah bungkus  makanan dan minuman ke tempat yang semestinya. Mereka tidak merasa jijik melakukannya. Matanya menyiratkan keikhlasan dengan apa yang dilakukannya.
Hasilnya, halaman bersih terbebas dari saampah. Saya tersenyum, mereka pun tersenyum saat mendengar kata-kataku, "Terimakasih anak-anak yang baik hati."
Menyuruh anak supaya melakukan apa yang dimaksud oleh orangtua memang kadang tidak sesuai dengan harapan. Kata-kata ya bukan jaminan bahwa anak akan melakukan apa yang menjadi permintaan atau harapan. Bahkan mungkin kata ya itu tidak pernah keluar dari mulutnya karena kesibukan yang dilakukan anak.
Mencari cara dan menempatkan kata-kata supaya perintah/pesan bisa tersampaikan terlebih dilaksanakan, merupakan salah satu hal yang perlu dikerjakan oleh orangtua dan guru. Hal yang saya lakukan kepada murid-muridku, berhasil menggerakkan hati dan pikiran mereka untuk melakukan sesuatu dalam hal ini membuang sampah pada tempat sampah. Cara yang sangat sederhana. Yang terpenting dalam diri orangtua/guru ada kerelaan untuk merendahkan diri, menggunakan kata-kata yang enak didengar dan mengandung  tantangan,  tidak pelit dengan pujian, serta ucapan terimakasih kepada mereka.
Semoga bermanfaat.
SD Xaverius Simpang Rambutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H