Mohon tunggu...
Theresia Sumiyati
Theresia Sumiyati Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/theresiasumiyati8117

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki. Senang membaca, menulis, dan bermain musik. Hidup terasa lebih indah dengan adanya bacaan, tulisan, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Batu Malin Kundang

2 Juli 2022   22:04 Diperbarui: 2 Juli 2022   22:13 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batu Malin Kundang

Pantai Air Manis, merupakan sebuah tempat wisata di kota Padang. Di pantai itulah cerita tentang Malin Kundang berasal. Seorang anak durhaka, begitu katanya. Ia tidak mengakui keberadaan ibunya yang miskin. Padahal dari rahim ibunya ia bisa datang ke dunia ini. Waktu sembilan bulan sepuluh hari, merupakan saat-saat yang sulit bagi seorang wanita. Aktivitas harian menjadi tidak bebas. Bahkan untuk makan dan minum pun kadang memerlukan perjuangan bagi seorang wanita yang sedang mengandung.

Mungkin itu yang tidak diperhitungkan oleh si Malin Kundang. Belum lagi hal-hal gratis yang dinikmati selama ia bersama ibunya. Memang seorang ibu tidak pernah mengharap balas jasa dari anak-anaknya. Merasakan kasih sayang dari anak sudah merupakan sebuah kebahagiaan yang sangat tinggi nilainya.

Itulah sekilas cerita tentang seorang anak yang dikutuk menjadi batu. Batu itu masih ada di Pantai Air Manis Padang.

Batu Malin Kundang yang bersujud  minta ampun kepada ibunya kini tinggal sisa-sisa saja. Kepalanya sudah tidak utuh lagi, tergerus oleh air laut, dan cuaca yang selalu berganti. Demikian juga bagian tubuh yang lain.

Bentuk kapal yang terbelah juga sudah tidak jelas lagi. Di antara badan kapal yang terbelah itu ada genangan air. Untuk melindungi keberadaan batu Malin Kundang dan kapalnya dari siraman ombak, dibuat tanggul yang tinggi berkeliling.

Tanggul itu berfungsi ganda. Sebagai pelindung sekaligus jalan bagi para pengunjung. Jalan tersebut juga dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menjajakan dagangannya. Berbagai macam makanan dan suvenir tersedia di sana. Para pedagang yang lain banyak berjejer di sepanjang Pantai Air Manis. Pondok-pondok kecil yang terbuat dari kayu juga tersedia di sana bagi para pengunjung yang akan duduk-duduk menikmati indahnya pantai Air manis dengan menyewa Rp.20.000,00.

Mari berkunjung ke sana. Menikmati indahnya Pantai Air Manis. Melihat Si Malin Kundang, sebagai pengingat bahwa siapa pun ibu kita, seperti apa pun dia harus kita akui keberadaannya dengan menghormati dan menyayangi selama waktu masih bisa kita jalani. Waktu tak akan berputar ke belakang. Dia akan berjalan terus tanpa kita sadari. Jangan sampai tercipta "Malin Kundang" yang lain.

Ingat lagu ini,

                Kasih ibu kepada beta

                Tak terhingga sepanjang masa

                Hanya memberi tak harap kembali

                Bagai sang surya menyinari dunia

Apakah Malin Kundang kenal dengan lagu itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun